S&P: Rating Utang Korporasi Akan Turun Jika Rupiah Sentuh Rp15.000
Risiko kualitas kredit akan bertahan 6-12 bulan karena pertumbuhan PDB melambat
Risiko kualitas kredit akan bertahan 6-12 bulan karena pertumbuhan PDB melambat
Bareksa.com - Lembaga rating utang internasional, Standard & Poor's memperingatkan potensi penurunan rating utang korporasi di Indonesia jika nilai tukar rupiah terus merosot hingga Rp15.000 per dolar Amerika.
Dalam laporan bertajuk "15,000 Rupiah To One U.S. Dollar Could Be The Level To Watch For Rated Indonesian Companies" yang diterbitkan hari ini, Xavier Jean, analis kredit Standard & Poor's mengatakan bila nilai tukar rupiah mencapai Rp15.000 per dolar AS selama tiga hingga enam bulan dapat menjadi potensi tekanan bagi perusahaan Indonesia yang memiliki utang luar negeri tanpa lindung nilai (unhedged).
Pelemahan mata uang rupiah secara tidak langsung berdampak terhadap likuiditas dan marjin sehingga menambah tekanan ditengah perlambatan pertumbuhan pendapatan akibat lesunya kondisi ekonomi saat ini.
Promo Terbaru di Bareksa
"Meskipun kami tidak memperkirakan ada gelombang default secara domestik, risiko likuditas dan refinancing tidak dapat dihindari bagi perusahaan dengan eksposur utang luar negeri tanpa lindung nilai, bila rupiah mencapai 15.000 per dolar dan tetap di level itu," kata Jean dalam rilisnya.
Menganalisa dari tenor pinjaman, Jean melihat utang luar negeri korporasi mulai meningkat sepanjang 2010 sampai 2013 karena didukung biaya dana yang murah serta mata uang rupiah yang masih kuat kala itu. Sementara pinjaman tersebut akan jatuh tempo pada periode 2016 hingga 2018, saat volatilitas rupiah diproyeksi masih tinggi. Artinya risiko perusahaan untuk melunasi utang menjadi tinggi.
Meskipun korporasi masih bisa melakukan refinancing utang (menerbitkan utang baru untuk membayar utang yang telah jatuh tempo), tetapi akan sulit memperoleh tingkat bunga yang rendah.
"Kami memperkirakan bahwa belasan perusahaan yang dinilai saja akan menghadapi total US$6 miliar dalam obligasi atau pinjaman bank sepanjang periode jatuh tempo itu. Depresiasi lebih lanjut terhadap rupiah akan mempersulit mereka untuk melunasi utang dengan biaya yang rendah," kata laporan tersebut.
Grafik Pertumbuhan Tahunan Utang Luar Negeri Pemerintah & Swasta
Sumber: Bank Indonesia diolah Bareksa.com
Data Bank Indonesia memang menunjukan pertumbuhan utang luar negeri swasta tertinggi terjadi pada tahun 2011 dalam lima tahun terakhir, tetapi pertumbuhannya terus menurun hingga Juni 2015 seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Lebih lanjut laporan tersebut menilai risiko buruk terhadap kualitas kredit dari sektor korporasi Indonesia seperti akan bertahan selama enam hingga dua belas bulan kedepan karena pertumbuhan PDB melambat dan sentimen daya beli konsumen masih rendah.
S&P memperkirakan bahwa median pertumbuhan pendapatan akan tetap datar bagi 29 perusahaan yang dinilai di Indonesia. Padahal, tahun lalu, sebelumnya pendapatan mereka masih bisa tumbuh 11 persen. Upaya pemerintah untuk medorong pertumbuhan juga membutuhkan waktu hingga dapat mendorong kepercayaan konsumen dan mendorong daya beli.
Kualitas kredit dari perusahaan di sektor barang konsumsi, perkebunan, manufaktur, media dan ritel mengalami pukulan keras. Proporsi perusahaan Indonesia dengan outlook peringkat negatif mendekati 20 persen, angka tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini jauh dibandingkan 10 persen pada April 2015 dan kurang dari 5 persen pada 2014.
Laporan yang diterbitkan S&P juga mencatat bahwa perusahaan Indonesia hanya memiliki sedikit jalan untuk mengurangi belanja modal atau dividen demi menjaga neraca bila kondisi operasional atau situasi mata uang semakin buruk. Sebagian besar perusahaan yang dinilai di Indonesia masih menerapkan strategi investasi agresif karena mereka ingin menjaga pangsa pasar, mengantisipasi pemain baru, dan memiliki horizon investasi di lebih jauh daripada pertumbuhan PDB jangka pendek. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.