Saham BUMN di Tiga Sektor Berpotensi Bukukan Kinerja Positif Tahun Ini
Fundamental emiten konstruksi sangat menarik, secara teknikal harganya sudah bottom dan cenderung menuju uptrend
Fundamental emiten konstruksi sangat menarik, secara teknikal harganya sudah bottom dan cenderung menuju uptrend
Bareksa.com – Sejumlah saham badan usaha milik negara (BUMN) masih berpotensi mencatatkan pertumbuhan tahun ini. Di antaranya, sektor perbankan diproyeksi masih akan melaju. Sementara sektor infrastruktur dan konstruksi bakal mulai mendapatkan momentum penguatan tahun ini. Di sisi lain, potensi membaiknya harga komoditas akan menguntungkan bagi BUMN sektor pertambangan.
CO- Founder Lima Dua Group, Jimmy Dimas Wahyu, memandang sejauh ini saham BUMN masih sangat positif. Salah satu faktor utamanya karena emiten sektor BUMN memberikan dividen yang stabil karena perlu memberikan pendapatan kepada negara. “Tetapi sektor mana saja yang perlu kita cermati,” ujarnya di Jakarta, Rabu, 3 Januari 2018. (Baca : Berita Hari Ini : Holding BUMN Digugat, MUFG Realisasikan Akuisisi Danamon)
Jimmy mengungkapkan, apabila ingin berinvestasi, maka saham BUMN berbasis keuangan perlu diambil oleh investor. Dia menilai potensi pertumbuhan industri perbankan setiap tahun masih cukup besar karena masyarakat Indonesia masih bank minded.
Promo Terbaru di Bareksa
Potensi pertumbuhan bank selalu sama, yakni pertumbuhan usaha dan kredit. Akan tetapi, Jimmy mengakui bakal ada tantangan yang akan dihadapi industri perbankan tahun ini. (Lihat : Besok PT KAI Dapat Pinjaman LRT, ADHI Segera Raih Pembayaran Rp4,5 Triliun)
Tantangan yang berasal dari global, yakni potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed). Sementara tantangan dari dalam negeri adalah bakal berlangsungnya pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) serentak tahun ini.
“Tetapi kita lihat ke depannya, saya memandang masih tetap positif,” tutur Jimmy. (Baca : TLKM, WIKA, dan PLN Terbitkan Komodo Bond Tahun Depan Susul JSMR)
Sepanjang tahun lalu, saham BUMN sektor perbankan membukuan pertumbuhan harga saham yang signifikan. Pertumbuhan harga tertinggi dicatatkan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 80,82 persen, kemudian disusul oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 52,94 persen, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN) 50 persen, serta PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) 41,59 persen. (Lihat : Target 2018 PP Properti dan Sisa Kejayaan Saham PPRO)
Harga Saham BUMN Sepanjang 2017
*Stock split, Sumber : Bareksa
BUMN Infrastruktur
Adapun kinerja saham BUMN sektor infrasturktur dan konstruksi diprediksi akan mendapatkan momentum positif tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari bakal adanya sejumlah proyek pemerintah yang akan tuntas dikerjakan. (Baca : Jokowi Resmikan Tol Surabaya-Mojokerto, Bagaimana Kinerja Saham JSMR dan WIKA?)
Saat Pemerintah Presiden Joko Widodo dilantik dengan proyek infrastruktur sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi, pelaku pasar mengapresiasi tersebut cukup tinggi. Tetapi yang dilupakan adalah pembangunan infrastruktur merupakan jangka panjang.
Tahun ini saatnya perusahaan konstruksi BUMN merasakan hasil pembangunan proyek selama 2015-2017. Faktor tersebut menjadi pendorong utama potensi positif untuk perusahaan infrastruktur dan konstruksi BUMN. (Lihat : Segera Terbentuk, Ini Ilustrasi Keuangan Holding BUMN Migas Secara Konsolidasi)
“Dari sisi fundamental sangat menarik, sementara secara teknikal harganya sudah bottom dan cenderung menuju uptrend,” kata Jimmy.
Senada Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, menjelaskan emiten konstruksi tahun ini menjadi sorotan karena kinerja harga sahamnya turun sepanjang tahun lalu. Melorotnya harga saham konstruksi BUMN terjadi karena banyaknya proyek dan sistem pendanaan yang kurang memadai.
Tahun ini pemerintah kembali mendorong pengerjaan konstruksi sejumlah proyek untuk menyelesaikan beberapa proyek pembangunan menjelang penyelenggaraan Asian Games. Untuk akumulasi saham konstruksi BUMN, dia cenderung untuk menunggu pasar mereda akibat efek window dressing akhir tahun lalu. (Baca : Pembentukan Holding Migas Ditargetkan Tuntas Kuartal I 2018)
Di antara empat perusahaan konstruksi, dia melihat PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) memiliki prospek paling cerah. Pandangan tersebut berdasarkan potensi proyek serta harga sahamnya.
Lanjar mengaku sejumlah analis konstruksi berspekulasi akan ada penurunan kontrak tahun ini. Tetapi, dia menilai ADHI dan WIKA bakal mendapatkan nilai kontrak yang cukup dari poyek pemerintah. “Meskipun masih tergantung dengan sistem pembiayaan kontrak itu nantinya,” ungkap Lanjar.
Lanjar menargetkan harga saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) akan bergerak di level Rp3.500 - 4.000 per saham sepanjang tahun ini. Selanjutnya adalah saham ADHI diperkirakan bergerak di kisaran Rp2.400 - 2.700 per saham, dan WIKA di Rp1.850 - 2.200 per saham. (Lihat : Biaya Transfer Bank BUMN Turun Jadi Rp4.000 dengan Syarat Ini)
Kemudian target harga saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) Rp2.300 - 2.720 per saham serta target harga saham PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) Rp6.500 - 6.800 per saham.
Sepanjang 2017, empat saham konstruksi kompak melemah. Pelemahan paling dalam dirasakan oleh saham WIKA yang anjlok 35,41 persen, kemudian PTPP turun 28,45 persen, WSKT tertekan 12,99 persen serta ADHI melemah 8,93 persen. Sedangkan JSMR, sebagai operator tol membukukan lonjakan harga saham 48,14 persen. (Baca : Biaya Transaksi Antar Bank Turun Jadi 1 Persen, Ini Dampaknya ke Bank BUMN)
Saham BUMN Tambang
Lanjar menjelaskan, kinerja emiten pertambangan BUMN tahun ini berpotensi positif, terutama usai pemerintah resmi membentuk holding BUMN industri pertambangan yang dipimpin oleh PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum).
“Melalui holding, efisiensi distribusi hingga client bisa saling share,” jelas Lanjar. (Lihat : Kementerian BUMN : Pasca Holding Migas Terbentuk, PGAS dan Pertagas akan Dilebur)
Harga komoditas tambang diproyeksikan bakal bagus tahun ini, termasuk harga batu bara, timah dan emas. Emiten pertambangan BUMN juga mayoritas menganggarkan belanja modal (capital expenditure/ capex) 2018 lebih besar dibandingkan 2017.
Membaiknya harga komoditas salah satunya terdorong oleh fase ekspansi manufaktur di Cina serta pengaruh permintaan barang tambang, terutama di Indonesia. “Sehingga pemerintah optimistis ekspor tambang kita bakal meningkat tahun ini,” kata dia.
Lanjar menargetkan harga saham PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) tahun ini dalam range Rp850 - 880 per saham, PT Timah (Persero) Tbk (TINS) Rp1.050 - 1.100 serta PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) Rp2.750 - 3.200. (AM) (Baca : Harga Batu Bara Bukit Asam ke PLN Naik, Saham PTBA Meroket 9,3 Persen)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.