Harga Batu Bara Kelistrikan akan Diatur, Ini Imbas ke PTBA, ADRO, ITMG, dan DOID
Sepekan terakhir harga saham PTBA dan DOID masih turun dalam, ADRO dan ITMG sudah kembali pulih
Sepekan terakhir harga saham PTBA dan DOID masih turun dalam, ADRO dan ITMG sudah kembali pulih
Bareksa.com - Pekan lalu muncul wacana bahwa pemerintah melalui Kemeneterian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan menerapkan harga batu bara khusus untuk kebutuhan kelistrikan. Batu bara untuk dalam negeri (domestic market obligation/DMO), yang digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik, akan dibanderol dengan harga khusus, bukan harga pasar.
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, pada Selasa pekan lalu menyatakan PT PLN (Persero) mengusulkan agar ada pengaturan harga batu bara yang bisa menunjang tarif listrik yang lebih murah. Ini karena kebutuhan batu bara PLN terus meningkat. Merespons pemberitaan tersebut, saham-saham batu bara pun berguguran pada perdagangan Rabu pekan lalu, 13 September 2017.
Penurunan terbesar dialami oleh PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) yang anjlok 17,24 persen. Kondisi ini mengingat PTBA adalah badan usaha milik negara yang memiliki porsi penjualan terbesar ke dalam negeri dibandingkan dengan perusahaan yang lain. (Baca juga : PLN Minta Harga Batu Bara Diturunkan, Ini Analisis Dampaknya ke Emiten Batu Bara)
Promo Terbaru di Bareksa
Porsi Penjualan ke PLN
Sekedar informasi, porsi penjualan batu bara beberapa perusahaan tambang ke PLN antara lain PTBA 60 persen, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) 25 persen, PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) 15 persen, serta Kideco yang 46 persen sahamnya dipegang PT Indika Energy Tbk (INDY) 25 persen.
Menurut analisis Bareksa, jika wacana harga batu bara khusus untuk kelistrikan jadi diterapkan, maka emiten yang paling akan merasakan dampak dari pengaturan harga PLN adalah PTBA. Sebab jika harga yang diterapkan lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar tentu akan berdampak negatif terhadap kinerja keuangan PTBA. Namun sebaliknya, jika harga yang diterapkan lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar maka akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan PTBA.
Meskipun pada penutupan perdagangan Senin, 18 September harga saham sektor batu bara sudah kembali rebound jika dibandingkan Rabu pekan lalu, namun jika dihitung dalam sepekan terakhir harga saham masih menurun. Utamanya PTBA dan DOID yang masih anjlok dalam.
Selama sepekan pada 12 - 18 September 2017, harga saham PTBA telah anjlok 14,7 persen dari Rp 12.175 per saham menjadi Rp 10.375 per saham pada penutupan perdagangan Senin kemarin.
Kinerja Saham PTBA Sepekan Terakhir
Sumber : Bareksa.com
Kemudian saham DOID tercatat masih anjlok 7,17 persen dari Rp 975 per saham Selasa pekan lalu menjadi Rp 905 per saham pada penutupan perdagangan Senin kemarin.
Kinerja Saham DOID Sepekan Terakhir
Sumber : Bareksa.com
Sedangkan emiten lainnya mencatatkan penurunan tipis harga sahamnya yakni ADRO masih tercatat turun tipis 0,02 persen dan ITMG turun tipis 0,37 persen.
Pergerakan Harga Batu Bara
Faktor penting lain yang juga perlu dicermati yang akan mempengaruhi pergerakan harga saham emiten batu bara adalah pergerakan harga batu bara. Karena harga batu bara mempunyai korelasi positif yang cukup kuat terhadap pergerakan harga saham emiten batu bara.
Sumber : Barchart.com
Bila diamati kenaikan harga batu bara yang mulai terjadi sejak pertengahan tahun lalu telah tercermin dalam capaian kinerja keuangan emiten batu bara hingga semester I 2017. Kenaikan harga batu bara yang mencapai 100 persen juga terefleksikan di beberapa laporan keuangan emiten batu bara.
Berikut beberapa capian laba bersih semester 1 2017 vs semester 1 2016
- PTBA : Rp 1,7 triliun vs Rp 711 miliar (+142 persen)
- ADRO : Rp 2,9 triliun vs Rp 1,6 triliun (+84 persen)
- ITMG : Rp 1,4 triliun vs Rp 480 miliar (+192 persen)
- DOID : Rp 115 miliar vs Rp 105 miliar (+9,5 persen)
Berdasarkan data tersebut, dapat dikatakan bahwa kinerja fundamental emiten batu bara sejauh ini masih sesuai ekspektasi dan kemungkinan makin akan bagus hingga akhir tahun nanti. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan emiten batu bara juga dari sisi efisiensi yang diterapkan manajemen perusahaan terkait.
Dengan begitu, pergerakan saham-saham emiten batu bara tergantung dari kondisi harga batu bara yang bersangkutan. Jika harga saat ini masih mampu bertahan di kisaran US$ 90 - US$ 100 per ton, maka bukan tidak mungkin capaian kinerja seperti tahun lalu akan kembali terulang.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.