BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Waskita Karya Kembali Tawarkan 10 Ruas Tol ke Investor, WSKT Siapkan Langkah Ini

18 September 2017
Tags:
Waskita Karya Kembali Tawarkan 10 Ruas Tol ke Investor, WSKT Siapkan Langkah Ini
Pekerja meratakan permukaan jalan beton di Proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Bakauhuni-Terbanggi Besar di Desa Sabah Balau Lampung Selatan. Pembangunan jalan tol itu dilakukan oleh Konsorsium BUMN, yakni PT Hutama Karya (Persero), PT Pembangunan Perumahan (PP), PT Waskita Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, serta PT Adhi Karya Tbk

Perseroan menargetkan perolehan dana Rp 10 Triliun dari divestasi tol

Bareksa.com – PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) sudah mulai kembali menawarkan 10 ruas tol milik anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR). Waskita juga sudah menawarkan ruas tolnya kepada dua perusahaan yang sebelumnya ikut tender, yakni PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dan PT Astratel Nusantara.

Direktur Utama Waskita Karya, Muhamad Choliq, mengatakan bahwa konsep penawaran ruas tol perseroan saat ini menggunakan mekanisme one on one. Dia menilai konsep tersebut bisa lebih efektif.

Waskita menawarkan 10 ruas tol plus saham baru WTR yang akan diterbitkan melalui mekanisme penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Promo Terbaru di Bareksa

“Target dana dari penjualan tol dan rights issue sekitar Rp 10 triliun,” ujarnya di Jakarta, Senin, 18 September 2017.

Rencananya perseroan akan menjual ruas tol dalam dua mekanisme, yaitu secara bandling tujuh ruas tol Trans Jawa dan menjual tiga tol lainnya secara terpisah. Tiga tol yang dijual terpisah yakni, Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi, dan tol di Palembang. (Baca juga : Ini Alasan Waskita Karya Batalkan Divestasi Ruas Tol Anak Usaha)

Kaji IPO Waskita Toll Road

Waskita juga menyiapkan strategi terakhir divestasi WTR melalui mekanisme penawaran umum perdana (initial public offering/ IPO) saham. Dia mengaku bahwa perseroan sudah mempersiapkan proses IPO saham WTR.

“Jika sampai semester I tahun depan strategic partner tidak berhasil, IPO saham WTR akan kita lakukan,” jelas Choliq.

Akibat belum terealisasinya rencana divestasi, Waskita merevisi target kontrak barunya tahun ini menjadi Rp 60 triliun dari sebelumnya Rp 70 triliun.

Dia melanjutkan, perseron membutuhkan dana jumbo untuk menggarap proyek infrastruktur hingga 2019, terutama proyek jalan tol. Hingga 2019, Waskita terlibat dalam proyek jalan tol sepanjang 1.260 kilometer (Km). (Lihat juga : Sepekan Terakhir Anjlok, Saham Waskita Beton Tergolong Murah. Saatnya Beli WSBP?)

Choliq mengatakan, Waskita membutuhkan dana sekitar Rp 120 triliun untuk membiayai seluruh kontrak on hand hingga 2019. Untuk memenuhi kebutuhan dananya, perseroan mencari pinjaman sekitar Rp 80 triliun dan ekuitas sekitar Rp 40 triliun.

Hingga saat ini, perseroan sudah memperoleh pinjaman yang sudah didrawdown senilai Rp 31,5 triliun. Kemudian, perseroan baru memperoleh pinjaman sebesar Rp 5 triliun dari sindikasi bank dan bakal merilis obligasi sebesar Rp 3 triliun.

“Jadi kita sudah memiliki pinjaman sekitar Rp 40 triliun,” tutur Choliq. Dia mengatakan bahwa kebutuhan dana tersebut untuk menangani kontrak on hand saat ini, jika kontrak bertambah maka kebutuhan dana ikut bertambah. (Baca ; Saham WSBP Sentuh Level Terendah sejak IPO, Dampak Batalnya Divestasi WSKT?)

Pinjaman Sindikasi Rp 5 Triliun

Hari ini, Waskita baru saja menandatangani fasilitas pinjaman dari sindikasi 9 bank senilai Rp 5 triliun. Perseroan akan menggunakan dana tersebut untuk general purpose.

Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (MSBC) bertindak sebagai sole mandated lead arranger and bookrunner dalam fasilitas pinjaman itu. Kemudian, mandated lead arranger terdiri atas Bank of China dan lead arrangers Bank KEB Hana Indonesia, Bank Permaata dan Bank OCBC NISP.

Sementara itu, arrangers pinjaman terdiri atas Bank China Construction Bank Indonesia, Bank CTBC Indonesia, Bank Shinha Indonesia dan Bank SBI Indonesia. Pinjaman tersebut bertenor lima tahun dengan tingkat bunga Jibor 2,77 persen per tahun atau equivalen 7,77 persen.

Hingga pekan pertama September, Waskita memperoleh kontrak baru sebesar Rp 43 triliun. Kontrak baru perseoran didomminasi oleh proyek infrastruktrur, khususnya jalan tol.

Waskita merevisi target laba bersih tahun ini menjadi minimal Rp 3,6 triliun dari target sebelumnya Rp 2,8 triliun. Dia mengatakan bahwa bakal ada kontrak yang dipercepat pengerjaannya sehingga pendapatan perseroan naik. (Lihat : WSKT Sentuh Level Terendah di 2017, Waktunya Beli Saham Waskita Karya?)

Kinerja Saham WSKT

Illustration

Sumber : Bareksa.com

Sepanjang pekan lalu, saham WSKT longsor menyusul pengumuman perseroan batal divestasi ruas tol Waskita Toll Road. Senin pekan lalu manajemen Waskita memutuskan untuk menunda divestasi karena perseroan telah melakukan penilaian terhadap penawaran yang masuk dari calon investor. Akan tetapi belum ada yang memenuhi target yang diharapkan manajemen WTR. (Lihat juga : WSKT Batal Divestasi Ruas Tol Anak Usaha, Ini Tanggapan Astra dan Jasa Marga)

“Selanjutnya, salah satu alternatif untuk memenuhi pendanaan proyek-proyek infrastruktur terutama jalan tol, Waskita dan WTR tetap berencana mendivestasi jalan tol,” jelas manajemen dalam keterangan resmi, Senin, 11 September 2017.

Sepanjang pekan lalu, yakni pada Senin 11 September hingga Jumat, 15 September 2017, harga saham WSKT anjlok hampir 16 persen dari sebelumnya Rp 2.100 per saham menjadi Rp 1.815 per saham.

Sepanjang tahun ini hingga 13 September 2017, saham WSKT telah anjlok 27,65 persen. Penurunan harga saham Waskita ternyata tidak sendirian. Sebab saham-saham BUMN konstruksi juga mengalami kondisi serupa. Sepanjang 2017, saham BUMN konstruksi yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) telah longsor 20,13 persen , PT PP (Persero) Tbk (PTPP) ambrol 33,86 persen, serta PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) juga turun 3,85 persen. (Baca juga : Sepanjang 2017 Saham WSKT Anjlok 27,65 Persen, BUMN Konstruksi Lain juga Ambrol)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,58%
Up4,31%
Up7,57%
Up8,73%
Up19,20%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,44%
Up4,48%
Up7,05%
Up7,51%
Up2,61%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,97%
Up7,04%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,64%
Up7,38%
Up16,99%
Up40,43%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua