Ekonomi Belum Cerah, Mampukah BI Tahan Rupiah Yang Sudah Sentuh Rp14.500/$?
Buruknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia memicu aliran dana asing keluar sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Buruknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia memicu aliran dana asing keluar sehingga menekan nilai tukar rupiah.
Bareksa.com - Nilai tukar rupiah hari ini telah menembus Rp14.500 per dolar Amerika, yang merupakan level terendah setelah krisis tahun 1988 silam. Pada pukul 15.50 WIB, rupiah telah menyentuh level Rp14.505 per dolar Amerika.
Rupiah masih terus melanjutkan pelemahan padahal tekanan dari eksternal sudah mulai mereda, seperti kondisi di Yunani yang sudah lebih 'tenang' setelah mayoritas anggota parlemen Yunani memutuskan untuk mendukung kebijakan Perdana Menteri Alexis Tsipras untuk menjalankan paket reformasi dan tidak ingin lepas dari zona euro.
Selain itu, bank sentral Amerika (The Fed) telah memberi kepastian akan menaikkan Fed rate pada tahun ini sehingga mengurangi ketidakpastian para pelaku pasar.
Promo Terbaru di Bareksa
Lalu apa yang membuat rupiah masih melanjutkan pelemahan?
Menurut ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, yang menjadi faktor utama pemicu pelamahan nilai tukar rupiah adalah buruknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Buruknya prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia memicu aliran dana asing keluar," kata Rangga. Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia memburuk karena harga komoditas terus mengalami penurunan dan juga ketiadaan stimulus ekonomi yang optimal, baik fiskal maupun moneter, seperti belanja pemerintah yang optimal serta tambahan likuiditas dari Bank Indonesia.
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus melemah hingga tiga bulan ke depan. "Nilai tukar rupiah masih akan bergerak melemah ke arah Rp14.500-15.000 per dolar Amerika sampai tiga bulan ke depan," prediksi Rangga.
Cadangan devisa juga terus mengalami penurunan sejak Maret 2015 guna menahan pelemahan rupiah. Secara akumulasi cadangan devisa sudah berkurang $10,18 miliar, sehingga per Agustus 2015 posisi terakhir hanya sebesar $105,35 miliar dari per Februari 2015 yang masih sebesar Rp115,5 miliar. Bahkan Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, memproyeksi pada bulan ini cadangan devisa akan turun hingga $103 miliar.
Rangga menilai cadangan tersebut masih cukup untuk mengurangi volatilitas dari pergerakan rupiah.
Sumber: Bank Indonesia
Senada dengan hal itu, Abdul Aziz, Investment Analyst PT Tugu Reasuransi Indonesia, juga menilai cadangan devisa Indonesia masih aman, walaupun nilai cadangan devisa Indonesia bukan yang terbesar di kawasan ASEAN.
Cadangan devisa Indonesia masih cukup membiayai 10,46 kali impor, sedangkan Singapura dan Thailand yang cadangannya tinggi saja hanya cukup membiayai impor masing-masing 10,12 kali dan 8,99 kali. Angka tersebut juga jauh melebihi standar internasional yakni 3 kali impor, tambah Aziz.
Sumber: Bank Indonesia
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.