Raline Shah Komisaris dan Akan IPO, Ini Analisa Keuangan PT Indonesia AirAsia
Pemangkasan kapasitas 32 persen juga berdampak pada peningkatan RASK dan penurunan CASK
Pemangkasan kapasitas 32 persen juga berdampak pada peningkatan RASK dan penurunan CASK
Bareksa.com – PT Indonesia AirAsia telah menunjuk Raline Shah sebagai Komisaris Independen. Penunjukan ini menyusul persetujuan mutlak dari para pemegang saham PT Indonesia AirAsia di pekan ini.
Chief Executive Officer AirAsia Berhad, Tony Fernandez, mengatakan akan melakukan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) atas saham Indonesia AirAsia pada tahun ini. "IPO kami berharap bisa dilakukan tahun ini. Rencana IPO tergantung dari pertumbuhan Air Asia Indonesia," ujar Tony seusai acara penyambutan penerbangan perdana Air Asia Jakarta - Makau di Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, Senin, 7 Agustus 2017.
Ia mengatakan pelepasan saham AirAsia Indonesia ke lantai bursa mempertimbangkan pada sejumlah faktor seperti kondisi kondisi pasar. Tony menolak untuk menjelaskan proses yang akan dilakukan dalam IPO itu.
Promo Terbaru di Bareksa
Namun dia menyebutkan dana yang diperoleh dari pelepasan saham di bursa akan digunakan untuk menambah armada. "Membeli tambahan pesawat pada dasarnya investasi di destinasi baru," ujarnya.
Kinerja AirAsia Indonesia pada Tahun 2016
Berhasil meraih 6,5 juta penumpang sepanjang tahun lalu, membuat load factor Indonesia AirAsia sebesar 84 persen. Tak hanya itu, jasa penerbangan yang melayani 27 rute di mana 5 di antaranya merupakan penerbangan internasional (Perth, Darwin, Kuala Lumpur, Singapore, dan Bangkok) meraih 2 persen market share untuk penerbangan dengan rute domestik dan 27 persen market share untuk rute penerbangan internasional.
Pada 2016, Indonesia AirAsia mencatatkan pertumbuhan penjualan, tingkat okupansi, serta profit margin. Dari sebelumnya membukukan rugi operasi hingga Rp 728 miliar di 2015, perseroan membukukan keuntungan operasional sebesar Rp 118 miliar.
Dalam 4 tahun terakhir, load factor Indonesia AirAsia berada di kisaran 75 persen, hal itu masih berada di bawah load factor AirAsia Berhad selaku induk usaha yang mempunyai persentase nyaris menyentuh 90 persen. (Baca Juga : Raline Shah Komisaris dan Kinerja Induk Kinclong, Siapkah Indonesia AirAsia IPO?)
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan Load Factor Indonesia AirAsia (%)
Sumber : Annual Report AirAsia, diolah Bareksa
Menariknya, pada akhir 2016 tingkat okupansi Indonesia Air Asia menyentuh level 84 persen. Dalam laporan keuangan tahunan dijelaskan bahwa pertumbuhan okupansi yang mencapai 10 persen tersebut lebih disebabkan dikarenakan adanya penurunan jumlah kapasitas yang mencapai 32 persen dibanding tahun lalu.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa jumlah penumpang Indonesia AirAsia cenderung stagnan pertumbuhannya, sehingga dengan adanya pemangkasan kapasitas jumlah penumpang membuat persentase tingkat okupansi (load factor) Indonesia AirAsia naik signifikan.
Penurunan kapasitas tersebut juga berdampak positif pada Revenue per Available Seat Kilometre (RASK) yang bertumbuh hingga 5 persen menjadi Rp 476,67, dan berhasil menekan Cost per Available Seat Kilometre (CASK) yang menurun sebesar 11 persen menjadi Rp 477,63.
RASK dan CASK merupakan variabel yang digunakan untuk mengukur efisiensi suatu operasional penerbangan. RASK merupakan perbandingan antara laba operasi terhadap kapasitas penumpang serta jarak tempuh suatu penerbangan. Semakin tinggi RASK menandakan semakin profitable suatu penerbangan. CASK merupakan perbandingan antara biaya operasi terhadap kapasitas penumpang serta jarak tempuh suatu penerbangan.Semakin rendah CASK menandakan semakin efisien serta profitable suatu penerbangan.
Untuk diketahui, pada 2015 Indonesia AirAsia mencatatkan rugi setelah pajak membengkak jadi Rp 2,3 triliun dibandingkan 2014 rugi Rp 987 miliar. Membengkaknya kerugian maskapai berbiaya rendah ini akibat membengkaknya rugi kurs jadi Rp 1,27 triliun. Selain itu perseroan juga masih terdampak musibah jatuhnya pesawat QZ8501 di sekitar Laut Jawa dekat Selat Karimata pada saat terbang dari Surabaya, Indonesia menuju Singapura pada tanggal 28 Desember 2014.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.