BeritaArrow iconKategoriArrow iconArtikel

Ojek Online Nyaris Dilarang, Investasi Triliunan Rp Hampir Melayang. Ini Datanya

18 Desember 2015
Tags:
Ojek Online Nyaris Dilarang, Investasi Triliunan Rp Hampir Melayang. Ini Datanya
Sejumlah pengemudi Gojek yang tergabung dalam Serikat Driver Gojek Makassar berunjuk rasa di depan kantor Gojek Cabang Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (2/12) (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Siapa saja investor raksasa di balik Go-Jek. Berapa nilai dana investasi yang telah mereka kucurkan?

Bareksa.com - Larangan ojek online dikhawatirkan bisa menggembosi minat investor menanamkan modal di produk-produk inovatif berbasis teknologi. Andi S. Budiman, Managing Partner IdeoSource, bahkan dengan sengit menyatakan seharusnya sejak awal pemerintah sekalian saja melarang semua inovasi dan solusi di Indonesia, yang dinilai telah merugikan sejumlah pihak. Setidaknya, dengan begitu maka akan ada kepastian hukum bagi investor.

"Ini kebijakan politis karena datangnya dari Organda. Sekalian saja pemerintah melarang Google dan Facebook masuk ke Indonesia, karena sudah membuat oplah koran merosot," kata Andi.

Syukurlah, setelah menuai gelombang protes dari berbagai penjuru, Menteri Perhubungan Ignatius Jonan akhirnya mempersilakan ojek online tetap beroperasi. Tak kurang, Presiden Joko Widodo sendiri sampai turun tangan dan menegaskan agar jangan ada aturan yang menghambat inovasi. "Go-Jek adalah contoh aplikasi bikinan anak-anak muda yang ingin memperbaharui dan melakukan inovasi. Jangan sampai kita mengekang inovasi," Presiden menegaskan.

Promo Terbaru di Bareksa

Dan bukan sekadar inovasi, Go-Jek adalah juga sebuah investasi raksasa.

Andi, misalnya, memperkirakan dana investasi yang telah diinjeksi ke Go-Jek sejauh ini sudah mencapai angka di atas $100 juta atau sekitar Rp1,4 triliun dengan kurs Rp14.000/dolar AS. Seorang fund manager senior yang berada di lingkaran investor Go-Jek bahkan menyebut angka lebih fantastis lagi, sekitar $150 juta atau sekitar Rp2,1 triliun.

Go-Jek, perusahaan yang dipimpin Nadiem Makarim ini, telah berdiri sejak tahun 2011. Berhasil menyabet Global Entrepreneurship Program Indonesia pada Juni 2011, sejak itu Go-Jek mulai membetot perhatian investor, dari dalam dan luar negeri.

Diberitakan The Jakarta Post, saat itu Arthur Benjamin, seorang pengusaha asal Amerika menyuntik 10 persen dari total perkiraan dana yang dibutuhkan untuk membangun perusahaan tersebut. Sempat meredup, awal Januari 2015 Go-Jek kembali bersinar setelah meluncurkan aplikasi Android dan iOS.

Fund manager yang menjadi sumber Bareksa menerangkan pada awal tahun 2014 Northstar Group masuk, membeli 20 persen saham. Valuasi Go-Jek saat itu "hanya" berkisar $10 juta atau sekitar Rp140 miliar. Situs resmi Northstar menyebutkan NSI Ventures--perusahaan bentukan Northstar yang khusus bergerak di bidang modal ventura--sudah berinvestasi di PT Go-Jek Indonesia sejak tahun 2014.

"Kami dari awal membantu Go-Jek," pemilik Northstar Group, Patrick Walujo, di forum Northstar Equity Partners: 9th Annual Conference-Northstar di Jakarta, 25 September lalu.

Sejak itu Go-Jek melaju kencang. Berdasarkan data Google Apps, aplikasi Go-Jek sudah diunduh lebih dari 5 juta pengguna sejak diluncurkan Januari 2015.

Keberhasilan ini sontak mengundang masuknya pesaing, salah satunya adalah GrabBike. Perusahaan asal Malaysia ini menyiapkan anggaran hingga $137 juta untuk merambah Indonesia; demikian sebagaimana diberitakan sejumlah media.

Go-Jek tak tinggal diam. Mereka kembali menggenjot dana investasi. Sumber Bareksa itu mengatakan tingginya pertumbuhan aplikasi Go-Jek lalu meroketkan valuasi Go-Jek menjadi sekitar $500 juta. Di titik ini, Northstar Group lalu menggandeng Sequoia Capital--perusahaan investasi dunia yang memiliki portofolio perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Instagram, dan LinkedIn. Sequoia--dan konon menanamkan dana sebesar $100 juta atau sekitar $1,4 triliun. Akan tetapi, situs resmi Sequoia Capital kini tidak lagi mencatat Go-Jek sebagai salah satu portofolio investasi mereka.

Chart: Alur Investasi Go-Jek

Illustration
Sumber: Media, diolah Bareksa.com

Andi mewanti-wanti, perusahaan teknologi semacam ojek online turut memberikan kontribusi secara signifikan terhadap perekonomian. Manfaatnya bukan cuma pada peningkatan penghasilan pengemudi ojek maupun tawaran biaya yang lebih murah untuk penumpang. "Setahu saya, 70 persen pendapatan Go-Jek saat ini bukan dari mengantar penumpang melainkan dari antaran makanan."

Grafik: Aliran FDI Q1 2014 - Q3 2015 (Dalam $Juta)
Illustration
Sumber: BI, diolah Bareksa.com

Selain itu, kontribusi investasi di bidang teknologi juga semakin penting dalam arus investasi ke negeri ini. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan realisasi minat investasi asing sepanjang Januari-September 2015 melonjak 16,9 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Tapi, sebagaimana tertera dalam catatan Bank Indonesia, aliran dana investor asing (Foreign Direct Investment, FDI) justru merosot 21 persen pada periode yang sama. Penurunan ini terutama diakibatkan sektor pertambangan. Sementara itu, investasi dari sektor lain--termasuk investasi pada perusahaan teknologi--justru terus meningkat. (kd)

Pilihan Investasi di Bareksa

Klik produk untuk lihat lebih detail.

Produk EksklusifHarga/Unit1 Bulan6 BulanYTD1 Tahun3 Tahun5 Tahun

Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A

1.384,88

Up0,21%
Up4,05%
Up7,72%
Up8,08%
Up19,46%
Up38,34%

Trimegah Dana Obligasi Nusantara

1.095,38

Up0,14%
Up4,09%
Up7,18%
Up7,47%
Up3,23%
-

STAR Stable Amanah Sukuk

autodebet

1.084,98

Up0,55%
Up4,00%
Up7,61%
Up7,79%
--

Capital Fixed Income Fund

autodebet

1.853,59

Up0,53%
Up3,86%
Up7,19%
Up7,36%
Up17,82%
Up41,07%

Insight Renewable Energy Fund

2.287,69

Up0,82%
Up4,11%
Up7,35%
Up7,53%
Up19,98%
Up35,83%
Tags:

Video Pilihan

Lihat Semua

Artikel Lainnya

Lihat Semua