Waskita Karya Tunda Divestasi Ruas Tol, WSBP Hadapi Dua Tantangan Ini
Kedua faktor itu akan memengaruhi penurunan gross margin di masa mendatang
Kedua faktor itu akan memengaruhi penurunan gross margin di masa mendatang
Bareksa.com - PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) menghadapi tantangan setelah induk usahanya, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) belum bisa merealisasikan divestasi ruas tolnya. Margin kotor (gross margin) perseroan semester I 2017 turun dibanding 2016. Kedua faktor tersebut akan memengaruhi penurunan gross margin perseroan di masa mendatang.
Saat ini perseroan masih mengandalkan proyek turnkey induk usahanya, sedangkan proyek jenis membutuhkan banyak modal dalam bentuk piutang jangka panjang. Meski begitu, kontrak turnkey memberikan gross margin lebih tinggi untuk dua produknya, yakni readymix dan beton pracetak.
Ada dua masalah yang mendasari tantangan Waskita Precast di masa mendatang. Analis Reliance Sekuritas Indonesia, Rio Adrianus, menjelaskan masalah pertama adalah perseroan membutuhkan margin yang tinggi untuk mengompensasi piutang jangka panjang. (Baca : Setelah Tol Becakayu, Ini Daftar Lima Proyek Terbesar Waskita Karya)
Promo Terbaru di Bareksa
Waskita Precast memiliki piutang jangka panjang karena membutuhkan modal besar untuk menggarap proyek turnkey.
Dengan asumsi biaya modal sebesar 11,7 persen, sama dengan PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), Waskita Precast perlu memperoleh gross margin sebesar 23,7 persen untuk menutupi biaya modal 2016.
"Sebagai catatan, Waskita Precast membukukan gross margin 22,3 persen pada 2016," kata Rio dalam riset, Selasa, 3 Oktober 2017.
Kebutuhan margin yang tinggi untuk menutupi pengeluaran modal menggiring perseroan ke persoalan selanjutnya, yakni keberlangsungan usaha yang terlihat semakin rapuh.
Awalnya, Rio menilai margin dari produk readymix perseroan akan jatuh mengingat banyak kompetitor dalam industri tersebut. Namun saat ini margin tidak menjadi masalah karena belum optimalnya utilisasi kapasitas industri.
Kondisi perolehan margin tahun ini yang tampak aman tidak terbukti, karena jika dibandingkan kuartal I dan II tahun lalu, margin Waskita Precast tahun ini tercatat lebih rendah. (Lihat : Waskita Karya Kembali Tawarkan 10 Ruas Tol ke Investor, WSKT Siapkan Langkah Ini)
Kesulitan Pembiayaan
Selain turunnya margin, induk usaha perseroan sebagai pelanggan utama, Waskita Karya, megalami kesulitan pembiayaan usai batal divesasi ruas tol. Hal itu tidak hanya menciptakan masalah bagi Waskita Precast untuk meningkatkan perolehan kontrak baru, tetapi juga bakal menekan gross margin.
Kesulitan pembiayaan yang dialami Waskita Karya menempatkan Waskita Precast pada posisi berisiko karena bakal menerima proyek turnkey lebih banyak. Situasi tersebut belum terjadi sejauh ini, tetapi hal itu harus menjadi pertimbangan.
Ada kemungkinan proyek turnkey akan terus bertambah menjadi bagian orderbook Waskta Precast, seperti bakal adanya satu proyek trunkey baru, yakni jalan tol Probolinggo-Banyuwangi. Rio memperkirakan nilai kontrak turnkey perseroan tahun ini mencapai 51 persen dari proyeksi total kontrak tahun ini sebesar Rp 22,6 triliun.
"Kemungkinan Waskita Precast baru mulai mencatatkan arus kas positif pada 2020," ujarnya. (Baca : Sepekan Terakhir Anjlok, Saham Waskita Beton Tergolong Murah. Saatnya Beli WSBP?)
Rasio Harga Saham WSBP
Rio menilai harga saham Waskita Precast saat ini undervalued, sehingga masih direkomendasikan beli. Dia menargetkan harga saham WSBP mencapai Rp 430 per saham, dengan asumsi harga saham terhadap laba per saham (price to earning ratio/ PER) 2018 sebesar 7,5 kali dan harga saham terhadap nilai buku (price to book value/ PBV) 2018 sebesar 1,1 kali.
Rio melanjutkan, terlepas masalah pembiayaan sat ini , pembangunan jalan tol masih terus dilakukan dan penambahan proyek pembangunan ruas tol baru telah masuk dalam agenda pemerintah. Karena itu, ada kesempatan bagi perseroan untuk mengembangkan kontrak barunya, terutama jika bsia memperluas customer base. (Lihat : Saham WSBP Sentuh Level Terendah sejak IPO, Dampak Batalnya Divestasi WSKT?)
Faktor upside lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah penambahan tambang quarry yang kemungkinan bisa meningkatkan gross margin. Untuk saat ini, pihaknya masih berhati-hati dengan proyeksi perolehan gross margin perseroan, karena tingginya margin perseroan sebagian besar diperoleh dari proyek turnkey induk usahanya.
Mundurnya realisasi divestasi rus tol Waskita Karya, membuat keberlangsungan margin tinggi Waskita Precast berisiko. Kegagalan divestasi ruas tol dan turunnya gross margin perseroan kuartal I dan II 2017, menunjukkan potensi penurunan gross margin Waskita Precast di masa mendatang. (Baca : Tiga Saham Anak Usaha BUMN ini Kompak Longsor, Satu Saham Naik Sepanjang 2017)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.