BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Segera Jual Emas Anda! Harga Emas Dunia Diproyeksi Amblas 26% dalam 6 Bulan

22 Desember 2015
Tags:
Segera Jual Emas Anda! Harga Emas Dunia Diproyeksi Amblas 26% dalam 6 Bulan
Seorang karyawan menunjukkan emas batangan Antam 100 gram untuk investasi di sebuah toko emas di Pasar Besar, Malang, Jawa Timur, Senin (18/5). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Renji Betari, analis Bursa Berjangka, memproyeksi harga emas dunia akan menyusut hingga $850/ounce.

Bareksa.com – Pakar komoditas, Renji Betari, memproyeksikan harga emas akan menyusut. Menurut dia, pelemahan nilai tukar mata uang sejumlah negara bisa mendorong bank-bank sentral--yang selama ini mengoleksi emas sebagai cadangan devisa--berbalik menjual emas yang selama ini mereka simpan.

Analis Bursa Berjangka ini memperkirakan harga emas akan melorot menjadi $850 per ounce dalam enam bulan ke depan. Dari awal tahun hingga kemarin (year to date), harga emas dunia berdasarkan data LOCO London (standar internasional untuk perdagangan emas dan perak), amblas 10 persen meskipun harga emas produksi PT Aneka Tambang Tbk (Antam) masih mencatat kenaikan 1,3 persen akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika. (Baca juga: Harga Emas Dunia Turun 10%, Saham ANTM Terjun 70%).

Grafik: Harga Emas Internasional LOCO ($ Per Ounce)
Illustration
Sumber: Bareksa

Promo Terbaru di Bareksa

Grafik: Logam Mulia Antam
Illustration
Sumber: antamgold.com

Kepada analis Bareksa, Renji mengatakan semenjak dilanda resesi, Amerika dan Eropa dihadapkan pada ancaman deflasi. Hingga saat ini negara-negara di kawasan itu masih membukukan inflasi tahunan di bawah satu persen. Jepang bahkan hampir mendekati nol persen, yang mendorong pemerintah setempat terus mengeluarkan berbagai stimulus ekonomi. Inflasi di negara berkembang kawasan Asia juga ikut menciut akibat gelombang pelemahan ekonomi ini.

Sementara itu, emas berfungsi melindungi mata uang suatu negara dan menjaga inflasi agar tidak melambung atau yang biasa disebut dengan istilah hedge-against-inflation. Jika tidak ada inflasi, maka fungsi emas menjadi tidak lagi penting.

Di sisi lain, pemulihan ekonomi di Amerika mendorong penguatan dolar Amerika dan menyebabkan mata uang negara lain melemah. Akibatnya, negara-negara yang likuiditasnya ketat akan mencari jalan lain guna mengamankan kas negara maupun membayar utang negara. Salah satu caranya, itu tadi: menjual cadangan devisa berupa emas.

"Venezuela telah menjual sebagian emasnya tahun lalu," Renji mengingatkan. Venezuela tercatat memiliki 361 ton cadangan emas dan berada di jajaran 20 pemegang cadangan emas terbesar di dunia.

Langkah drastis ini kemungkinan bakal memicu negara-negara lain dengan cadangan devisa emas yang besar melakukan hal yang sama akibat lesunya pertumbuhan ekonomi. Rusia, misalnya, memiliki cadangan emas 1.371 ton atau masuk 10 besar negara dengan cadangan emas terbanyak di dunia, dan sedang dihadapkan pada pertumbuhan ekonomi negatif. Ekonomi Rusia mencatatkan pertumbuhan PDB minus 4,1 persen pada kuartal III 2015 lalu.

Grafik: Cadangan Emas Negara di Dunia Desember 2015 (Ton)
Illustration
Sumber: World Gold Council

Latar belakang inilah yang membuat Renji memproyeksikan harga emas berpotensi merosot 26,7 persen dari angka saat ini yang $1.000 per ounce. Dia menyarankan dalam jangka pendek sebaiknya segera menjual emas, kecuali jika akan disimpan untuk jangka panjang.

Berkaitan dengan itu, tim analis Bareksa merekomendasikan reksa dana pasar uang sebagai tempat "parkir" yang menarik bagi dana hasil penjualan emas, agar dana Anda tidak menganggur dan terlibas inflasi. Secara year-to-date indeks reksa dana pasar uang masih mencatatkan return 4,2 persen, lebih tinggi dari kenaikan harga emas Antam yang hanya 1,3 persen.

Tidak seperti jenis reksa dana lainnya, reksa dana pasar uang memiliki risiko yang sangat kecil, sebagaimana dapat dilihat pada grafik di bawah. Garis Indeks Reksa Dana relatif lurus dengan tren yang terus meningkat. Kecilnya risiko ini adalah karena mayoritas portofolio investasi reksa dana pasar uang adalah di deposito maupun surat berharga jangka pendek.

Grafik: Indeks Reksa Dana Pasar Uang 2 Januari 2015 - 21 Desember 2015

Illustration

Sumber: Diolah Bareksa

Dibandingkan dengan bunga deposito (yang masih dipotong pajak 20 persen dan biaya administrasi bank), imbal hasil reksa dana pasar uang secara historis terbukti bisa lebih tinggi 2-3 persen setahun. Hasil investasi reksa dana sudah netto, tidak lagi dipotong biaya administrasi, dan saat artikel ini diunggah tidak dikenakan pajak. Selain itu reksa dana pasar uang lebih fleksibel dibandingkan deposito, dan bisa dibeli mulai hanya dari Rp100 ribu saja. Tidak ada kewajiban menyimpan dana di reksa dana dalam periode tertentu seperti deposito. Kapanpun dibutuhkan, investor dapat menjual reksa dana pasar uang miliknya. (Baca juga: FUND PICK: MNC Ekuitas, Simas Syariah, MNC Likuid & Bahana Likuid)

***

Butuh bantuan?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua