Inilah Pendorong Naiknya Harga Saham PGAS Hingga 18%
Isu merger antara PGAS dan Pertagas kembali muncul
Isu merger antara PGAS dan Pertagas kembali muncul
Bareksa.com - Harga saham PT Perusahan Gas Negara Tbk (PGAS) dalam tiga hari terakhir naik signifikan. Mencuatnya kembali isu penggabungan (merger) antara PGAS dengan PT Pertagas (anak usaha PT Pertamina) ditengarai menjadi pendukung pergerakan harga saham distributor gas tersebut.
Hingga pukul 15.10 pada perdagangan hari ini (Kamis, 19/11), harga saham PGAS berada di level Rp3.035, naik 18 persen jika dibandingkan dengan harga sebelumnya Rp2.575 pada penutupan 16 November 2015.
Grafik: Pergerakan Harga Saham PGAS 16-19 November 2015
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Seiring dengan kenaikan harga saham ini, bergulir kembali isu merger PGAS dan Pertagas. Ini bukan kali pertama isu tersebut muncul. Pemerintah memang ingin kedua BUMN tersebut bersinergi dan tidak menganggap satu sama lain sebagai pesaing.
Sejumlah opsi konsolidasi PGAS dan Pertagas pun muncul. Ada empat opsi yang muncul dan membutuhkan proses panjang dan dana yang tidak sedikit. Kedua perusahaan memang milik negara. Tetapi PGAS sudah tercatat di bursa saham.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah tukar aset. Dalam opsi ini, bisnis hulu PGAS diberikan kepada Pertamina. Sementara Pertamina memberi pipa-pipa milik Pertagas kepada PGAS.
Aloysius K Ro, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha mengatakan berbagai macam opsi dipertimbangkan termasuk pertukaran aset tersebut. “Semua opsi masih menjadi bahan pertimbangan sebagai alternatif agar tidak ada dampak kurang baik setelah eksekusinya. Namun hingga kini belum ada opsi final yang akan diambil," ungkapnya kepada Bareksa pada Rabu (19/11).
Sejak 2013, PGAS memutuskan masuk ke bisnis hulu minyak dan gas (migas) melalui anak usahanya, yakni PT Saka Energi Indonesia. Sayangnya, strategi ini justru membebani PGAS karena butuh investasi yang sangat besar dan beban tinggi. Saka Energi yang kini mengelola beberapa blok migas juga menjadi pesaing BUMN lainnya, yakni Pertamina yang memiliki fokus di sektor hulu. (Baca Juga: Investasi Mahal, Marjin Laba PGAS Susut Sejak Masuk Bisnis Hulu)
Sebelumnya telah ada opsi lain dalam konsolidasi PGAS dan Pertamina ini. Tahap pertama, PGAS akan mengakuisisi Pertagas. Kemudian, Pertamina akan akan mengambil saham PGAS dan membentuk subholding bidang gas yang digawangi PGAS.
Kedua, pemerintah mengalihkan seluruh saham PGAS kepada Pertamina, sehingga perusahaam minyak dan gas ini akan mengontrol penuh manajemen perusahaan hasil merger.
Ketiga, Pertamina menjadi salah satu pemegang saham minoritas di PGAS, dan kempat PGAS mengakuisisi 100 persen saham Pertagas melalui pembayaran tunai.
Pengamat menilai bahwa skema penggabungan apa pun asal mematuhi undang-undang dan peraturan pasar modal, secara hukum dapat saja dilakukan. Namun, opsi PGAS mengakuisisi Pertagas dinilai paling baik karena mendukung transparansi melalui perusahaan yang sudah go public. Baca juga: Lebih Baik PGN Ambil Pertagas Atau Sebaliknya? Ini Penilaian Pakar Investasi
((pba))
Selain rencana merger, naiknya harga saham PGAS belakangan ini juga terdorong adanya anggapan di sebagian kalangan pasar modal bahwa harga sahamnya telah cukup murah. Sejak awal tahun harga saham perusahaan distributor gas ini terus merosot sebesar 57 persen menjadi Rp2.575 dari sebelumnya Rp5.975.
Analis Bareksa mencoba menganalisis valuasinya menggunakan metode PE Band. Dalam grafik PE Band, garis hijau merupakan rata-rata rasio price to earning (PER), sementara garis kuning menunjukan standar deviasi pertama dari rata-rata PE Band dan garis merah merupakan standar deviasi kedua.
Jika PER menyentuh garis kuning bawah (lower band) menunjukkan harga saham relatif murah, apalagi jika menyentuh garis merah (lower band 2) begitupun sebaliknya.
Pada grafik, saat ini pergerakan PER PGAS hanya mencapai 7,59 kali lebih rendah dari garis kuning bawah 8,18 kali. Hal ini menunjukan harga saham PGAS relatif murah.
Grafik: PE Band Saham PGAS Secara Year to Date (YTD)
Sumber: Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.