Bermodal Kinerja Positif di 2016, Raline Shah Siap Bawa Indonesia AirAsia IPO?
Meski induk usaha terus mencatat laba bersih, namun Indonesia AirAsia merugi hingga Rp 1,5 triliun di 2015
Meski induk usaha terus mencatat laba bersih, namun Indonesia AirAsia merugi hingga Rp 1,5 triliun di 2015
Bareksa.com – PT Indonesia AirAsia telah menunjuk Raline Shah sebagai Komisaris Independen. Penunjukan ini menyusul persetujuan mutlak dari para pemegang saham PT Indonesia AirAsia di pekan ini. Sebelumnya, Tony Fernandez selaku CEO AirAsia Berhad mengatakan siap mencatatkan saham Indonesia AirAsia di Bursa Efek Indonesia di kuartal IV tahun ini. (Baca Juga : Raline Shah Komisaris dan Akan IPO, Ini Analisa Keuangan PT Indonesia AirAsia)
Menariknya, laporan keuangan baik PT Indonesia AirAsia maupun AirAsia Berhad selaku induk usaha yang berpusat di Malaysia mempunyai laporan keuangan yang bisa terbilang kinclong dalam 4 tahun terakhir khususnya di Tahun 2016.
Grafik : Pertumbuhan Laba Bersih AirAsia Berhad (MYR Juta)
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber : AirAsia, diolah Bareksa
Mengacu pada grafik laporan tahunan AirAsia, pertumbuhan laba bersih yang dapat dibagikan kepada entitas induk cenderung masih menghasilkan laba positif dan meningkat. Bahkan di 2016, maskapai berbiaya rendah ini (low cost carrier) ini membukukan laba bersih hingga 2 miliar ringgit Malaysia atau bertumbuh 276 persen dibandingkan 2015.
Hal tersebut didorong oleh beberapa faktor seperti berhasilnya manajemen dalam melakukan efisiensi dengan memangkas beberapa armada penerbangan maupun rute yang dianggap sebagai “jalur kurus” dan menambah kapasitas di penerbangan dengan rute “jalur gemuk” sehingga berdampak pada kenaikan load factor atau perbandingan antara jumlah penumpang terhadap kapasitas yang nyaris menyentuh 90 persen.
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan Jumlah Penumpang AirAsia
Sumber : AirAsia, diolah Bareksa
Setelah 3 Tahun Rugi, Kini Indonesia AirAsia Membukukan Kinerja Positif
Pada 28 Desember 2014, penerbangan AirAsia Indonesia QZ8501 rute Surabaya- Singapura hilang kontak setelah sekitar 50 menit lepas landas dari bandar udara Juanda Surabaya. Pesawat tipe Airbus A320 dengan registrasi PK-AXC tersebut mengangkut 155 penumpang dan 7 kru terbang sekitar pukul 05.30 WIB. Pesawat hilang kontak saat berada di airway M635 pukul 06.18 WIB.
Musibah tersebut sempat mempengaruhi kinerja laporan keuangan Indonesia AirAsia pada 2015 yang mencatatkan rugi membengkak jadi Rp 1,5 triliun. Meskipun kerugian itu juga akibat rugi kurs yang meningkat.
Secara historis sejak 2013 hingga 2015, Indonesia AirAsia memang selalu merugi. Perseroan mencatatkan rugi sebesar Rp 373 miliar pada 2013 dan kemudian membengkak jadi Rp 856 miliar pada 2014. Baru kemudian pada tahun lalu maskapai ini berhasil bangkit dan membukukan laba Rp 212,2 miliar.
Grafik : Pertumbuhan Laba Bersih Indonesia AirAsia (Rp Miliar)
Sumber : AirAsia, diolah Bareksa
Menurut analisis Bareksa, dengan ditunjuknya Raline Shah sebagai Komisaris Independen dengan target mendekatkan diri terhadap pangsa pasar anak muda sebagai market share yang sangat potensial diikuti dengan mulai membaiknya laporan keuangan AirAsia baik yang di Malaysia selaku pusat maupun PT Indonesia AirAsia selaku anak usaha membuat usaha emiten yang bergerak di industri penerbangan ini semakin dekat dengan IPO.
Gambar : Persyaratan Menjadi Perusahaan Tercatat di BEI
Sumber : gopublic.idx.co.id
Selain telah fokus pada operasional core business yang sama lebih dari 36 bulan, salah satu persyaratan yang juga menjadi perhatian kami ialah poin yang berbunyi “Membukukan laba usaha pada 1 tahun buku terakhir”. Mengingat momentum tersebut tepat dengan laporan keuangan PT Indonesia AirAsia di tahun lalu, analisis Bareksa menilai jika AirAsia Indonesia siap untuk IPO tahun ini sebagai perusahaan penerbangan kedua di Indonesia setelah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. (Baca Juga : Raline Shah Komisaris dan Kinerja Induk Kinclong, Siapkah Indonesia AirAsia IPO?)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.