Jelang Rapat The Fed Periode Terakhir Janet Yellen, IHSG Tertekan Dalam
Yield obligasi Indonesia 10 tahun juga melemah seiring IHSG turun 1,58 persen ke level 6.575
Yield obligasi Indonesia 10 tahun juga melemah seiring IHSG turun 1,58 persen ke level 6.575
Bareksa.com – Mengikuti penurunan di bursa Amerika Serikat, pasar saham di Indonesia mengalami penurunan yang cukup dalam hari ini, 30 Januari 2018. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau turun menjelang rapat pejabat Bank Sentral AS yang dianggap sangat penting.
Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG melemah 1,58 persen menjadi 6.575 dari 6.680 pada penutupan kemarin. Pelemahan ini seiring penantian pelaku pasar terkait keputusan dan rapat terakhir yang akan dilakukan oleh Gubernur The Fed Janet Yellen pada 30-31 Januari menjelang pengambilalihan kekuasaan oleh Jerome Powell pada Februari nanti.
Kenapa rapat ini begitu penting? Hal ini lantaran akan menjadi rapat FOMC pertama di tahun 2018, yang akan memberikan gambaran terhadap kebijakan The Fed sepanjang 2018 nanti.
Promo Terbaru di Bareksa
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam rapat ini ialah kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed sebanyak tiga kali. Oleh karena itu, tidak heran jika para investor hari ini cenderung melakukan taking profit, menanti keputusan hasil dari rapat FOMC tersebut.
Investor pun akan mengamati data AS dan keputusan kebijakan dari bank sentral Amerika Serikat The Fed. Adapun skenario reformasi pajak AS yang terbaru turut mendorong investor untuk memikirkan kembali defisit AS dan perkiraan inflasi.
Seiring dengan penantian pasar tersebut, pasar obligasi AS pun melemah yang tercermin dari peningkatan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS bertenor 10 (Treasury) ke level tertinggi dalam empat tahun. Treasury AS 10 tahun mencapai level 2,7 persen untuk pertama kalinya sejak April 2014, tertinggi dalam empat tahun. Seperti diketahui, naiknya imbal hasil obligasi mencerminkan adanya penurunan pada harga obligasi akibat berkurangnya permintaan.
Treasury AS 10 Tahun Capai Level Tertinggi Sejak 2014
Sumber : Tradingeconomics.com
Hal ini secara langsung berdampak negatif terhadap emerging market, khususnya pasar di Indonesia. Sebab, semakin tinggi yield di Amerika, membuat investor akan melakukan rebalancing terhadap portfolionya guna mengoptimalkan tingkat keuntungan. (Baca Yield Obligasi Mulai Premium, Waktu Tepat untuk Profit Taking?)
Naiknya imbal hasil Treasury AS 10 tahun turut pula memicu naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun ke level 6,24 pada penutupan perdagangan kemarin (Senin, 29 Januari 2018). (Baca 5 Faktor Pendongkrak Yield Obligasi Membaik Jadi 6,14 Persen)
Grafik : Obligasi Pemerintah Indonesia & Arus Dana Asing di Obligasi
Sumber : Bareksa.com
Bersamaan dengan naiknya yield obligasi pemerintah Indonesia, terpantau juga adanya penurunan arus dana asing di pasar obligasi nasional. Dana asing tercatat turun sekitar Rp7 triliun di pasar obligasi Indonesia menjadi Rp873 triliun per 26 Januari 2018, dibandingkan nilai pada hari sebelumnya. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.