Jokowi Keluarkan Paket Kebijakan Ekonomi, IHSG Koreksi Terbatas
Sementara itu, indeks regional masih berada di zona merah.
Sementara itu, indeks regional masih berada di zona merah.
Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pembukaan perdagangan pagi ini (Kamis, 10 September 2015) mengalami penurunan terbatas setelah pemerintah mengeluarkan paket kebijakan untuk mendorong ekonomi. Indeks regional juga sebagian masih berada di zona merah.
IHSG merosot 0,5 persen dan mencapai level 4.325,46 pada pukul 10:03 dengan penurunan terbesar di sektor perkebunan yang minus 1,95 persen. Namun, sektor industri dasar dan infrastruktur sedikit menguat, dan masing-masing naik 1,22 persen dan 0,14 persen.
Semalam, indeks Dow Jones turun 1,5 persen, sedangkan S&P dan Nasdaq masing masing turun 1,4 persen dan 1,2 persen. Indeks Shanghai di China turun 0,5 persen dan Nikkei terperosok 2,8 persen. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 2,2 persen dan Straits Times di Singapura juga melorot 1,5 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatat penurunan 3,18 persen menjadi Rp16.750. Sementara dari sektor perbankan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) masing masing turun 1,76 persen dan 3,54 persen.
Pada saat yang sama, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) menguat 0,2 persen menjadi Rp2.465 dan PT Semen Indonesia Tbk naik 5,41 persen menjadi Rp9.750. Dari sektor infrastruktur, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menguat 0,92 persen ke level Rp2.755 dan PT XL Axiata Tbk (EXCl) naik 2,20 persen menjadi Rp2.560.
Kepala Riset Universal Broker Indonesia Satrio Utomo menjelaskan bahwa paket kebijakan yang diumumkan Presiden Joko Widodo kemarin sore dapat menahan penurunan IHSG lebih dalam lagi, setelah kemarin ditutup naik tipis 28 poin (0.66 persen) ke level 4,347.27.
"Pelaku pasar masih melakukan penjualan cukup besar sehingga IHSG mengalami koreksi terbatas. Tekanan bursa regional cukup besar. Terjadi koreksi di indeks Dow Jones semalam yang turun 1,5 persen. Namun, IHSG masih cukup kuat," katanya ketika dihubungi Bareksa.
Menurut dia, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memang memiliki dampak positif untuk jangka panjang. Akan tetapi, tidak ada sentimen yang secara spesifik membuat saham naik. Pasalnya, paket kebijakan lebih banyak berfokus pada perlindungan kalangan bawah, "Rakyat diberi perhatian cukup besar."
Pada Rabu (9/9) sore, Jokowi mengumumkan paket kebijakan tahap pertama yang berfokus kepada tiga hal yaitu meningkatkan daya saing industri, mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan mendorong investasi. Kebijakan tersebut juga termasuk deregulasi, alias pemangkasan perizinan yang selama ini memperlambat investasi nasional. (Baca juga: Ini Tiga Jurus Jokowi Bangkitkan Ekonomi Indonesia)
Pada saat yang sama, bank sentral juga mengeluarkan lima kebijakan moneter yang berfokus pada pengendalian inflasi dan likuiditas. Bank Indonesia juga akan memperkuat stabilitas rupiah dengan mengendalikan volatilitas. BI akan mendorong pelaku pasar menahan rupiah lebih lama, yang akan positif. (lihat : Paket Ekonomi: BI Tekankan Pengendalian Inflasi & Peningkatan Likuiditas)
"Kebijakan itu akan bagus karena ada petunjuk atau sinyal bahwa suku bunga akan turun. Akan tetapi Gubernur BI belum mau mengambil risiko untuk mengumumkan penurunan suku bunga acuan," kata Satrio.
Secara umum, paket kebijakan ekonomi yang diumumkan pemerintah itu akan sangat positif dalam jangka panjang. Ada pemangkasan perizinan yang selama ini menjadi hambatan investasi di Indonesia. Akan tetapi, untuk jangka pendek masih ada sentimen lain yang menghantui.
Salah satu sentimen yang masih membuat pasar akan bergejolak adalah belum pastinya bank sentral AS menaikkan suku bunga. Hal itu akan menunggu rapat FOMC yang akan diadakan pada pekan depan. "Pasar harus tetap waspada untuk jangka pendek," kata Satrio.
Sementara itu, Riset Mandiri Sekuritas menilai bahwa paket stimulus membutuhkan waktu untuk memberi dampak. Meski ada sentimen positif, sejumlah kebijakan seperti perizinan dan proses akuisisi yang lebih mudah, bukan hal baru dan sudah termasuk dalam program pemerintah tahun ini.
"Selain itu, realisasi dan keefektifan paket stimulus juga harus dilihat kembali. Selain paket untuk mendorong daya beli konsumen, sebagian stimulus untuk sektor riil butuh waktu untuk berbuah baik," tulis riset Mandiri Sekuritas yang sudah dibagikan kepada nasabah.
Setelah deregulasi diteken oleh presiden, butuh waktu untuk mengimplementasikan peraturan-peraturan yang melibatkan sejumlah kementerian. Maka dari itu, kebijakan butuh waktu untuk memberikan dampak kepada pertumbuhan ekonomi.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.