Indeks Sektor Konsumsi dan Perbankan Paling Bertahan di Tengah Badai 2015
HM Sampoerna merupakan saham yang paling mentereng di antara kedua indeks terbaik ini.
HM Sampoerna merupakan saham yang paling mentereng di antara kedua indeks terbaik ini.
Bareksa.com - Dunia pasar modal menemui cobaan berat pada 2015. Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) melorot sekitar 12,39 persen sejak 2 Januari 2015.
Anjloknya IHSG ini disebabkan oleh melemahnya perekonomian global dan nasional. Nilair tukar rupiah pada pertengahan tahun menembus angka terendahnya sejak krisis moneter 1998 pada level Rp14.728 per dolar Amerika Serikat.
Grafis : Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat Sepanjang 2015
Sumber: Bareksa.com
Anjloknya nilai tukar rupiah ini diakibatkan oleh beberapa peristiwa, termasuk di antaranya molornya kenaikan suku bunga bank sentral Amerika oleh The Federal Reserve. Devaluasi Yuan juga ikut memberi andil besar.
IHSG juga ikut terseret turun. Bahkan, indeks-indeks saham sektoral di BEI tidak ada yang mencatatkan nilai return positif sepanjang 2015. Bahkan beberapa sektor harus terjatuh dalam jika dibandingkan dengan IHSG.
Namun, ada juga sektor yang masih mampu bertahan dan tidak jatuh terlalu dalam. Sektor tersebut adalah konsumsi dan juga keuangan.
Grafis : Perbandingan Pergerakan Indeks Terbaik dengan IHSG
Sumber: Bareksa.com
Sepanjang 2015 sektor konsumsi hanya jatuh -5,55 persen dan keuangan -7,62 persen. Kuatnya kedua sektor ini disebabkan emiten di dalamnya terus mencatatkan hasil positif sepanjang tahun ini.
Di tengah gejolak IHSG, harga saham emiten rokok PT H.M Sampoerna Tbk malah naik 36 persen.
Grafis : Pergerakan Saham di Sektor Konsumsi
Sumber: Bareksa.com
Apalagi tahun ini saham HMSP mengejutkan pasar saham dengan adanya transaksi di pasar negeosiasi hingga Rp20 Triliun. Transaksi jumbo ini juga mengangkat harga saham HMSP di pasar reguler. (baca juga: Transaksi Rp20T HMSP Pecahkan Rekor Transaksi "Jumbo" di Bursa Saham)
Grafis : Indeks Sektor Keuangan
Sumber: Bareksa.com
Perbankan merupakan sektor yang menyumbang emiten-emiten terbesar di BEI. Trio bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) dan juga PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ditambah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) merupakan emiten dengan market cap terbesar.
Namun, hanya BBCA yang bisa mencatatkan sahamnya di zona hijau dengan return 0,76 persen sejak 2 Januari 2015. Return terendah dan ikut menyumbang dampak negatif terhadap IHSG adalah saham PT Bank Mandiri Tbk.
Saham bank yang mempunyai aset terbesar di Indonesia ini harus turun -19,03 persen hingga 21 Desember 2015. Saham BBNI juga minus 18,69 persen.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.380,2 | 1,09% | 5,00% | 7,35% | 8,50% | 19,34% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.090,33 | 0,49% | 5,21% | 6,68% | 7,14% | 2,71% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.838,73 | 0,53% | 3,93% | 6,33% | 7,43% | 17,20% | 39,76% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,71 | 0,66% | 3,97% | 6,69% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.259,31 | 0,74% | 3,72% | 6,02% | 7,00% | 19,69% | 35,52% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.