Benny Tjokro Makin Fokus Properti, Suntik MYRX Rp1 Triliun
Saham MYRX masih ramai diperdagangkan di pasar reguler dan negosiasi
Saham MYRX masih ramai diperdagangkan di pasar reguler dan negosiasi
Bareksa.com - PT Hanson International Tbk (MYRX) tampaknya akan semakin fokus kepada bisnis propertinya. Setelah berpindah haluan dari bisnis tambang dan jasa pertambangan, MYRX akan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai sekitar Rp1,05 triliun.
Benny Tjokrosaputro, Presiden Direktur sekaligus pemegang saham MYRX akan menjadi pembeli siaga dalam aksi korporasi tersebut. Perseroan mengalokasikan dana penambahan modal untuk menyuntik anak usahanya di bidang properti, yaitu PT Mandiri Mega Jaya (MMJ), yang baru diakuisisi senilai Rp4 triliun pada awal 2014 lalu.
"Dana penambahan modal untuk mengembangkan bisnis yang sudah ada dan menambah landbank di beberapa wilayah operasi kami seperti di Bekasi, Serpong," ujar Benny ketika dihubungi Bareksa.com.
Promo Terbaru di Bareksa
Seperti yang tertera dalam prospektus perseroan tertanggal 22 Oktober 2015, MYRX akan menerbitkan 1,5 miliar saham baru atau setara 10 persen modal disetor. Harga yang ditawarkan Rp700 per lembar dan Benny Tjokro akan menjadi pembeli siaga sehingga kepemilikannya meningkat menjadi 18,62 persen dari sebelumnya 10,49 persen. Sementara itu, porsi kepemilikan pemegang saham lainnya akan terdilusi 8,13 persen tetapi jumlah saham mereka akan sama.
Pergerakan bisnis perseroan cukup berliku, karena sudah beberapa kali MYRX mengganti lini usaha. Emiten yang tercatat di bursa efek sejak 1990 ini awalnya sebuah perusahaan tekstil bernama Mayer Textile Industri Indonesia. Bisnis tekstil ini merupakan latar belakang Benny karena usaha utama keluarganya kain batik. Mendiang kakek Benny, Kasoem Tjokrosaputro merupakan pendiri dari Batik Keris.
Seiring berjalan waktu, bisnis tekstil tidak lagi menjadi fokus utama. Perusahaan pun pada 2004 berbelok ke usaha jasa dan pertambangan. Kemudian mengganti namanya menjadi Hanson International. Bisnis properti baru mulai digeluti sejak tahun lalu, setelah perseroan melakukan rights issue senilai Rp4,6 triliun untuk membeli 99,9 persen saham MMJ dari Benny.
Bila dilihat dari sisi keuangan, perpindahan bisnis ini mulai memberikan profit yang lebih besar. Berdasarkan laporan keuangan terakhir, pada sembilan bulan 2015 MYRX mencatatkan penjualan bersih Rp54 miliar, turun dibanding Rp135 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, laba tahun berjalan bisa melonjak lebih dari empat kali menjadi Rp8,3 miliar dibanding sebelumnya hanya Rp1,37 miliar.
Anjloknya pendapatan karena pada tahun lalu perseroan masih mendapatkan kontribusi dari lini bisnis pertambangan dan jasa pertambangan. Penjualan bijih timah mencapai Rp6 miliar dan pendapatan kontrak jasa senilai Rp18 miliar. Yang terbesar, perseroan tahun lalu mendapat Rp110 miliar dari penjualan tanah untuk pengembangan.
Akan tetapi, untuk tahun ini, pendapatan perseroan hanya terdiri dari penjualan rumah dan ruko saja senilai Rp54,8 miliar. Tidak ada kontribusi dari lini bisnis lainnya. Akan tetapi terdapat pendapatan operasi lainnya sebesar Rp48 miliar.
Selain itu, perseroan juga mencatat beban keuangan yang menyusut menjadi Rp14 miliar dibanding sebelumnya Rp36 miliar. Akibatnya laba tahun berjalan pun meningkat.
Perdagangan Saham
Transaksi saham MYRX selama hampir tiga tahun terakhir selalu ramai. Sejak 4 Januari 2013 hingga penutupan Senin, 23 November 2015, nilai transaksi di pasar reguler mencapai Rp31 triliun, dengan jumlah saham berpindah tangan mencapai 506,1 juta lot. Sementara nilai transaksi di pasar negosiasi mencapai Rp14,6 triliun dengan jumlah saham sebanyak 252,4 juta lot.
Padahal sebelumnya pada periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2012, nilai transaksi saham MYRX di pasar reguler hanya sebesar Rp3,3 triliun, sementara di pasar negosiasi pada periode yang sama hanya Rp1,5 triliun. Tentu angka tersebut jauh di bawah transaksi MYRX lebih dari tiga tahun terakhir ini.
Tingginya transaksi selama tiga tahun terakhir ini tak terlepas dari aksi jual-beli oleh sejumlah broker yang sama, seperti NH Korindo Securities (XA), Danpac Sekuritas (BQ), OSO Securities (AD), Millenium Danatama (SM), Masindo Artha Securities (DM), Daewoo Securities (YP), OCBC Sekuritas (TP), dan Panca Global Securities (PG). (Baca juga: Nilai Transaksi MYRX 3 Tahun Capai Rp31 Triliun. Apa yang Terjadi)
Pada penutupan perdagangan hari ini (Rabu, 25/11), harga saham MYRX turun 1,5 persen menjadi Rp650. Telah terjadi perpindahan saham sebanyak 1,2 juta lot dengan valuasi Rp76,6 miliar.
Broker yang melakukan pembelian bersih (net buy) saham MYRX terbanyak hari ini Evergreen Capital (EL) dengan net buy sebanyak 152.600 lot senilai Rp10 miliar di pasar reguler. Pembeli bersih terbanyak kedua adalah Yuanta Securities (FS) dengan pembelian bersih 100.000 lot senilai Rp6,5 miliar di pasar reguler.
Penjual terbanyak MYRX di pasar reguler hari ini adalah Panca Global (PG) dengan penjualan bersih 214.237 lot senilai Rp14 miliar. Broker penjual bersih terbanyak kedua adalah Daewoo Securities (YP) dengan net sell sebanyak 161.568 lot senilai Rp10,7 miliar.
Di pasar negosiasi, PG justru melakukan pembelian bersih sebanyak 105.850 lot senilai Rp6,9 miliar. Di pasar negosiasi, pembeli bersih terbanyak adalah Anugerah Securities dengan jumlah 152.523 lot senilai Rp9,2 miliar.
Adapun, broker penjual terbanyak saham MYRX di pasar negosiasi adalah Masindo Artha Securities dengan penjualan bersih sebanyak 196.403 lot senilai Rp11,8 miliar. Penjual terbesar kedua di pasar negosiasi adalah Paramitra Alfa Sekuritas dengan penjualan bersih 75.450 lot senilai Rp4,9 miliar.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.