Indeks Sektor Pertambangan dan Agribisnis Terbenam Paling Dalam pada 2015
Sektor infrastruktur juga mengalami penurunan sebesar 15,19 persen. Padahal Jokowi-JK sedang menggenjot infrastruktur.
Sektor infrastruktur juga mengalami penurunan sebesar 15,19 persen. Padahal Jokowi-JK sedang menggenjot infrastruktur.
Bareksa.com - Dunia pasar modal menemui cobaan berat pada 2015. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) melorot sekitar 12,39 persen sejak 2 Januari 2015.
Anjloknya IHSG ini disebabkan oleh melemahnya perekonomian global dan nasional. Nilir tukar rupiah pada pertengahan tahun menembus angka terendahnya sejak krisis moneter 1998 pada level Rp14.728 per dolar Amerika Serikat.
Grafis : Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Sepanjang 2015
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Anjloknya nilai tukar rupiah ini diakibatkan oleh beberapa peristiwa, termasuk di antaranya molornya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika oleh The Federal Reserve. Devaluasi Yuan juga ikut memberi andil besar.
IHSG juga ikut terseret turun. Bahkan, indeks-indeks saham sektoral di BEI tidak ada yang mencatatkan return positif sepanjang 2015. Bahkan beberapa sektor harus terjatuh dalam jika dibandingkan dengan IHSG.
Bareksa telah membahas sektor yang mampu bertahan dan tidak terjatuh terlalu dalam. (baca: Indeks Sektor Konsumsi dan Perbankan Paling Bertahan di Tengah Badai 2015). Namun, ada juga sektor yang jatuh jauh lebih dalam dibanding IHSG.
Grafis : Perbandingan Pergerakan Indeks dengan IHSG
Sumber: Bareksa.com
Dari keseluruhan indeks, pertambangan merupakan sektor yang paling terbenam pada 2015. Sektor ini turun sekitar 41,10 persen sejak awal tahun sampai 21 Desember 2015.
Sektor lain yang juga turun sangat dalam adalah sektor Agribisnis. Sektor ini turun sekitar 30,30 persen dalam satu tahun.
Sektor infrastruktur juga menurun sebesar 15,19 persen. Padahal program pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla sedang menggenjot sektor ini.
Grafis: Pergerakan Saham di Sektor Pertambangan
Sumber: Bareksa
Saham-saham di sektor pertambangan memang semakin melemah. Saham perusahaan pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) harus rela turun sekitar 71,27 persen sejak awal 2015.
Perusahaan tambang pelat merah lainnya juga ikut terkena imbasnya. Harga saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga anjlok 63,20 persen.
Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) juga harus terpeleset 52,40 persen sejak awal 2015. Jatuhnya saham-saham tambang disebabkan aturan larangan ekspor bahan mineral mentah oleh pemerintah pada 2014 dan melemahnya harga di pasar dunia. (baca juga: Saham-Saham Tambang Anjlok Sejak Ekspor Mineral Mentah Dilarang)
Grafis : Perbandingan Pergerakan Saham Agribisnis
Sumber: Bareksa
Sektor agribisnis juga ikut terseok-seok oleh jatuhnya harga komoditas internasional. Terlebih lagi sektor komoditas juga terganggu karena ekspor ke China melambat dan adanya sentimen dari revaluasi Yuan.
Namun, masih ada emiten di sektor agribisnis yang sahamnya masuk zona hijau. Mereka PT Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) yang memberi return 5,16 persen dan juga PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang memberi return 3,30 persen.
Saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) mencatatkan penurunan paling dalam sekitar 65,25 persen. Sepanjang 2015, BWPT telah menjadi trending topic di pasar pada pertengahan tahun ini, Grup Rajawali meneken perjanjian dengan Felda Global Ventures Holdings Bhd (FGV) atas transaksi akuisisi 37 persen saham BWPT seharga US$680 juta. Produsen sawit terbesar ketiga dunia itu akan membayar BWPT dengan tunai dan saham kepada Grup Rajawali. (baca juga: Saham Terheboh 2015: TAXI, TRAM, SIAP, dan BWPT).
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.