Rugi Garuda di Kuartal III 2017 Bengkak 404,5 Persen jadi US$222 Juta, Kenapa?
Beban usaha GIAA tercatat US$3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan pendapatan US$3,1 miliar
Beban usaha GIAA tercatat US$3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan pendapatan US$3,1 miliar
Bareksa.com - Maskapai milik pemerintah, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan rugi bersih US$222 juta atau setara Rp2,96 triliun pada periode Januari-September 2017, melonjak 404,5 persen dibandingan rugi bersih periode yang sama tahun lalu US$44 juta. Rugi itu meskipun pendapatan perseroan meningkat jadi US$3,1 miliar di kuartal III 2017 dibandingkan raihan tahun lalu sebesar US$2,8 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan kuartal III 2017, beban usaha perseroan tercatat sebesar US$3,2 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan perseroan kuartal III tahun lalu. Di sisi lain, perseroan membukukan rugi selisih kurs sebesar US$16 juta. Kondisi tersebut membuat perseroan membukukan rugi usaha sebesar US$109,2 juta.
Beban keuangan Garuda Indonesia hingga kuartal III 2017 tercatat US$64,8 juta dan beban pajak sebesar US$52,9 juta. Besarnya beban menyebabkan Garuda Indonesia mengalami rugi bersih sebesar US$222 juta. (Baca : Tarif Pesawat Ekonomi akan Naik 10 Persen, Ini Strategi Garuda Indonesia)
Promo Terbaru di Bareksa
Meningkatnya kerugian Garuda Indonesia menyebabkan defisit ekuitas yang belum dicadangkan membengkak jadi US$444,4 juta. Pada kuartal III 2017, defisit ekuitas Garuda Indonesia mencapai US$221 juta. Jumlah ekuitas perseroan saat ini menjadi US$803 juta.
Dalam laporan keuangannya, perseroan mengikuti program pengampunan pajak (tax amnesty). Empat anak usaha perseroan yang mengikuti tax amnesty adalah PT Garuda Mintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI), PT Citilink Indonesia, PT Aero System Indonesia dan PT Sabre Travel Network Indonesia.
Kenaikan aset pengampunan pajak perseroan dicatat sebagai tambahan modal disetor sebesar S$580 ribu. Sementara, uang tebusan, kelebihan pembayaran pajak yang tidak dapat dikompensasikan dan akumulasi kerugian fiskal yang tidak dapat dikompensasikan dicatat dalam bagian laba rugi US$138,3 juta. (Lihat : Penjualan Saham GMF Kepada Investor Strategis Bakal Alot, Apa Penyebabnya?)
Kuartal III 2017 Bukukan Laba
Direktur Utama Garuda Indoenesia, Pahala N Mansury, menjelaskan untuk periode kuartal III atau Juli-September 2017 saja, perseroan sejatinya membukukan laba bersih US$61,9 juta.
“Berbagai upaya yang dilakukan Perusahaan mulai menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan positif yang dicapai, terutama pada kinerja rute internasional, tingkat utilisasi pesawat, dan kontribusi pendapatan dari platform e-commerce,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu, 25 Oktober 2017.
Secara year to date (YtD), Garuda Indonesia membukukan pendapatan operasi US$3,1 miliar atau naik 8,6 persen dibanding kuartal III tahun lalu US$2,8 miliar. Peningkatan pendapatan operasi tersebut ditopang oleh tumbuhnya kinerja operasional perusahaan di pasar internasional yang tercatat di atas rata-rata kinerja maskapai Asia Pasifik.
Perseroan berhasil mengangkut sebanyak 3,7 juta penumpang internasional hingga kuartal III 2017 atau naik 12,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3,3 juta penumpang.
Adapun penumpang kilometer diangkut (revenue passenger kilometers/RPK) meningkat sebesar 15,5 persen, jauh di atas rata-rata pertumbuhan RPK maskapai di Asia Pasifik sebesar 7,9 persen. (Baca : Empat Perusahaan Serius Jadi Investor Strategis GMF AeroAsia, Ini Target Dananya)
Kontribusi Pendapatan Platform Digital
Pertumbuhan tersebut juga ditopang oleh adanya peningkatan yang signifikan pada kontribusi pendapatan dari platform digital perusahaan US$450,6 juta hingga kuartal III 2017, atau naik 7,6 persen dari periode sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ini didorong oleh adanya kenaikan jumlah download mobile apps Garuda Indonesia sebesar 698.000 unduhan sepanjang kuartal III 2017, sehingga total unduhan aplikasi mobile tersebut sejak pertama kali diluncurkan hingga saat ini telah mencapai 2 juta unduhan.
Garuda Indonesia mencatatkan pertumbuhan pendapatan kargo 9,6 persen menjadi US$170,8 juta hingga kuartal III 2017. Selain itu, sejalan dengan program revenues management system enhancement, perusahaan juga berhasil membukukan peningkatan ancillary revenues 19 persen menjadi US$53,9 juta hingga kuartal III 2017.
Pengangkutan kargo Garuda Indonesia juga tercatat naik 8.1 persen menjadi 104,700 ton pada kuartal III 2017, dari sebelumnya sebesar 96,900 ton pada periode yang sama Tahun 2016.
Secara year to date, perusahaan berhasil mengangkut 324.100 ton hingga kuartal III 2017, naik 9,8 persen dari periode kuartal III 2016 sebesar 295.200 ton. (Baca : Melemah Saat Perdagangan Perdana, Saham GMF AeroAsia Ditampung Broker Asing )
Kenaikan Jumlah Penumpang
Garuda Indonesia juga membukukan kenaikan pada jumlah penumpang diangkut oleh anak usaha Garuda Indonesia di segmen LCC, Citilink, yaitu dari 8.2 juta penumpang pada periode Januari-September 2016 menjadi 9 juta penumpang pada periode yang sama tahun ini.
Citilink mencatatkan kenaikan penumpang 11,4 persen menjadi 3,4 juta penumpang pada kuartal III 2017, dari 3.1 juta penumpang pada kuartal III 2016.
Sepanjang periode kuartal III 2017, Garuda Indonesia Group (Garuda Indonesia dan Citilink) mencatatkan pertumbuhan penumpang 1,4 persen menjadi 9,6 juta penumpang, dari sebelumnya 9,5 juta penumpang.
Secara year to date, Garuda Indonesia Group berhasil mengangkut sebanyak 26,8 juta penumpang sepanjang sembilan bulan di 2017 atau tumbuh 3 persen dibanding 26 juta penumpang di periode yang sama tahun lalu.
Di samping itu, program optimalisasi dan efisiensi yang dijalankan perusahaan secara berkelanjutan juga terus menunjukkan hasil yang signifikan. Seiring dengan program routes optimization yang dijalankan, Garuda Indonesia mencatatkan peningkatan utilitas pesawat 38 menit, menjadi 9 jam 34 menit per hari sepanjang Januari-September 2017, dari sebelumnya 8 jam 56 menit per hari periode yang sama tahun lalu. (Baca : Rugi Garuda Membengkak, Pemegang Sukuk Global GIAA Sepakat Ubah Syarat)
Rata-rata Keterisian Penumpang
Garuda Indonesia juga berhasil mencapai rata-rata tingkat keterisian penumpang (seat load factor/SLF) sebesar 75 persen pada Januari-September 2017, naik dari 73.4 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Tingkat ketepatan waktu penerbangan (on-time performance/OTP) sebesar 89,2 persen pada Kuartal III 2017, naik dari sebesar 87,8 persen pada kuartal III 2016.
Sejalan dengan program fleet cost optimization, Garuda Indonesia melakukan penambahan kapasitas melalui rekonfigurasi armada Boeing 777-300ER dari tiga kelas layanan (first class, business class, dan economy class) menjadi dua kelas layanan (business class dan economy class). Sehingga terdapat tambahan kapasitas sebesar 79 kursi per pesawat.
Selain untuk meningkatkan efisiensi biaya pesawat, penyesuaian kapasitas tersebut juga dilakukan untuk menjawab kebutuhan pasar di beberapa rute yang dilayani Garuda Indonesia tanpa harus mendatangkan pesawat baru di jajaran armadanya. (Lihat : GMF AeroAsia Daftar IPO Saham ke OJK Besok, Ini Rincian Kinerja Keuangannya)
Selain menambah kapasitas pesawat, untuk mendukung kebutuhan pasar ke depannya, Garuda Indonesia secara bertahap juga akan terus meningkatkan utilitas pesawat hingga menjadi rata-rata 11 jam per hari. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.