BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Saham Terheboh 2015: TAXI, TRAM, SIAP, dan BWPT

22 Desember 2015
Tags:
Saham Terheboh 2015: TAXI, TRAM, SIAP, dan BWPT
Seorang jurnalis mengecek pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan komputer tablet di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (7/7). - (ANTARA FOTO/

Grup Rajawali gagal jual anak usaha; TRAM tenggelam karena utang

Bareksa.com - Sejumlah emiten membuat berita menggemparkan sepanjang tahun ini sehingga harga saham mereka ikut bergejolak. Salah satunya Grup Rajawali. Grup usaha yang dikendalikan oleh taipan Peter Sondakh telah membuat manuver dengan rencana penjualan saham di sejumlah perusahaannya seperti PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) dan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). Namun, rencana itu belum dapat tewujud hingga saat ini.

Sementara, saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) menjadi obyek transaksi yang menyebabkan gagal bayar di sejumlah broker. Adapun saham PT Trada Maritime Tbk (TRAM) tenggelam ke batas terbawah Rp50 akibat kinerja utang yang memburuk disertai kecelakaan kapalnya.

Berikut ringkasan kinerja empat saham terheboh selama 2015 yang dikompilasi oleh Bareksa.com.

Promo Terbaru di Bareksa

PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT)

Pada pertengahan tahun ini, Grup Rajawali meneken perjanjian dengan Felda Global Ventures Holdings Bhd (FGV) atas transaksi akuisisi 37 persen saham BWPT seharga US$680 juta. Produsen sawit terbesar ketiga dunia itu akan membayar BWPT dengan tunai dan saham kepada Grup Rajawali.

Akan tetapi, proses uji kelayakan (due diligence) dalam rangka akuisisi tak kunjung usai -- salah satu penyebabnya skandal di Malaysia yang menyeret Perdana Menteri Najib Razak -- dan akhirnya diperpanjang hingga 30 November 2015. Selama masa tersebut, juga terjadi gejolak ekonomi global yang mendorong penguatan dolar AS terhadap ringgit dan lemahnya harga minyak sawit. Grup Felda pun dikabarkan meminta diskon harga akuisisi BWPT.

Bahkan kesepakatan awal sempat ditunda dan akhirnya dibatalkan. Berita tersebut membawa harga saham BWPT jatuh ke harga Rp111, level terendah semenjak initial public offering (IPO). Namun, akhirnya Grup Felda mengajukan skema transaksi baru yang melibatkan entitas anak usaha lainnya meski nilainya belum dapat disebutkan. Harga saham BWPT pun rebound. Selama setahun hingga 18 Desember 2015, saham BWPT masih membukukan return negatif 66,08 persen.

Grafik: Pergerakan Harga Saham BWPT Selama Setahun

Illustration

Sumber: Bareksa.com

PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI)

Perusahaan operator Express Taxi yang terafiliasi Grup Rajawali ini sempat dilirik oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Private equity bentukan Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya tersebut ingin menguasai 51 persen saham TAXI, bila sesuai dengan uji kelayakan.

Namun, enam bulan berselang setelah pengumuman rencana akuisisi tersebut, Saratoga dan Rajawali membatalkan rencana akuisisi. Meski alasan pembatalan tidak dirinci dengan jelas, sentimen tersebut menekan saham TAXI hingga anjlok 9,3 persen dalam satu hari perdagangan.

Pada saat yang sama, kinerja kuartal ketiga emiten transportasi ini juga anjlok akibat persaingan yang muncul bersamaan dengan merebaknya aplikasi online termasuk GoJek, GrabBike dan Uber. Meski pendapatan tumbuh, laba bersih TAXI merosot 90 persen dibanding kuartal yang sama tahun lalu. Perseroan mengakui banyak supir pindah untuk menjadi pengemudi ojek online demi iming-iming penghasilan yang lebih tinggi.

Grafik: Kinerja Saham TAXI Selama Setahun

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Selama setahun hingga 18 Desember 2015, saham TAXI masih mencatatkan return negatif 90,93 persen. Harga sahamnya per 18 Desember hanya tersisa Rp108, dibanding Rp1.190 pada setahun sebelumnya.

PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP)

Saham SIAP juga santer menjadi bahan pembicaraan pelaku pasar. Saham ini selalu ramai diperdagangkan selama 14 bulan di pasar negosiasi, hingga terjadi gagal bayar antara broker yang membuat Bursa Efek Indonesia menggelar penyelidikan.

Data Bursa Efek Indonesia yang diolah Bareksa.com menunjukan ada lonjakan nilai transaksi saham SIAP di pasar negosiasi dan pasar reguler. Sejak 4 Agustus 2014 hingga penutupan 28 Oktober 2015, nilai transaksi SIAP di pasar negosiasi mencapai Rp20,3 triliun dengan jumlah saham berpindah tangan mencapai 879,1 juta lot saham. Sementara nilai transaksi SIAP di pasar reguler mencapai Rp21,34 triliun dengan jumlah saham sebanyak 854,4 juta lot.

Tiga broker yang memperjual-belikan saham SIAP di pasar negosiasi sempat terkena sanksi penghentian sementara selama satu hari karena BEI mencurigai transparansi mereka. Hingga saat ini, perdagangan saham SIAP juga masih disuspen karena Otoritas Jasa Keuangan juga ikut menyelidiki adanya kemungkinan pelanggaran.

Grafik: Kinerja Saham SIAP Selama Setahun

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Harga saham SIAP memberi return negatif 80,83 persen selama setahun terakhir dengan harga Rp83, sebelum perdagangannya dihentikan pada 6 November 2015. Dalam laporan keuangan per September, aset perseroan juga tercatat menyusut Rp4,6 triliun dibanding setahun sebelumnya.

PT Trada Maritime Tbk (TRAM)

Saham emiten perkapalan ini, sebelumnya sempat membukukan kinerja cemerlang hingga mencapai harga tertinggi Rp1.885 pada 16 Mei 2014. Akan tetapi, rentetan peristiwa mulai kapal terbakar hingga kabar gagal bayar transaksi repo menekan kinerja saham TRAM.

Pada 2014, TRAM mencatat rugi bersih US$34,23 juta membalikkan laba US$1,63 juta pada tahun sebelumnya akibat kecelakaan yang dialami kapal Lentera Bangsa dan klaim asuransinya tidak kunjung cair. Kapal lainnya, yaitu MT Jelita Bangsa ditangkap akibat kasus penyelundupan 59.888 metrik ton minyak mentah di Riau. Sebagai akibatnya, kapal Jelita Bangsa tidak bisa menjalankan operasinya dan terpaksa kehilangan pendapatan dari kontraknya dengan Pertamina.

Grafik: Kinerja Saham TRAM Selama Setahun

Illustration

Sumber: Bareksa.com

Investor pun semakin tidak percaya setelah utang TRAM dinyatakan gagal bayar oleh kreditor terbesarnya, International Finance Corporation (IFC). Harga saham TRAM akhirnya bersandar di level terbawah Rp50. Terakhir, gagal bayar utang anak usaha di Bank Mandiri cabang Singapura juga kembali melanda kinerja keuangan emiten ini.

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.382,65

Up0,56%
Up4,26%
Up7,54%
Up8,69%
Up19,21%
-

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.093,4

Up0,43%
Up4,43%
Up6,99%
Up7,44%
Up2,54%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.079,4

Up0,60%
Up3,98%
Up7,06%
Up7,74%
--

Capital Fixed Income Fund

1.844,45

Up0,53%
Up3,89%
Up6,66%
Up7,38%
Up17,02%
Up40,39%

Insight Renewable Energy Fund

2.270,42

Up0,81%
Up3,88%
Up6,54%
Up7,20%
Up20,19%
Up35,64%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua