Reksa Dana Sepekan : Jelang Rilis Inflasi, Reksa Dana Pendapatan Tetap Tertekan
Naiknya tingkat inflasi Indonesia memberikan potensi terhadap naiknya yield (imbal hasil) di pasar obligasi
Naiknya tingkat inflasi Indonesia memberikan potensi terhadap naiknya yield (imbal hasil) di pasar obligasi
Bareksa.com – Dalam sepekan perdagangan (22-26 Januari 2018), pasar saham bertahan dalam laju tren penguatan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan kenaikan mencapai 2,61 persen dan ditutup pada level tertinggi baru 6.660,62 di akhir pekan perdagangan Jumat, 26 Januari 2018.
Sektor pertambangan membukukan kenaikan tertinggi hingga 7,67 persen hanya dalam sepekan perdagangan. Hal ini turut menopang laju IHSG bertahan dalam tren kenaikan.
Penguatan sektor pertambangan turut didukung adanya kenaikan harga minyak mentah dunia. Harga minyak WTI mengalami kenaikan 4,37 persen ke level 66,14 hanya dalam sepekan.
Promo Terbaru di Bareksa
Adapun harga komoditas batu bara turut mengalami kenaikan hingga 2,17 persen dalam sepekan perdagangan kemarin di level 107,3. Hal inilah yang turut mendongkrak sektor pertambangan sekaligus menopang laju IHSG dalam sepekan kemarin.
Nilai tukar rupiah pun bergerak dalam jalur penguatannya. Di pasar spot, rupiah terapresiasi 0,07 persen dalam sepekan, ditutup di level Rp13.306 pada penutupan perdagangan Jumat.
Adapun di pekan ini, pelaku pasar akan menantikan rilis data ekonomi dalam negeri, seperti data inflasi periode Januari 2018 yang dijadwalkan akan dirilis Kamis, 01 Februari 2018.
Rilis data inflasi turut dicermati pelaku pasar dikarenakan hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi arah kebijakan moneter domestik dalam hal pengambilan keputusan suku bunga acuan (7D RR).
Adapun laju kenaikan harga minyak mentah dunia dalam beberapa pekan terakhir turut mendorong kebijakan naiknya harga BBM di dalam negeri. Pada pertengahan Januari 2018 kemarin, Pertamina menaikkan harga eceran Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92) masing-masing sebesar Rp100 per liter dan Rp200 per liter.
Naiknya harga bahan bakar tersebut diperkirakan memberi dampak minor pada angka inflasi Indonesia. Adapun Standard Chartered Bank memperkirakan tingkat inflasi pada 2018 akan berada di angka 4 persen.
Angka tersebut meningkat tipis dibandingkan akhir 2017 yang mencapai 3,61 persen dan masih dalam nilai yang terkendali. Adapun riset DBS memprediksi jika setiap 10 persen kenaikan harga minyak mentah dunia akan berdampak terhadap peningkatan inflasi 0,6 persen.
Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah di tengah upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing untuk mendorong masuknya investasi.
Inflasi yang diperkirakan tetap terkendali namun dengan risiko kenaikan yang lebih tinggi di tahun ini juga tidak memiliki dampak cukup signifikan terhadap kinerja di pasar saham. Namun hal tersebut dapat mempengaruhi fluktuasi kinerja di pasar obligasi dan juga sekaligus mempengaruhi kinerja reksa dana berbasis obligasi, seperti reksa dana pendapatan tetap.
Naiknya tingkat inflasi Indonesia memberikan potensi terhadap naiknya yield (imbal hasil) di pasar obligasi, dikarenakan para pelaku pasar yang ingin tetap mempertahankan tingkat real yield yang mereka dapatkan.
Naiknya yield obligasi mencerminkan adanya penurunan pada harga obligasi, sehingga turut pula menekan kinerja reksa dana pendapatan tetap yang menempatkan sebagian besar asetnya pada obligasi.
Dalam sepekan perdagangan kemarin, indeks reksa dana pendapatan tetap tercatat turun 0,35 persen (per 26 Januari 2018). Meski demikian, terdapat beberapa reksa dana yang bertahan dengan catatan return positif dalam sepekan perdagangan tersebut.
Pada marketplace Bareksa, lima besar reksa dana pendapatan tetap bahkan mengalami pertumbuhan return tertinggi di kisaran 0,12 persen hingga 0,17 persen dalam sepekan perdagangan (per 26 Januari 2018).
Daftar 5 reksa dana pendapatan tetap return tertinggi dalam sepekan (per 26 Januari 2018)
Sumber : Bareksa.com
**
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana..
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.