Ini Alasan Agus Marto Yakin Suku Bunga The Fed Naik pada Akhir 2017
BI terus memonitor rencana the Fed yang akan mengurangi portofolio obligasi sebesar US$4,5 triliun
BI terus memonitor rencana the Fed yang akan mengurangi portofolio obligasi sebesar US$4,5 triliun
Bareksa.com - Federal Reserve atau the Fed diyakini akan menaikkan tingkat suku bunga pada akhir 2017 ini, sejalan dengan perkembangan tingkat inflasi dan data tenaga kerja. Perkiraan itu juga seiring dengan pernyataan Ketua the Fed Janet Yellen bahwa bank sentral Amerika Serikat (AS) akan melakukan perubahan tingkat suku bunga di masa mendatang.
Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo meyakini Fed Fund Rate (FFR) akan mengalami kenaikan di akhir tahun. Kenaikan tersebut sejalan dengan keputusan yang diambil the Fed terkait kenaikan suku bunga yang sudah dilakukan beberapa kali dalam beberapa waktu lalu. Tentu kesemuanya harus menimbang banyak hal sebelum mengubah suku bunga.
"Pernyataan dari the Fed yang hawkish itu kita sudah lihat. Kita melihat konsisten the Fed untuk menaikkan FFR di Desember 2017," kata Agus, Kamis 28 September 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
Atas perkiraan itu, lanjutnya, BI sudah melakukan sejumlah antisipasi yang salah satunya adalah menurunkan suku bunga acuan yakni BI 7 Days Reverese Repo Rate menjadi 4,25 persen pada pekan lalu. Sejauh ini, BI terus mewaspadai dan memantau efek termasuk rencana kenaikan suku bunga oleh the Fed. (Baca : Neraca The Fed Dikurangi Bulan Depan, Ini Dampak ke Arus Modal Negara Berkembang)
BI Pantau Pemangkasan Neraca The Fed
Agus mengaku, BI terus memonitor rencana the Fed yang akan mengurangi portofolio obligasi senilai US$4,5 triliun yang akan dilakukan secara bertahap. Beragam kebijakan siap dilakukan guna mengantisipasi sejumlah risiko yang timbul atas kebijakan yang diambil the Fed.
"Kami sudah dengar the Fed akan menurunkan besaran neraca dari yang sekarang ini lebih dari USD4,5 triliun akan diturunkan secara bertahap dan mulai dilaksanakan di Oktober. Itu sekitar US$10 miliar setiap bulannya," ujar mantan Menteri Keuangan ini.
Sebelumnya, hampir satu dekade setelah dunia keuangan terjun ke dalam krisis terbesarnya dari generasi ke generasi, Federal Reserve AS telah mengambil keputusan penting untuk memulai melepaskan beberapa stimulus yang diciptakannya untuk menangkal depresi hebat yang kedua.
The Fed akan mulai memotong neraca sebesar US$ 4,5 triliun pada Oktober, awalnya hanya US$ 10 miliar per bulan. Ketua the Fed Janet Yellen mengatakan proses normalisasi akan bertahap dan dapat diprediksi. (Lihat : Suku Bunga BI Turun Jadi 4,25 Persen, Peluang Bunga Kredit Turun Makin Terbuka)
Pembuat kebijakan juga membuat suku bunga AS tidak berubah yaitu di posisi 1,25 persen menjadi 1,5 persen. Pimpinan the Fed mengharapkan untuk menaikkan biaya pinjaman sekali lagi tahun ini, diikuti oleh tiga kenaikan pada 2018.
"Jadi kita sudah harus bersiap diri untuk kondisi di mana terjadi peningkatan bunga FFR, khususnya (berdampak pada kenaikan) USD. Dan ini tentu berdampak pada stabilitas sistem keuangan karena akan dilakukan secara dua atau tiga tahun ke depan kenaikan itu," jelas Agus. (Baca : The Fed Pertahankan Suku Bunga, Stimulus Ekonomi AS akan Dikurangi Bulan Depan)
Bunga Kredit Diprediksi Turun Bertahap
Di sisi lain, BI memperkirakan industri perbankan akan secara bertahap menurunkan tingkat suku bunga kredit. Kondisi itu sejalan dengan langkah BI yang sudah menurunkan BI 7 Days Reverese Repo Rate. Meski turun, namun hal itu diprediksi akan dilakukan pada 2018.
"Kita ingin supaya bunga kredit perbankan dapat turun lebih cepat. Tapi pasti untuk menyelesaikan bunga mungkin perbankan masih harus menunggu depositonya yang satu, tiga, dan enam bulan itu jatuh tempo," ujar Agus.
Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate sebanyak 25 basis poin. Dengan demikian, suku bunga acuan BI turun dari 4,5 persen menjadi 4,25 persen. RDG BI juga memutuskan untuk menurunkan suku bunga deposit facility sebesar 25 basis poin menjadi 3,5 persen. Adapun suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 5 persen. (Lihat : Harga Minyak Naik di Agustus, 98 Persen Konsensus Yakin Suku Bunga The Fed Tetap)
Penurunan suku bunga acuan ini akan diikuti dengan penurunan suku bunga instrumen moneter lainnya. Kebijakan moneter dengan rendahnya realisasi dan perkiraan inflasi 2017 dan 2018 di dalam kisaran sasaran yang ditetapkan, serta terkendalinya defisit transaksi berjalan dalam kisaran batas aman. (K03)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.