Bareksa.com – Di sepanjang tahun 2017 ini, pasar saham menunjukkan kinerja positif seiring dengan kondisi ekonomi yang cenderung stabil. Tercatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah membukukan return 11,07 persen sejak awal tahun hingga saat ini (per tanggal 11 Oktober 2017).

Hal tersebut turut menopang kinerja reksa dana saham untuk menghasilkan kinerja yang positif. Seperti yang diketahui, jenis reksa dana ini menempatkan minimal 80 persen dari asetnya pada saham. (Baca : Daftar 5 Reksa Dana Saham dengan Return Tertinggi di Pekan Pertama Oktober 2017)

Meskipun demikian, return rata-rata yang dihasilkan oleh mayoritas reksa dana saham yang tercermin pada indeks reksa dana saham masih berada di bawah kinerja IHSG. Indeks reksa dana saham sejak awal tahun hingga saat ini (year to date/YTD) mencatat hasil hanya 2,63 persen.

Ada dua hal yang bisa menyebabkan kinerja indeks reksa dana saham ini kalah dibandingkan dengan IHSG. Kedua hal itu adalah strategi alokasi aset dan jumlah saham yang berbeda pada portofolio setiap produk reksa dana saham yang dikelola berbagai manajer investasi. (Baca juga: Kinerja Reksa Dana Saham Tertinggal IHSG 5 Tahun Terakhir, Apa Penyebabnya?)

Grafik: Perbandingan Return IHSG dan Indeks Reksa Dana Saham (YTD)

Sumber: Bareksa.com

Walaupun mayoritas kinerja reksa dana saham berada di bawah IHSG, bukan berarti tidak ada produk reksa dana saham yang mampu mengalahkan indeks acuan ini (beat the market). Sebab, pada Marketplace Reksa Dana Bareksa terdapat enam produk reksa dana saham yang menghasilkan return melebihi IHSG (Composite) di sepanjang tahun ini. Lebih jelasnya tampak pada tabel di bawah ini. (Lihat : Beli Reksa Dana di Bareksa Kini Sebagian Besar Bisa Autodebet)

Tabel: Daftar Reksa Dana Saham Pada Marketplace Bareksa

Sumber: Bareksa.com

Berdasarkan tabel tersebut, Sucorinvest Equity Fund —reksa dana saham kelolaan PT Succor Asset Management —memiliki return tertinggi di antara produk reksa dana sejenis lainnya pada periode YTD, yakni dengan imbal hasil 20,06 persen.

Selain itu Sucorivest Maxi Fund juga berhasil memberikan keuntungan hingga 18 persen dan Sucorinvest Sharia Equity Fund naik hingga 13,77 persen.

Tiga reksadana saham lainnya yang berhasil melampaui return IHSG adalah Syailendra Equity Opportunity Fund sebesar 11,7 persen, Pinnacle Strategic Equity Fund sebesar 11,35 persen dan PT TRAM Consumption Plus naik 11,19 persen. (Baca : Lampaui Reksa Dana Saham, Ini 5 Reksa Dana Campuran dengan Return Tertinggi)

Apabila dilihat dalam periode yang lebih panjang, seperti 3 - 5 tahun terakhir, reksa dana yang diluncurkan sejak 08 Mei 2012 ini pun cukup konsisten dalam menghasilkan return yang mengalahkan pasar saham. Bahkan, pertumbuhannya bisa dua hingga tiga kali lipat IHSG.

Pada periode tiga tahun terakhir, reksa dana ini menghasilkan return 66,6 persen dan IHSG hanya menghasilkan return 18,53 persen. Kemudian, Sucorinvest Equity Fund juga mampu membukukan return sebesar 92,79 persen atau dua kali lipat return IHSG yang sebesar 37,29 persen dalam lima tahun terakhir.

Reksa dana saham ini dapat menjadi salah satu pilihan investor yang memiliki tujuan investasi jangka menengah hingga panjang dengan profil risiko yang cenderung agresif. Sesuai karakternya, reksa dana ini cukup fluktuatif, yang bisa saja bergerak naik atau turun cukup signifikan dalam jangka pendek.

Karena itu, untuk berinvestasi pada reksa dana saham ini, investor perlu menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing terlebih dahulu. Kemudian, ada baiknya sebelum membeli reksa dana, investor dapat membaca dan memahami isi fund fact sheet agar dapat lebih mengenali karakteristik dari produk reksa dana tersebut. (Lihat : Return Lampaui Benchmark, 2 Reksa Dana Majoris-AM Kini Bisa Dibeli di Bareksa)

***

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.