Saham WSBP Sentuh Level Terendah sejak IPO, Dampak Batalnya Divestasi WSKT?
Harga saham WSBP telah menyentuh level Rp 380 per saham
Harga saham WSBP telah menyentuh level Rp 380 per saham
Bareksa.com – Semenjak PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memutuskan membatalkan sementara rencananya untuk mendivestasi ruas tol milik anak usaha perseroan, saham PT Waskita Beton Tbk (WBSP) ikut anjlok 14 persen, apa ada kaitannya?.
Hingga pukul 15.30 WIB hari ini, 14 September 2017, harga saham WSBP telah menyentuh level terendah sejak IPO, Rp 380 per saham, berarti harga saham WSBP telah anjlok 14 persen dalam waktu tiga hari.
Padahal menurut analis MNC Securities, adanya penundaan divestasi Toll Road WSKT tidak akan mempengaruhi cash flow WSBP karena rasio utang yakni debt to equity ratio (DER) perseroan saat ini masih di bawah 1 kali tepatnya 0,9 kali per semester I 2107, dengan maksimum debt covenant hingga 2,5 kali. Jadi pihak Perseroan pun telah mendapatkan komitmen pinjaman dari perbankan dengan fleksibel dan telah mengantisipasi kebutuhan pendanaan proyek untuk 1 tahun ke depan;
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara ekspektasi laba bersih di 2017 ini, masih sesuai dengan target perseroan yaitu secara moderat yakni di atas Rp 1 triliun.
Adapun rencana perusahaan yang akan melakukan aski buyback telah berjalan sejak Juli 2017 dengan realisasi mencapai 40 persen dari total budget Rp1 triliun dengan perkiraan 1,84 miliar lembar saham. Di mana perkiraan harga rata-rata Rp470 per saham
Aksi buyback biasa dilakukan oleh emiten untuk menjaga harga saham di pasar yang dianggap tidak sesuai dengan kinerja fundamentalnya. Dalam kasus WSBP, harga sahamnya sudah di bawah level penawaran perdana (initial public offering/IPO).
Berdasarkan pantauan Bareksa, harga saham WSBP memang mencatat penurunan 28,8 persen sepanjang tahun ini. Saham WSBP ditutup di level Rp 398 pada Rabu kemarin, dibandingkan dengan Rp 555 pada penutupan perdagangan akhir tahun lalu.
Bahkan angka tersebut berada di bawah harga IPO yang ditetapkan Rp 490. Sebagai informasi saham ini sempat menyentuh level tertinggi sepanjang masa di Rp 630 pada 28 Oktober 2016.
Padahal dari sisi kinerja, pendapatan perusahaan melonjak 43 persen menjadi Rp 2,67 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya hanya Rp 1,87 triliun. Hal ini terdorong pendapatan dari jasa konstruksi yang menjadi Rp 858 miliar dari sebelumnya tidak ada. Selain itu, Pendapatan dari readymix juga naik 15,6 persen menjadi Rp 651 miliar dari sebelumnya hanya Rp 563 miliar.
Naiknya pendapatan ikut mendongkrak laba perusahaan yang meningkat 28 persen menjadi Rp 436 miliar dari sebelumnya Rp 341 miliar.
Grafik: Pergerakan Harga Saham WSBP Sejak IPO
Sumber: Bareksa.com
Namun dari turunnya harga saham produsen beton tersebut membuat harga saham berbanding dengan laba bersih (Price to Earnings Ratio/PER) mengecil. Semakin tinggi nilai PER, maka harga saham emiten tersebut semakin mahal terhadap kinerja labanya, begitupun sebaliknya..
Jika dilihat pada harga sekarang, PER saham WSBP telah menjadi 11,23 kali. Angka tersebut jauh berada di bawah PER saham sejenisnya seperti PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON), PER saham WSBP menjadi lebih murah karena WTON memilik PER sebesar 16,75 kali.
Grafik: PER WSBP dan WTON
Sumber: Bloomberg.com
Sebelumnya Manajemen Waskita Karya mengatakan bahwa perseroan telah melakukan penilaian terhadap penawaran yang masuk dari calon investor. Akan tetapi belum ada yang memenuhi target yang diharapkan manajemen PT Waskita Toll Road.
“Selanjutnya, salah satu alternatif untuk memenuhi pendanaan proyek-proyek infrastruktur terutama jalan tol, Waskita dan WTR tetap berencana mendivestasi jalan tol,” jelas manajemen dalam keterangan resmi, Senin, 11 September 2017.
Waskita masih mengkaji skema yang akan dilakukan dalam melakasanakan divestasi.
Sebelumnya dikabarkan terdapat lima perusahaan dalam dan luar negeri tengah menawar (bidding) saham divestasi dan ruas tol milik anak usaha WTR. Waskita bakal melepas sebanyak 6 ruas tol dan sekitar 20 persen saham WTR kepada investor baru.
Direktur Keuangan Waskita Karya, Tunggul Rajagukguk, mengatakan bahwa pada awalnya ada 14 perusahaan yang menyatakan minat terhadap ruas tol dan saham yang bakal dilepas WTR. Namun, jumlah perusahaan yang melakukan penjajakan (due diligence) akuisisi ruas tol WTR sebanyak 12 perusahaan.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.