Perbesar Industri Pasar Modal Syariah, BEI Wacanakan Direktur Khusus Syariah
Saat ini pengembangan produk syariah di BEI masih di bawah pengawasan level kepala unit
Saat ini pengembangan produk syariah di BEI masih di bawah pengawasan level kepala unit
Bareksa.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) menilai dengan adanya direktur khusus yang menangani produk syariah di jajaran direksi BEI, bisa semakin memperbesar industri pasar modal syariah Indonesia. Model serupa telah diterapkan di bursa saham Malaysia.
Direktur utama Bursa Efek Indonesia, Tito Sulistio, mengatakan saat ini pengembangan produk syariah masih di bawah pengawasan kepala unit. Nanti dia akan mengusulkan pengembangan produk syariah ditangani di level divisi.
“Jika OJK perintahkan ada direktur yang menangani syariah, kenapa tidak,” ujarnya di Jakarta, Kamis, 14 September 2017. Dia menjelaskan bahwa bursa belum mengajukan ide tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Promo Terbaru di Bareksa
Pertumbuhan (growth) pasar modal syariah di Indonesia dua kali lipat dibandingkan pertumbuhan pasar modal konvensional. Pasar modal syariah tumbuh agresif meskipun masih ada beberapa hambatan. (Baca juga : Kemenkeu Tunjuk Bareksa dan 8 Lembaga Pasarkan SBN Ritel Secara Online)
Saat ini BEI memiliki 34 galeri investasi syariah di 34 universitas. Jumlah tersebut merupakan yang terbanyak dibandingkan dengan bursa saham di dunia.
Persentase investor syariah dibandingkan dengan total investor pasar modal Indonesai juga terus meningkat signifikan. Pada 2014 jumlah investor syariah sebanyak 0,7 persen, sedangkan pada Agustus 2017 jumlah investor syariah mencapai 3,1 persen dari total investor.
Transaksi Saham Didominasi Saham Syariah
Transaksi saham di BEI sebenarnya didominasi oleh saham-saham berbasis syariah. Sebanyak 62 persen saham yang tercatat di BEI merupakan saham syariah.
Rata-rata pertumbuhan volume, nilai dan frekuensi transaksi saham-saham berbasis syariah dalam lima tahun terakhir juga lebih tinggi dibandingkan saham-saham non-syariah.
Rata-rata pertumbuhan volume transaksi saham syariah sebesar 167,2 persen dibandingkan 130 persen saham non-syariah. Pertumbuhan nilai transaksi saham syariah dalam lima tahun terakhir mencapai 70,7 persen dibandingkan 25,4 persen non syariah. (Lihat juga : Libatkan Akademisi, Ini Strategi OJK Kembangkan Industri Keuangan Syariah)
“Sedangkan rata-rata pertumbuhan frekuensi mencapai 186,7 persen berbanding 160,7 persen saham non-syariah,” tuturnya.
Untuk efek selain saham, outstanding sukuk negara di BEI telah mencapai Rp 310,38 triliun. Sedangkan outstanding sukuk korporasi sebesar Rp 14,26 trililun.
Untuk membesarkan industri pasar modal syariah, BEI juga perlu membuat end to end produk syariah. Dalam produk syariah, investor tidak boleh memiliki produk margin.
“Jadi, jika punya uang Rp 10 juta, investor hanya boleh bertransaksi Rp 10 juta. Ini harus end to end,” ujarnya. (Baca juga : Ini Strategi Menyiapkan Dana Pensiun Rp 1,14 Miliar Halal dan Bebas Riba)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.