Saham PGAS Menguat 22% Pasca Liburan, Akankah Berlanjut?
Sejak 2015 saham PGAS ambrol lebih dari 50%, tertekan kinerja dan isu penurunan harga gas
Sejak 2015 saham PGAS ambrol lebih dari 50%, tertekan kinerja dan isu penurunan harga gas
Bareksa.com - Harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sepekan terakhir menguat signifikan. Berdasarkan data Bareksa, saham BUMN distributor gas ini sudah meningkat 22 persen lebih sejak penutupan perdagangan 1 Juli 2016 (perdagangan terakhir sebelum libur Lebaran).
Naiknya saham PGAS memberi angin segar setelah kemerosotan harga yang terjadi dalam dua tahun terakhir. Sebagaimana diketahui, pada tahun 2015 PGAS sempat menyentuh level tertinggi di Rp5.975 per saham, sementara pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, 15 Juli 2016, PGAS ditutup pada Rp2.660 per saham. Artinya, dalam jangka waktu satu tahun, saham PGAS sudah turun lebih dari 50 persen.
Grafik: Pergerakan Harga PGAS 2015-2016
Promo Terbaru di Bareksa
sumber: Bareksa.com
Hal ini memunculkan pandangan bahwa harga saham PGAS sudah cukup murah dan menawarkan potensi peningkatan harga di masa mendatang. Apalagi, PGAS merupakan pemimpin pasar di bisnis distribusi gas nasional. Pertanyaannya, benarkah harga PGAS sudah cukup murah?
Jika dilihat dari valuasi harga sahamnya, PGAS saat ini memiliki rasio harga terhadap laba (price to earning ratio/PER) yang cukup tinggi. Berdasarkan data Bloomberg.com, PER PGAS kini berada pada level 12,98 kali. Artinya, harga saham diperdagangkan 12,98 kali lipat dari laba per saham yang bisa dihasilkan perusahaan. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan distribusi gas lain seperti PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang memiliki PER hanya 10,85 kali.
Analis Syailendra Capital Lanang Trihardian juga mengatakan bahwa harga saham PGAS tidak bisa begitu saja dinyatakan murah. Apalagi, jika mempertimbangkan beberapa risiko yang harus dihadapi perusahaan.
Salah satu risiko yang dianggap penting adalah risiko perubahan regulasi yang sering kali dilakukan pemerintah. Tahun ini, pemerintah beberapa kali berencana untuk menurunkan harga gas, hal ini berisiko menekan marjin laba bersih perusahaan. (Baca juga: Pemerintahan Jokowi Tekan Harga Gas, Bagaimana Nasib Saham PGAS?)
Selain itu, menurut Lanang, permintaan gas nasional masih lesu sehingga mempengaruhi pendapatan perusahaan. Berdasarkan data Bareksa, pendapatan PGAS di 2015 turun 3,4 persen menjadi Rp42,3 triliun dari tahun 2014 Rp43,8 triliun. Namun di kuartal I 2016, pendapatan PGAS meningkat 4,9 persen menjadi Rp9,56 triliun dari kuartal I 2015 Rp9,11 triliun.
Lebih lanjut, Lanang mengungkap bahwa harga PGAS akhir-akhir ini naik didukung sentimen positif penunjukan PGAS dan Pertamina sebagai perusahaan yang membangun dan mengoperasikan pipa gas ruas Duri-Dumai. "Walaupun itu masih jangka panjang karena mungkin baru selesai 3-4 tahun lagi," ujarnya saat dihubungi Bareksa, 18 Juli 2016.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.