Kenapa S&P Turunkan Prospek Kredit SRIL?
Prospek rating SRIL diturunkan dari 'stabil' menjadi 'negatif'
Prospek rating SRIL diturunkan dari 'stabil' menjadi 'negatif'
Bareksa.com - Perusahaan pertekstilan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau lebih dikenal dengan nama Sritex, menargetkan peningkatan kapasitas produksi besar pada 2016. Namun langkah tersebut justru menjadi salah satu perusahaan pemeringkat global menurunkan prospek rating perusahaan ini.
Standard & Poor's menegaskan 'BB-' sebagai rating kredit jangka panjang Sritex baik dalam mata uang dolar maupun rupiah. Namun, lembaga pemeringkat tersebut mengubah prospek rating SRIL dari 'stabil' menjadi 'negatif'. Artinya, rating utang SRIL yang kini berada di posisi 'BB-' berpotensi turun di masa mendatang. Kenapa demikian?
Mengutip laporan PT Nomura Indonesia kepada nasabah hari ini (Senin, 30/11), disebutkan bahwa aksi penurunan prospek rating ini didorong oleh perkiraan naiknya kebutuhan modal kerja dan investasi SRIL sehingga akan meningkatkan kebutuhan pendanaan dalam 12 bulan ke depan.
Promo Terbaru di Bareksa
Peningkatan kebutuhan permodalan ini didorong oleh aksi ekspansi perseroan tahun ini sampai dengan 2016. Mengutip presentasi perseroan, dana belanja modal yang dicanangkan pada 2015 mencapai $104 juta naik dua kali lipat dari 2014 sebesar $55 juta. Sementara pada 2016 dicanangkan dana belanja modal sebesar $86 juta untuk meneruskan upaya peningkatan kapasitas produksi.
Dalam presentasi perseroan yang terbit pada 6 November 2015, Target yang dicanangkan perseroan di antaranya peningkatan kapasitas produksi benang sebesar 16 persen pada 2016, kapasitas produksi kain mentah naik 50 persen, produksi kain jadi naik 100 persen serta produksi pakaian naik 114 persen.
Grafik: Rencana Peningkatan Kapasitas Produksi SRIL
sumber: Presentasi Perusahaan
((pba))
Dengan langkah tersebut, tahun ini perseroan membidik target peningkatan penjualan sebesar 88 persen menjadi $650 juta dari sebelumnya $589 juta. Sementara pada 2016, penjualan kotor perseroan ditargetkan dapat menyentuh angka $715 juta.
Tapi, sampai dengan September tampaknya perseroan belum mengeluarkan cukup banyak dana untuk mendukung ekspansi. Berdasarkan laporan keuangan September 2015, perseroan baru mengeluarkan dana untuk investasi $23 juta lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya $39 juta.
Uniknya di bursa saham, investor nampaknya tidak bereaksi negatif atas penurunan prospek rating SRIL. Pada penutupan sesi I perdagangan 30 November 2015, harga saham perusahaan ini masih menguat 1,92 persen menjadi Rp372 per saham dari penutupan Jumat di Rp365 per saham.
Grafik: Arus Kas Investasi SRIL
sumber: Laporan Keuangan
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.