Hypermart Dikabarkan Menunggak Pembayaran ke Supplier, Ini Penjelasan MPPA
Keterlambatan pembayaran ke supplier karena adanya proses verifikasi
Keterlambatan pembayaran ke supplier karena adanya proses verifikasi
Bareksa.com – Grup Lippo tengah dirundung masalah. Belum tuntas kritik yang bermunculan atas rencana mega proyek Meikarta, kini salah satu entitasnya yakni PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) dalam kondisi tak menentu.
Kondisi yang dialami MPPA terkait bisnis utamanya melalui gerai Hypermart. Dalam surat yang beredar di kalangan investor dan media, tercantum hasil notulen rapat mediasi Hypermat dan pemasok tertanggal 21 Agustus 2017.
Salah satu poin penting dalam surat itu adalah seluruh utang pemasok yang sudah jatuh tempo harus segera dibayar tunai tanpa cicilan dan tidak ada tambahan perpanjangan. Hypermart pun diberikan tenggat waktu penyelesaian yakni pada 14 September 2017.
Promo Terbaru di Bareksa
“Diadakan pertemuan kembali pada 13 September 2017 untuk mereview hasil rekomendasi ini,” tulis salah satu poin di surat itu.
Beberapa pihak yang terlibat dari mediasi antara lain AP3MI, GAPMI, NAMPA, AMIN, APGAI, APROGAKOB, ASRIM, APIKI, APIKCI, dan APSSI. Di situ tertuang tanda tangan Roy N Mande sebagai penerima kuasa Hypermat, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendagri Tjahya Widayanti dan Direktur Bina Usaha dan Pelaku Distribusi Kemendag Fetnayeti.
Kepada Bareksa, Corporate Secretary MPPA, Danny Kojongian, membenarkan adanya pertemuan itu. Namun Danny meluruskan, bahwa hal tersebut murni proses bisnis yang biasa. "Memang ada keterlambatan pembayaran. Tapi ini karena masih dalam proses verifikasi, baik kelengkapan dokumen, faktur, dan lain-lain," ujar Danny, Kamis, 24 Agustus 2017.
Danny juga menyebut, pertemuan itu hanya dilakukan dengan sebagian kecil dari pemasok Hypermart. Pasalnya, kata dia, saat ini pihaknya punya lebih dari 4.000 pemasok. Dan kabar terbaru, lanjut Danny, proses keterlambatan pembayaran tersebut akan bisa diselesaikan pada minggu depan atau lebih cepat dari tenggat waktu yang ditetapkan.
Masih Tambah Gerai
Di sisi lain, Danny juga mengakui kondisi peritel saat ini dalam situasi sulit. Namun hal itu tidak membuat perseroan menghentikan ekspansi gerai. Hingga semester I tahun ini, perseroan sudah menambah 3 gerai Hypermart dan akan ditambah 2 gerai lagi pada semester II 2017 ini.
"Begitu juga dengan gerai-gerai lain seperti Foodmart, SmartClub," imbuhnya. Penambahan gerai, lanjut Danny, karena perseroan percaya kondisi akan kembali membaik, seiring dengan berjalannya proyek infrastruktur pemerintah.
Meski begitu, Danny masih belum bisa memprediksi kinerja keuangan perseroan, khususnya terkait catatan rugi pada semester I tahun ini.
Berdasarkan laporan tahunan MPPA 2016, Hypermart masih menjadi kontributor terbesar pendapatan perseroan dengan porsi 76,8 persen dengan nilai Rp 10,39 triliun. Adapun total pendapatan MPPA pada 2016 mencapai Rp 13,5 triliun. Hingga akhir 2016, perseroan memiliki 115 gerai Hypermart, yang 7 di antaranya merupakan gerai baru.
Tabel: Jumlah Gerai Milik MPPA per Akhir 2016
Sumber: Laporan tahunan perseroan
Ternyata, kinerja MPPA 2016 termasuk turun jika dibandingkan tahun 2015. Pada tahun 2015, perseroan masih mampu membukukan pendapatan Rp 13,8 triliun dengan laba bersih Rp 222 miliar. Namun pada 2016, laba bersih perseroan hanya sebesar Rp 38 miliar.
Kondisi tersebut tidak semakin baik pada tahun ini. Hingga Juni 2017, pendapatan MPPA baru mencapai Rp 6,72 triliun, turun 2,89 persen dari Rp 6,92 triliun pada periode sama tahun 2016. Penurunan pendapatan ini diperparah dengan naiknya beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban lainnya.
Alhasil, perseroan harus menderita rugi periode berjalan Rp 169,83 miliar dari sebelumnya untung Rp 24,89 miliar.
Memburuknya kinerja keuangan MPPA seperti sudah diprediksi para investornya. Hal itu terlihat dari gerakan turun saham MPPA di sepanjang tahun ini hingga 23 Agustus 2017.
Dari harga Rp 1.480 pada akhir 2016, saham MPPA harus meluncur turun 52,36 persen ke Rp 705. Bahkan, saham MPPA sempat menyentuh level Rp 545 pada 14 Agustus 2017. Catatan itu membuat harga saham MPPA menjadi yang terendah sejak 23 Juni 2009.
Grafik: Pergerakan Saham MPPA Periode 30 Desember 2016 – 23 Agustus 2017
Sumber: Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.