Return Obligasi Diprediksi Menyusut Jadi 7,2 Persen Tahun Ini, Apa Penyebabnya?
Tekanan pasar surat utang domestik akan berasal dari peningkatan yield US Treasury bertenor 10 tahun
Tekanan pasar surat utang domestik akan berasal dari peningkatan yield US Treasury bertenor 10 tahun
Bareksa.com – Imbal hasil (return) pasar surat utang tahun ini diprediksi sekitar 7,2 persen, atau lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang sebesar 17,5 persen. Tekanan pasar surat utang domestik akan berasal dari peningkatan proyeksi imbal hasil (yield) United States Treasury (UST) bertenor 10 tahun.
Head of Fixed Income Research PT Mandiri Sekuritas, Handi Yunianto, mengungkapkan dalam dua tahun terakhir pasar surat utang Indonesia memberikan return dua digit, yakni 14 persen pada 2016 dan 17,5 persen pada 2017. Tingkat return yang cukup tinggi tersebut terjadi karena adanya penurunan yield surat utang domestik pada 2016 dan 2017.
“Return obligasi tahun ini bisa mencetak rekor baru atau crash seperti 2013 kuncinya hanya satu, yield akan turun atau naik,” jelasnya di Jakarta, Senin, 5 Februari 2018.
Promo Terbaru di Bareksa
Menurut Handi, apabila tahun ini return surat utang ingin mencapai 17 persen seperti tahun lalu, maka yield obligasi perlu turun hingga di bawah 5 persen. Maka, apabila ada investor yang mau membeli obligasi pemeritnah dengan kupon 4,8 persen, return surat utang dapat mencapai 17 persen.
Sementara, apabila mengulang crash surat utang pada 2013, maka yield obligasi pemerintah sebesar 8 persen. Hal itu akan membuat return obligasi tahun ini minus 13 persen.
Namun, dia menilai pasar surat utang tahun ini tidak akan mengulang kejadian 2017 maupun crash 2013. Dia memperkirakan yield surat utang domestik tahun ini sekitar 6,4 persen sehingga return surat utang tahun ini diprediksi 7,2 persen.
Outlook fixed income 2018
Sumber: Mandiri Sekuritas
Dia juga memperkirakan US Treasury tenor 10 tahun akan sebesar 2,6 persen, suku bunga Bank Indonesia 5,25 persen serta credit default swap (CDS) 5 tahun sebesar 80 poin. Dari seluruh proyeksi tersebut, hanya CDS yang diperkirakan membaik pada 2018 dibandingkan dengan tahun lalu.
Tantangan pasar surat utang sepanjang 2018 adalah isu global. Perkembangan isu ekonomi global tahun ini tidak sebagus 2016-2017 karena yield US Treasury mulai beranjak naik, bahkan sempat menyentuh level 2,8 persen.
Handi melanjutkan, di samping return luar biasa surat utang tahun lalu, ketergantungan pasar surat utang Indonesia terhadap investor asing masih besar. Pembeli terbesar obligasi negara masih dicatatkan oleh investor asing.
Sepanjang tahun lalu, investor asing tercatat membeli obligasi pemerintah Rp170,3 triliun, meningkat dibandingkan dengan pembelian pada 2016 sebesar Rp107,3 triliun. Sementara itu, pembeli terbanyak kedua tahun lalu masih diduduki oleh bank sebesar Rp77,8 triliun.
Pembelian obligasi pemerintah oleh dana pensiun dan asuransi juga masih cukup besar, meski turun signifikan pada 2017. Pada 2017, pembelian obligasi pemerintah oleh dapen dan asuransi tercatat sebesar Rp23,3 triliun, turun jauh dibandingkan dengan 2016 sebesar Rp104,1 triliun.
Handi memandang berkurangnya pembelian obligasi pemerintah oleh dapen dan asuransi kemungkinan terjadi karena kedua institusi tersebut telah memenuhi batas minimal kepemilikan obligasi pemerintah, berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Atau mereka mulai shifting ke ekuitas dan mencari obligasi korporasi infrastruktur yang kuponnya lebih tinggi,” ujar dia.
Kepemilikan obligasi pemerintah
Sumber: Mandiri Sekuritas
Tahun ini, dia memperkirakan pembeli terbanyak obligasi pemerintah masih investor asing sekitar Rp100,1 triliun. Disusul oleh perbankan dan bank sentral masing-masing Rp60 triliun dan Rp50 triliun.
Pada 2018, pemerintah akan menerbitkan surat utang total sebesar Rp846 triliun dengan net penerbitan surat utang sebesar Rp414,5 triliun. “Ketergantungan asing kita masih besar, kita butuh investor asing memeli Rp100 triliun, tetapi dari data tiga periode terakhir itu bukan size yang besar,” jelas dia. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.