Komitmen Asing $1,4 Miliar Ke Saham Sampoerna Dorong Penguatan Rupiah
Dana investor asing yang masuk dalam dua hari terakhir mencapai Rp1,2 triliun
Dana investor asing yang masuk dalam dua hari terakhir mencapai Rp1,2 triliun
Bareksa.com - Balik badan investor asing karena aksi korporasi PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) menjadi faktor pendorong penguatan rupiah dibanding mata uang negara kawasan Asia lainnya.
Berdasarkan data Bareksa rupiah sempat menyentuh level Rp13.869 per dolar pada pukul 12.40 WIB hari ini, terkuat sejak Agustus 2015. (Baca juga: Rupiah Menguat Paling Besar di Asia, Ini Beberapa Faktor Penyebabnya)
Jos Parengkuan, Direktur Utama PT Syailendra Capital kepada Bareksa.com mengatakan kombinasi suksesnya right issue Sampoerna kala dolar Amerika sedang melemah membuat laju rupiah lebih mencolok. Hari ini rupiah menguat 2,18 persen sedangkan negara kawasan Asia lainnya yang berada dibawah 1 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Penguatan Mata Uang Beberapa Negara di Kawasan Asia Terhadap Dolar AS Per 7 Oktober 2015 Pukul 12.40 WIB
sumber: Bloomberg, diolah Bareksa.com
Menurut Jos, lemahnya data tenaga kerja Amerika menjadi penyebab melemahnya dolar Amerika terhadap mata uang lainnya. Badan statistik Amerika menyebut pada bulan September 2015, tingkat pengangguran masih sama dengan bulan sebelumnya yakni 5,1 persen. Rendahnya data tenaga kerja di Amerika mendorong proyeksi ekonom bahwa Bank Sentral Amerika, The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun ini.
Selain itu, pada 6 Oktober 2015 diumumkan bahwa defisit neraca perdagangan AS juga membengkak menjadi $48,3 miliar dari sebelumnya $41,3 miliar bahkan berada diatas proyeksi ekonom sebesar $47,4 miliar. Data-data ekonomi yang kurang memuaskan ini semakin menguatkan proyeksi suku bunga Amerika akan tetap bertahan.
Grafik Tingkat Pengangguran Amerika Periode Oktober 2014 - September 2015
Sumber: Tradingeconomics.com
Di saat dolar Amerika melemah, Jos mengatakan Sampoerna berhasil memperoleh komitmen pembelian right (hak atas saham baru) dari investor asing sekitar $1,4 miliar. Sementara transaksi right issue dilakukan dalam mata uang rupiah, artinya dolar senilai $1,4 miliar akan dikonversi menjadi rupiah sekitar Rp19,6 triliun (asumsi kurs Rp14.000 per dolar Amerika).
Pada tanggal 19 Oktober 2015 nanti Sampoerna akan melepas saham baru dengan skema right issue sebanyak 269 juta saham dengan target perolehan dana Rp20,7 triliun atau 37 persen dari nilai ekuitas setelah right issue. (Baca juga: Rights Issue HMSP Berpotensi Tarik Investasi Asing)
Selain masuknya dana asing dari aksi korporasi Sampoerna, dari catatan Bareksa.com sejak senin 5 Oktober 2015, dana asing yang masuk ke pasar saham sudah mencapai Rp1,2 triliun yang kebanyakan masuk ke saham-saham perbankan seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) serta saham aneka industri seperti PT Astra International Tbk (ASII).
Grafik: Arus Dana Asing Di IHSG
sumber: Bareksa
Masuknya dana asing juga terjadi akibat kebijakan BI menurunkan batas minimal "holding period" Sertifikat Bank Indonesia (SBI) menjadi satu minggu dari sebelumnya satu bulan. Menurut ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, kebijakan tersebut merupakan langkah bank sentral untuk menarik lebih banyak investor asing.
Terkait dengan penurunan holding period, Rangga mengakui bahwa ada resiko investor asing yang bisa lebih cepat keluar dari SBI, namun menurutnya lebih penting bagi BI untuk membuat instrumen SBI lebih menarik. "Tidak ada salahnya BI membuat tenor lebih pendek agar lebih atraktif," katanya saat dihubungi Bareksa 7 Oktober 2015.
Rangga menilai masuknya dana asing kali ini seharusnya tidak sedemikian kuat dalam mendorong rupiah. "Inflow terasa besar karena sudah sejak april IHSG lebih banyak merasakan outfow. Tapi dibandingkan dengan inflow Januari-Maret, jumlah sebesar itu seharusnya tidak sebegitu kuat dorong rupiah menguat seperti ini. Kenapa (rupiah) menguat sedrastis ini saya rasa ada unusual story," katanya.
Dalam hal ini, Rangga mengindikasikan adanya intervensi BI yang dilakukan saat momentum pelemahan dolar. "Dalam hal ini, intervensi valas BI berjalan lebih efektif," ujarnya. (Baca juga: Intervensi BI & Pembelian Bersih Investor Asing Dorong Penguatan Rupiah)
Jos menambahkan bahwa efektifnya intervensi BI terjadi karena investor juga melihat sejumlah data ekonomi Indonesia yang mulai meningkat. Per Agustus 2015, penjualan semen melonjak 14,23 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Hal ini yang mendorong kepercayaan investor kembali meningkat.
"Apakah penguatan rupiah akan terus bertahan masih tetap tergantung pada kebijakan Amerika, tetapi melihat rupiah sudah melemah sangat dalam serta ada tanda-tanda ekonomi Indonesia pulih, saya rasa penguatan ini masih akan berlanjut," kata Jos dengan nada optimis.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.