Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik
Empat BUMN konstruksi masih akan ekspansif dengan mengalokasikan belanja modal Rp10 - 20 triliun
Empat BUMN konstruksi masih akan ekspansif dengan mengalokasikan belanja modal Rp10 - 20 triliun
Bareksa.com – Empat badan usaha milik negara (BUMN) sektor konstruksi menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 20 - 37,5 persen tahun ini. Meskipun menghadapi sejumlah tantangan, mereka masih ekspansif dengan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) antara Rp10 - 20 triliun.
Empat emiten BUMN konstruksi itu di antaranya PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), PT PP (Persero) Tbk (PTPP), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA). (Baca : Melonjak 9 - 15 persen dalam 4 Hari, Saham Sektor Konstruksi Mulai Bangkit?)
Untuk diketahui, pada 4-9 Januari 2018, empat saham BUMN konstruksi tersebut mulai bangkit dan mencatatkan kenaikan antara 9-15 persen. Kenaikan itu setelah sepanjang tahun lalu, saham-saham tersebut underperfom. (Lihat : Waskita Siapkan Rp20 Triliun untuk Capex Tahun 2018)
Promo Terbaru di Bareksa
Puncak penurunan sektor konstruksi yang dalam hal ini masuk ke dalam kategori indeks sektor properti telah dimulai dari sejak Agustus 2016. Alasan utama penurunan dari sektor ini adalah bahwa Investor khawatir akan arus kas (cashflow) perusahaan jika pemerintah tidak memiliki dana untuk membayar kontrak – kontrak kepada kontraktor pada waktu itu. (Lihat : Saham Bangkit, Simak Perbedaan Skema Pembayaran dan Turnkey 4 BUMN Konstruksi)
Direktur Keuangan Adhi Karya, Haris Gunawan, menagatakan perseroan mengalokasikan capex tahun ini sekitar Rp10 triliun. Perseroan akan menggunakan sebagian besar dana itu untuk pengerjaan proyek pembangunan kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek).
“Target pendapatan dan laba bersih kami tahun ini diproyeksikan tumbuh 20-25 persen,” ujarnya kepada Bareksa di Jakarta, Rabu, 10 Januari 2018. (Baca : Siapkan Capex Rp1,6 Triliun, Ini Fokus PPRE Jaga Kesehatan Arus Kas di 2018)
Sepanjang tahun lalu, Adhi Karya memproyeksi bisa merealisasi pendapatan Rp14,4 triliun dan laba bersih Rp505,6 miliar. Apabila perseroan mencapai kinerja sepanjang tahun lalu sesuai target, maka Adhi Karya menargetkan pendapatan tahun ini sebesar Rp18 triliun dan laba bersih Rp632 miliar.
Hingga kuartal III 2017, Adhi Karya membukukan pendapatan Rp8,7 triliun, atau melonjak 53 persen dari realisasi kuartal III 2016. (Lihat : Siapkan Belanja Modal Tahun ini Rp10 Triliun, Bagaimana Kinerja Saham ADHI?)
BUMN konstruksi lainnya, PTPP juga memproyeksikan keuangan tumbuh cemerlang tahun ini. Perseroan menargetkan laba bersih tahun ini mencapai Rp2,1 triliun, atau meningkat 22 persen dibandingkan proyeksi realisasi tahun lalu. Sedangkan pendapatan perseroan diharapkan mencapai Rp28,5 triliun sepanjang 2018. (Baca : Adhi Karya Siapkan Belanja Modal Rp10 Triliun Tahun Ini)
Proyeksi Kinerja Keuangan Emiten BUMN Konstruksi (2018/Rp Miliar)
Sumber : berdasarkan hasil wawancara, berbagai sumber, diolah Bareksa
Tidak berbeda, Waskita Karya menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini mencapai Rp55 triliun, meningkat 37,5 persen dari proyeksi perolehan tahun lalu Rp40 triliun. Laba bersih perseoran pada 2018 diperkirakan bakal mencapai Rp5,3 triliun, dibandingkan proyeksi realisasi 2017 yang sebesar Rp4 triliun. (Lihat : Saham BUMN di Tiga Sektor Berpotensi Bukukan Kinerja Positif Tahun Ini)
Lonjakan kinerja juga ditargetkan Wijaya Karya. Perseroan menargetkan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih tahun ini sekitar 20 persen. Sementara tahun lalu perseroan menargetkan pendapatan Rp25,74 triliun dan laba bersih Rp1,21 triliun. Jika perseroan berhasil merealisasi target tahun lalu, maka target pendapatan dan laba bersih Wika tahun ini adalah Rp30,8 triliun dan Rp1,45 triliun. (Baca : Besok PT KAI Dapat Pinjaman LRT, ADHI Segera Raih Pembayaran Rp4,5 Triliun)
Profil Risiko Mixed
Analis Kresna Sekuritas, Robertus Yanuar Hardy, menilai sentimen emiten konstruksi BUMN tahun ini diperkirakan masih akan mixed (beragam). Masing-masing perusahaan BUMN memiliki profil risikonya masing-masing.
Wijaya Karya, kata dia, memiliki risiko yang cenderung meningkat akibat ditundanya pengerjaan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC). (Baca : Jokowi Resmikan Tol Surabaya-Mojokerto, Bagaimana Kinerja Saham JSMR dan WIKA?)
“Apabila proyek kereta cepatnya tertunda lagi, potensi mendapatkan nilai proyek yang besar akan hilang,” ujar Robertus.
Sementara untuk Adhi Karya lebih beruntung karena skema pembiayaan proyek LRT sudah mulai ada kepastian. Akhir tahun lalu, PT Kereta Api Indonesia (KAI), sebagai investor dan operator proyek LRT Jabodebek, mendapatkan pinjaman dari konsorsium perbankan senilai Rp29 triliun. Dana hasil pinjaman tersebut memperjelas pembiayaan proyek LRT ke depannya. (Lihat : Proyek Tol Trans Sumatera Bukti Serius Pemerintah Himpun Dana di Pasar Modal)
Untuk Waskita Karya, Robertus mengatakan bahwa investor perlu menunggu rencana divestasi sejumlah ruas tolnya. “Agar dana yang diperoleh dapat digunakan unutk investasi kembali,” jelas dia. (Baca : BUMN Pemilik Lahan di Lintasan Proyek LRT akan Dilibatkan dalam Konsorsium)
Terakhir, dirinya melihat PT PP Tbk (PTPP) lebih menarik karena proyek-proyek yang dikerjakannya tidak berisiko tinggi. Proyek yang dikerjakan PTPP di antaranya adalah properti, bandara dan pelabuhan yang kepastian pembiayaannya lebih tinggi.
“Buat kita yang menarik adalah ADHI dan PTPP,” terang Robertus. (AM) (Lihat : ADHI Bakal Spin Off Unit Bisnis TOD Awal 2018 dan IPO di 2019)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.