BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Saham SMBR, INAF, dan PTBA Terkoreksi di Awal 2017, Wajarkah?

11 Januari 2017
Tags:
Saham SMBR, INAF, dan PTBA Terkoreksi di Awal 2017, Wajarkah?
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Mandiri Sekuritas, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Ketiga saham dari sektor berbeda ini telah membukukan performa yang luar biasa sejak tahun lalu.

Bareksa.com – Tiga dari 20 saham-saham perusahaan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat performa negatif sejak akhir 2016 hingga 10 Januari 2017. Bahkan salah satu di antaranya telah mengalami penurunan hingga 15 persen dalam waktu kurang dari dua minggu saja.

Meskipun demikian ketiga saham ini telah mencatatkan performa yang luar biasa sepanjang tahun lalu.

Saham-saham yang dimaksud antara lain PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR), PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF), dan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA). Sejak awal tahun, saham SMBR sudah turun 15,05 persen, sedangkan INAF turun 5,34 persen dan PTBA turun 3,6 persen.

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Pergerakan Saham SMBR, INAF, dan PTBA Periode 30 Desember 2016 – 10 Januari 2017

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Bila kita memantau ketiga saham dari sektor berbeda ini, mereka sama-sama telah membukukan performa yang luar biasa sejak tahun lalu. Yang paling signifikan adalah saham INAF dengan return 28 kali lipat sepanjang 11 Januari 2016-10 Januari 2017. Pada periode yang sama, saham PTBA sudah membukukan keuntungan hampir 3 kali lipat dan SMBR sudah naik 8 kali lipat.

Grafik: Kinerja Saham INAF, PTBA, SMBR Setahun Terakhir

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Lantas, wajarkah koreksi yang terjadi di awal tahun ini setelah lonjakan sepanjang setahun terakhir?

Bareksa mencoba menganalisis berdasarkan valuasi saham dan perbandingan dengan sektornya masing-masing. Valuasi saham dihitung menggunakan rasio harga saham terhadap laba (price to earning ratio/PER). Semakin tinggi nilai PER maka semakin mahal harga saham tersebut terhadap kinerja labanya. Begitupun sebaliknya.

SMBR

Coba simak SMBR. Membuka perdagangan awal tahun dengan pelemahan 3,23 persen dari Rp2.790 pada 30 Desember 2016 menjadi Rp2.700, saham SMBR mencatat penurunan tertinggi sekaligus menjadi korban auto rejection simetris pada perdagangan 4 Januari 2017. Saat itu, saham SMBR ditutup anjlok 24,81 persen ke level Rp2.030. Pada penutupan perdagangan 10 Januari 2017, saham SMBR bertahan pada level Rp2.370.

Saat ini, PER SMBR mencapai 88,57 kali. Bila dibandingkan dengan saham di sektornya, harga saham SMBR terbilang sudah sangat mahal. Pada saat yang sama, produsen semen nasional lainnya yakni PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) memiliki PER hanya 12,49 kali dan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) memiliki PER 12,93 kali.

Oleh sebab itu, penurunan harga saham SMBR menunjukkan kecenderungan untuk menyesuaikan valuasinya yang sudah terlampau tinggi. Dengan koreksi 15 persen year-to-date ini, saham SMBR pun masih dapat terbilang mahal dibandingkan dengan emiten lain di sektornya.

INAF

SMBR tidak sendiri. Dalam deretan saham-saham BUMN, INAF juga masuk sebagai saham dengan performa negatif dengan penurunan 5,34 persen dari 30 Desember 2016 sampai 10 Januari 2017. Catatan ini berbanding terbalik dengan pencapaiannya di sepanjang 2016 dengan pertumbuhan harga saham hingga 2.825 persen.

Dengan harganya saat ini, INAF memiliki PER negatif. Pasalnya, emiten farmasi ini masih mencatatkan rugi bersih hingga sembilan bulan pertama 2016. Maka dari itu, lonjakan saham 2774 persen sepanjang setahun terakhir membuat harga saham INAF sangat tidak masuk akal.

Sebagai perbandingan, saham serupa di sektor farmasi adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dengan PER sebesar 58 kali, dan membukukan peningkatan harga 210 persen setahun terakhir. Adapun saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang tahun lalu naik 13 persen, memiliki PER 32,91 kali.

PTBA

Selanjutnya adalah PTBA dengan catatan penurunan 3,6 persen dari Rp12.500 pada 30 Desember 2016 menjadi Rp12.050 pada 10 Januari 2017. Untungnya, PTBA merupakan salah satu saham BUMN termahal dengan kapitalisasi pasar yang cukup besar, sehingga selama ini penurunannya tidak pernah terlalu dalam.

Seiring dengan peningkatan harga batu bara global, harga saham-saham produsen batu bara yang tercermin dalam mining index pun naik 74,74 persen selama setahun terakhir. Wajar, bila saham PTBA yang merupakan salah satu produsen batu bara besar nasional ikut terdongkrak.

Saat ini, PTBA memiliki PER sebesar 16,53 kali. Sebagai perbandingan, PER saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) saat ini sebesar 23,48 kali dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) sebesar 23,04 kali. (hm)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah

1.337,76

Up0,50%
Up3,71%
Up0,04%
Up4,77%
Up18,50%
-

Capital Fixed Income Fund

1.793,05

Up0,58%
Up3,35%
Up0,04%
Up6,97%
Up16,56%
Up39,91%

I-Hajj Syariah Fund

4.872,25

Up0,61%
Up3,20%
Up0,04%
Up6,18%
Up22,01%
Up40,68%

STAR Stable Amanah Sukuk

Produk baru

1.047,87

Up0,54%
Up3,63%
Up0,04%
---

Reksa Dana Syariah Syailendra OVO Bareksa Tunai Likuid

1.147,05

Up0,31%
Up2,62%
Up0,03%
Up4,98%
Up14,26%
-
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua