Berita Hari Ini : Nilai Investasi LRT Bengkak, Kontrak Baru ADHI Rp31,6 Triliun
Nilai investasi proyek LRT membengkak jadi Rp31 triliun, dari rencana sebelumnya Rp26,7 triliun
Nilai investasi proyek LRT membengkak jadi Rp31 triliun, dari rencana sebelumnya Rp26,7 triliun
Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia dan berita media hari ini, Selasa, 21 November 2017;
LRT Jabodebek
Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Panjaitan, memastikan nilai investasi proyek kereta ringan (light rail transit/LRT) Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (Jabodebek) membengkak jadi Rp31 triliun, dari rencana sebelumnya Rp26,7 triliun.
Promo Terbaru di Bareksa
Kenaikan nilai investasi itu terjadi karena ada perubahan-perubahan konstruksi. "Perubahan dari fixed block menjadi moving block, tapi dari perubahan itu kapasitas penumpang jadi tambah dari 260 ribu menjadi sekitar 430 ribu," terang Luhut.
Sedangkan terkait skema pembiayaannya, Luhut mengaku masih membahasnya dengan kementerian/lembaga (K/L) terkait.
PT Adhi Karya Tbk (ADHI)
PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) berhasil meraih kontrak baru Rp31,6 triliun hingga Oktober 2017, naik 5,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya Rp30 triliun. Perolehan kontrak baru tersebut sudah termasuk kontrak baru LRT Jabodebek Fase I.
Realisasi perolehan kontrak baru di Oktober 2017 terdiri dari Hotel Zaraza Malang Rp594 miliar, Skypark Bandung Rp308 miliar melalui anak perusahaan PT Adhi Persada Gedung dan Bendung Batang Bayang Rp147 miliar.
Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru pada Oktober 2017 didominasi oleh lini bisnis Konstruksi dan Energi 96,1 persen dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya. Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari pemerintah 73,8 persen, badan usaha milik negara (BUMN) 13,6 persen, sementara swasta dan lainnya 12,6 persen.
Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek jalan, jembatan dan LRT 68,3 persen, proyek gedung sebanyak 23,7 persen, serta proyek infrastruktur lainnya 8 persen.
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA)
PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menjajaki pendanaan melalui pasar modal. Perseroan berniat melangsungkan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham anak usahanya di bidang kelistrikan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan, Dian Swastatika, Hermawan Tarjono, mengungkapkan perseroan telah memulai penjajakan awal IPO saham anak usaha. Namun, perseroan belum menentukan secara spesifik pendanaan dari pasar modal.
"IPO saham di Singapura ataupun di Indonesia hanya satu dari beberapa alternatif pembiayan yang sedang dikaji perseroan," katanya di Jakarta.
Perseroan masih fokus memperbeesar bisnis pembangkit listrik. Namun, rencana ekspansi perseroan belum bisa direalisasikan secara masif, karena masih menunggu penawaran dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS)
PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) berencana kembali merilis obligasi global (global bond) pada kuartal I 2018. Perseroan bakal mengajukan penerbitan global bond senilai US$300 juta, yang sempat tertunda belum lama ini.
Investor Relations Sawit Sumbermas Sarana, Arie Raymond, mengatakan, penundaan rencana penerbitan global bond disebabkan volatilitas tinggi di pasar obligasi global. Meski demikian, SSMS yakin, penerbitan obligasi ini masih dapat dilanjutkan tahun depan.
"Karena kami sudah bertemu dengan institusi besar. Kami berharap dapat kembali ke pasar obligasi di kuartal I 2018," ujarnya .
SSMS akan menggunakan dana hasil penerbitan obligasi untuk membiayai kembali (refinancing) utangnya dan untuk memenuhi kebutuhan dana operasional.
Sebelumnya, SSMS membidik global bond dengan tenor lima tahun dan kisaran kupon 7 persen.
Lelang SBN
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) berencana untuk membatalkan lelang surat berharga negara (SBN) pada Desember 2017. Hal ini dilakukan karena penerbitan SBN selama ini sudah mencukupi untuk menutup outlook defisit anggaran dalam APBN-P 2017.
Direktur Surat Utang Negara Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu, Loto Srinaita Ginting, menyatakan Kemenkeu kemungkinan membatalkan dua dari tiga lelang SBN di sisa akhir tahun ini. Dua lelang yang dimaksud rencananya akan dilakukan pada 5 dan 12 Desember 2017.
Sementara satu lelang berupa lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) akan dilakukan pada 21 November 2017. Pemerintah memasang target indikatif dari lelang ini sebesar Rp 5 triliun.
"Kalau defisit 2,67 persen, seharusnya dengan lelang SBSN (21 November) sudah habis (tercapai). Kalau tidak perlu lagi, nanti kami umumkan tidak ada dua lelang di Desember," kata Loto. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.