Saham Sektor Keuangan Jadi Primadona Tahun 2017, Ini Analisisnya
Indeks sektor keuangan naik 31,45 persen, melampaui IHSG yang hanya naik 14,4 persen
Indeks sektor keuangan naik 31,45 persen, melampaui IHSG yang hanya naik 14,4 persen
Bareksa.com- Sepanjang tahun 2017, saham-saham sektor keuangan telah memberikan keuntungan tertinggi dibandingkan semua sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia. Kinerja emiten keuangan, khususnya bank-bank besar, menjadi penopang pergerakan indeks ini.
Sejak awal tahun hingga 29 November 2017, indeks saham sektor keuangan naik 31,45 persen. Angka tersebut cukup jauh melampaui penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang hanya sebesar 14,44 persen secara year to date (ytd).
Selain itu, lonjakan indeks perbankan juga melampaui sejumlah indeks saham lainnya, seperti industri dasar yang naik 19,52 persen, indeks pertambangan yang naik 14,36 persen dan indeks konsumer yang naik 13,78 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Naiknya indeks keuangan ditopang melonjaknya lima saham perbankan yang memiliki kapitalisasi terbesar di bursa, yakni PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Grafik: Pergerakan Indeks Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia
Sumber: Bareksa.com
Dari kelima saham tersebut, saham BBTN telah memberikan untung terbesar, yakni 81,6 persen. Saham BBTN ditutup seharga Rp3.160 per 29 November 2017 dibandingkan sebelumnya Rp1.740.
Selanjutnya, saham BBNI berhasil naik sebesar 52,04 persen ke level Rp8.400 dari sebelumnya Rp5.525. Saham BBRI dan saham BBCA masing masing naik sebanyak 41,33 persen dan 36,61 persen.
Adapun saham BMRI naik sebesar 29,07 persen ke level Rp7.400.
Grafik: Pergerakan Harga Saham Perbankan
Sumber: Bareksa.com
Kinerja saham-saham tersebut ditopang oleh kinerja keuangan mereka yang cemerlang hingga kuartal ketiga tahun ini.
Laba BNI naik paling tinggi sebesar 31,9 persen menjadi Rp10,16 triliun dari Rp7,72 triliun pada periode sama tahun lalu. Peningkatan laba ini terdorong oleh menurunnya credit cost. Hingga September 2017, credit cost BNI turun menjadi 1,7 persen dari 2,4 persen sebelumnya.
Penurunan credit cost BNI sejalan dengan membaiknya loan to risk ratio menjadi 11,1 persen dari 11,8 persen. Di sisi lain, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 143,2 persen menjadi 147,4 persen.
Hasilnya, NPL BNI turun dari 3,1 persen menjadi 2,8 persen secara gross pada kuartal III 2017.
Selanjutnya, Bank Mandiri pada kuartal III telah mengumumkan perolehan laba naik 25,58 persen menjadi Rp15,07 jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mengantongi Rp12,01 triliun. Selain didorong pertumbuhan kredit 9,8 persen menjadi Rp686,2 triliun, laba perseroan juga ditopang perbaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL).
NPL Bank Mandiri membaik menjadi 3,75 persen pada September tahun 2017 dibandingkan per September 2016 sebesar 3,81 persen. Catatan positif itu ditambah dengan menurunnya biaya pencadangan 23,2 persen menjadi Rp12,22 triliun dari Rp15,91 triliun.
Sementara itu, laba BTN naik 24 persen menjadi Rp2,01 triliun dari Rp1,62 triliun. Laba bersih BTN hingga September 2017 disumbang pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang naik 16,95 persen menjadi Rp6,54 triliun dari Rp5,59 triliun pada September 2016.
Kenaikan NII bank yang berfokus pada kredit pemilikan rumah ini bersumber dari peningkatan kredit dan pembiayaan. Pertumbuhan NII juga didukung beban bunga yang mencatatkan kenaikan lebih lambat dibanding peningkatan pendapatan bunga. Beban bunga BTN tercatat hanya tumbuh 9,21 persen.
Adapun kredit dan pembiayaan BBTN naik 19,95 persen atau naik dari Rp153,81 triliun pada kuartal III 2016 menjadi Rp184,5 triliun di kuartal III 2017.
Grafik: Pertumbuhan Pendapatan dan Laba Perbankan
Sumber: Data laporan keuangan diolah Bareksa.com
Selanjutnya, BCA juga mencatat peningkatan kinerja keuangan pada Januari-September 2017. Laba bersih perusahaan ini naik 11,3 persen menjadi Rp16,8 triliun dari Rp15,1 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja laba BCA tersebut disumbang oleh perolehan pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya tumbuh 5,2 persen menjadi Rp41,7 triliun pada kuartal III tahun 2017 dari Rp39,7 triliun pada periode yang sama tahun 2016.
Terakhir, BRI juga berhasil meraih laba bersih hasil konsolidasi sebanyak Rp20,5 triliun pada triwulan ketiga 2017. Jumlah tersebut naik 8,5 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak Rp 18,9 triliun.
BRI menyatakan kenaikan laba bersih konsolidasi ini ditopang peningkatan pendapatan bunga (net interest income), dana murah (fee based income), dan peningkatan penyaluran kredit. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.