Bea Masuk CPO ke India Naik Jadi 15 Persen, Saham Agriculture Tertekan di 2017
Pangsa pasar sawit Indonesia dan Malaysia menguasai sekitar 85 persen pasar sawit di dunia
Pangsa pasar sawit Indonesia dan Malaysia menguasai sekitar 85 persen pasar sawit di dunia
Bareksa.com – Perang dingin yang dilancarkan terhadap produk kelapa sawit atau minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia semakin masif. Buktinya, setelah Uni Eropa, kini giliran India menjegal CPO Indonesia.
Kementerian Keuangan India mengumumkan kenaikan tarif bea masuk CPO menjadi 15 persen. Pajak impor minyak kelapa sawit olahan juga meningkat menjadi 17,5 persen dan 25 persen dari sebelumnya 12,5 persen serta 15 persen.
Komoditas sejenis lain yang terkena peningkatan pajak impor, yakni minyak kedelai. Sementara, bea masuk minyak nabati lainnya masih tetap di level 12,5 persen untuk minyak mentah, dan 20 persen untuk minyak nabati olahan.
Promo Terbaru di Bareksa
Pada Mei lalu, Parlemen Uni Eropa juga sempat mengeluarkan resolusi soal sawit dan pelarangan biodiesel berbasis sawit karena dinilai masih menciptakan banyak masalah lingkungan.
Selain itu, sawit di Indonesia dianggap masih menciptakan banyak masalah mulai dari deforestasi, korupsi, pekerja anak-anak, sampai pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Parlemen Uni Eropa bahkan melarang Indonesia mengekspor sawit dan biodiesel ke negara lain.
Grafik : Pergerakan Harga CPO Global (MYR/Ton)
Sumber : Bareksa.com
Selama ini, pangsa pasar sawit Indonesia dan Malaysia menguasai sekitar 85 persen pasar sawit di dunia.
Mengutip CNN, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan, pemerintah India menaikkan bea masuk atas CPO Indonesia hingga 100 persen. Bea masuk komoditas CPO tadinya sebesar 7,5 persen, namun sekarang menjadi dua kali lipat menyentuh 15 persen.
"Persoalannya, sawit kita selalu ada negatif atau black campaign (kampanye hitam) dari negara lain, termasuk dengan India. Di India, market share (pangsa pasar) kita terganggu. Dan cukup turun. Tapi, mereka terus kami yakinkan kalau produk kita bersih dan tidak kotor," ujarnya, Selasa (21/8).
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pemerintah akan mendiskusikan langkah yang perlu diambil atas kenaikan tarif bea masuk itu, termasuk bertemu secara bilateral dengan India. Proses negosiasi perlu diupayakan, mengingat perdagangan dengan India saat ini masih surplus.
Saham Agriculture Cenderung Lesu di Tahun 2017
Menurut pantauan Bareksa, dua dari lima saham yang paling aktif di transaksikan yang bergerak di bidang pertanian hanya tumbuh single digit di kala pertumbuhan IHSG justru telah menguat hingga 11 persen di 8 bulan ini. Kedua saham tersebut ialah PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO).
Sedangkan perusahaan yang mempunyai likuiditas lebih besar seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), justru cenderung tertekan pergerakan sahamnya sepanjang tahun hingga double digit.
Grafik : Performa 5 Saham Sektor Pertanian
Sumber : Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,96 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.094,08 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,18 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.269,81 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.