Fund Manager AS Masih Dominan Investasi Global Bond Indonesia, Ini Datanya!
Cadangan Devisa Indonesia di Akhir Tahun Naik 4,4% Menjadi US$116,4 Miliar Ditopang Penerbitan Global Bond US$3,5 Miliar
Cadangan Devisa Indonesia di Akhir Tahun Naik 4,4% Menjadi US$116,4 Miliar Ditopang Penerbitan Global Bond US$3,5 Miliar
Bareksa.com – Pemerintah Indonesia merilis jumlah cadangan devisa Indonesia yang meningkat signifikan per akhir tahun lalu. Posisi cadangan devisa Indonesia akhir Desember 2016 tercatat sebesar US$116,4 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir November 2016 yang sebesar US$111,5 miliar. Peningkatan sebesar US$4,1 miliar dalam waktu tiga bulan ini terjadi karena adanya penerbitan utang dalam valuta asing.
Tirta Segara selaku Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia mengatakan penerimaan cadangan devisa, antara lain berasal dari penerbitan global bonds dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, serta penerimaan pajak dan devisa migas, yang melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik : Pertumbuhan Cadangan Devisa Indonesia Sepanjang Tahun 2016 (US$ Miliar)
Sumber : Bank Indonesia
Dalam dua tahun terakhir, tepatnya di penghujung tahun 2015 & 2016, Pemerintah menerbitkan obligasi global (global bond) senilai $3,5 miliar sehingga berdampak pada peningkatan cadangan devisa Indonesia yang salah satunya bertujuan untuk mengantisipasi adanya arus dana asing yang keluar mengingat adanya ketidakpastian perekonomian dapat mempengaruhi nilai stabilitas perekonomian domestik khususnya terhadap intervensi mata uang Rupiah jika diperlukan.
Pada 8 Desember 2016 Pemerintah Republik Indonesia menutup penerbitan Surat Utang Negara (SUN) berdenominasi Dolar Amerika Serikat sebagai upaya penarikan utang di awal untuk pembiayaan tahun depan atau prefunding yang terdiri dari tiga seri, yaitu RI0122, RI 0127, dan RI0147 dengan rincian sebagai berikut :
Tabel : Rincian Penerbitan SUN
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa tanggal jatuh tempo berada pada tanggal 8 Januari dengan tahun yang berbeda sesuai dengan tenor masing-masing seri SUN yang terdiri atas 5, 10, dan 30 tahun. Dari total nilai nominal penerbitan mencapai US$3,5 miliar, sekitar 43 persen dialokasikan untuk SUN seri RI0147 dengan tenor dan kupon paling tinggi. Sebagaimana diketahui, semakin panjang tenor maka semakin sensitif pula surat utang itu terhadap sentimen-sentimen perekonomian baik itu sentimen positif maupun negatif.
Menariknya, pemerintah Indonesia menerbitkan harga obligasi at discount (di bawah 100 persen yang kemudian disebut par). Sehingga tidak menutup kemungkinan pemerintah Indonesia akan membayar sedikit di atas nilai nominal ketika pembayaran pokok telah jatuh tempo apabila harga obligasi kembali ke nilai par nya pada saat jatuh tempo.
Sementara itu, Pemerintah menilai transaksi penerbitan surat utang tersebut dilakukan pada waktu yang tepat di tengah ketidakpastian pasar global, termasuk adanya kemungkinan peningkatan suku bunga di AS.
Faktanya, dalam orderbook, pemerintah mampu menarik minat dalam jumlah yang besar dari berbagai investor global. Hal ini menunjukkan masih tingginya animo atau tingkat kepercayaan dan sentimen positif investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan tingkat inflasi yang mampu sesuai berada dalam range target pemerintah (3- 5 persen) dan cenderung stabil dalam 2 tahun terakhir.
Lantas, seperti apa profil investor yang berminat terhadap global bond yang diterbitkan pemerintah ini senilai US$3,5 miliar?
Grafik : Distribusi Berdasarkan Wilayah
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Berdasarkan peta distribusi kepemilikan, Amerika Serikat sangat tertarik pada obligasi seri RI0122 dan RI0127. Keadaan tersebut menggambarkan Amerika Serikat menjadi pemegang mayoritas di masing-masing seri sebanyak 48 persen dan 38 persen diikuti Benua Asia (tidak termasuk Indonesia) yang justru menaruh minat pada obligasi seri RI0147 dengan tenor dan kupon tertinggi dibandingkan seri lainnya. Adanya perbedaan kebutuhan di setiap investor dan benua menyebabkan adanya perbedaan strategi dalam mengatur portfolio mereka. Tak heran, adanya perbedaan kebutuhan dan strategi membuat fund manager dalam hal ini memutuskan untuk berinvestasi dalam jangka pendek - menengah bagi Amerika Serikat dan jangka panjang bagi benua Asia kecuali Indonesia.
Pie Chart : Kepemilikan RI0122 Berdasarkan Jenis Investor
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Seri obligasi RI0122 dengan kupon dan yield paling kecil disertai tenor paling pendek dimanfaatkan oleh para fund manager, khususnya yang berasal dari Amerika Serikat. Investor dari negara maju ini terpantau mempunyai kebutuhan untuk jangka pendek - menengah guna mengatasi kebutuhan yang ada. Di seri ini, fund manager mengalokasikan dana sebesar US$555 juta. Menariknya, Asuransi/Dana Pensiun justru tidak mempunyai kepemilikan di seri ini.
Pie Chart : Kepemilikan RI0127 Berdasarkan Jenis Investor
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Tak jauh beda dengan obligasi seri sebelumnya, di seri RI0127 Fund Manager masih mendominasi total perolehan dana senilai US$662,5 juta dari seluruh dana yang terhimpun di seri ini. Meski kepemilikan secara presentase fund manager tidak sebesar seri sebelumnya, total alokasi dana fund manager lebih besar dibandingkan dana yang terhimpun pada seri RI0122 yang hanya mencapai US$555 juta.
Pie Chart : Kepemilikan RI0147 Berdasarkan Jenis Investor
Sumber : Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Di seri terakhir, investor asal Benua Asia menguasai obligasi seri RI0147 dimana Asuransi/Dana pensiun menguasai 62 persen atau senilai US$930 juta. Di samping tenor yang panjang, yield dan kupon yang tinggi tampaknya masih menjadi daya tarik tersendiri khusus bagi investor di benua Asia yang berdasarkan wilayah menguasasi obligasi di seri ini hingga 58 persen. Meski begitu, perlu ditekankan bahwa di samping yield atau imbal hasil yang tinggi dibandingkan yang lain, terdapat pula risiko yang lebih tinggi mengikutinya dibandingkan dua seri obligasi lainnya. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.378,82 | 0,99% | 5,13% | 7,24% | 8,85% | 19,39% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,04 | 0,38% | 5,34% | 6,56% | 7,01% | 2,41% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,47 | 0,53% | 3,91% | 6,25% | 7,42% | 17,13% | 39,96% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.074,94 | 0,65% | 3,95% | 6,62% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.256,85 | 0,72% | 3,65% | 5,91% | 6,94% | 19,70% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.