Di Bawah Kendali StanChart & Astra, Bagaimana Perkembangan Bank Permata?
Konsorsium Stanchart & Astra mengembangkan Bank Permata sejak 2004, menjadi salah satu bank dengan aset terbesar
Konsorsium Stanchart & Astra mengembangkan Bank Permata sejak 2004, menjadi salah satu bank dengan aset terbesar
Bareksa.com - PT Bank Permata Tbk (BNLI) dikabarkan diminati oleh salah satu bank BUMN, yakni PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Kabarnya, BNI akan mengakuisisi saham yang sebelumnya dikuasai oleh Standard Chartered Ltd (StanChart) sebesar 44,5 persen. Padahal, StanChart bersama mitranya di Indonesia, yakni PT Astra International Tbk (ASII) telah membangun Bank Permata bersama-sama sejak 2004. Bahkan, pada 2014, di bawah kendali StanChart & Astra, bank ini telah berkembang menjadi bank terbesar ke-7 dari segi aset.
Bank Permata, awalnya bernama PT Bank Bali yang mengalami goncangan pada krisis moneter 1997. Pada 1999, nilai aset bank ini tergerus menjadi hanya Rp6,4 triliun dari sebelumnya Rp10 triliun. Kemudian pada 2002 di bawah kendali Indonesian Banks Restructuring Agency (IBRA) atau dikenal dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), Bank Bali digabung dengan empat bank lain, yakni Bank Universal, Bank Patriot, Bank Prima Express dan Bank Artamedia menjadi Bank Permata.
Nilai aset pun merangkak naik menjadi Rp31 triliun dengan jumlah cabang mencapai 310 unit di seluruh Indonesia. Mengiringi perkembangan tersebut, konsorsium perusahaan asal Indonesia dan bank asing, yakni Astra International dan StanChart melihat potensi pada Bank Permata, sampai akhirnya membeli 51 persen kepemilikan pada bank hasil restrukturisasi ini.
Promo Terbaru di Bareksa
Dua perusahaan tersebut pada 2004 mengakuisisi masing-masing 25,5 persen saham BNLI yang sebelumnya dimiliki negara. Waktu itu, nilai akuisisi total 51 persen saham BNLI mencapai Rp1,38 triliun, di mana StanChart mengeluarkan dana sebesar Rp694 miliar.
Akuisisi kemudian berlanjut pada September 2006, konsorsium StanChart - Astra memegang total 89,01 persen saham Bank Permata, di mana masing-masing perusahaan memegang 44,50 persen saham BNLI. Total nilai transaksi pada 2006 ini mencapai Rp1,75 trilun, di mana StanChart mengeluarkan dana sebesar Rp877 miliar. Walhasil secara total, Astra dan StanChart telah mengeluarkan dana masing-masing sebesar Rp1,57 triliun dalam transaksi pembelian saham Bank Permata pada 2004 - 2006.
Kemudian di bawah kendali konsorsium StanChart - Astra, Bank Permata berkembang menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia. Nilai aset, sejak 2006 tercatat naik lima kali lipat dari Rp31 triliun menjadi Rp182 triliun. Ini didukung agresivitas manajemen untuk mengalirkan kredit.
Grafik: Nilai Aset & Kredit Bank Permata
Sumber: Bareksa
Periode 2004-2015, total kredit yang disalurkan naik delapan kali lipat menjadi Rp129 triliun dari sebelumnya hanya Rp14,8 triliun. Setelah dikuasai konsorsium, pertumbuhan kredit rata-rata setiap tahunnya tercatat mencapai 20 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding periode sebelum akuisisi yang hanya 4 - 9 persen per tahun. Pendapatan perusahaan ini pun stabil pada kisaran 16 persen per tahun. Perkembangan aset dan kinerja yang cukup signifikan membuat Bank Permata menjadi bank terbesar ke-7 dari sisi aset.
Selain itu, didukung perkembangan kinerja yang stabil, konsorsium StanChart - Astra juga sukses meningkatkan nilai atau harga Bank Permata secara signifikan. Hal ini terlihat dari kapitalisasi pasar emiten berkode BNLI ini yang sudah naik 93 persen menjadi Rp11 triliun dari sebelumnya hanya Rp5,8 triliun pada 2004.
Sebagai informasi, pada 2015 kapitalisasi pasar Bank Permata turun dari Rp18 triliun menjadi Rp11 triliun karena penurunan harga saham yang cukup signifikan. Harga saham BNLI pada akhir 2015 tercatat anjlok 31 persen ke level Rp945 per saham dari sebelumnya Rp1.505 per saham.
Grafik: Kapitalisasi Pasar Bank Permata
Sumber: Bareksa
Turunnya harga terjadi akibat kinerja perusahaan yang memburuk seiring perlambatan ekonomi Indonesia. (Baca juga: Secara Valuasi, BNI Perlu Keluarkan Rp3,6T untuk Beli 44,5% Saham Bank Permata)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.