Jumlah Utang Terus Membengkak Lebih dari 2x Lipat, Malaysia Diambang Krisis?
Selama pemerintahannya, PM Najib memang agresif menambah utang negeri
Selama pemerintahannya, PM Najib memang agresif menambah utang negeri
Bareksa.com – Gelaran unjuk rasa di Malaysia terjadi imbas dari perekonomian negara yang mulai memberi sinyal mengkhawatirkan seperti merosotnya cadangan devisa serta surplus transaksi berjalan yang menyusut.
Amarah penduduk Malaysia terhadap pemerintahan Perdana Menteri (PM) Najib Rajak tampaknya sudah mencapai puncaknya. Dua hari lalu, sekitar 5.000 orang menggelar unjuk rasa menuntut agar Najib mundur sebagai PM. Bahkan, mereka berjanji kembali mengadakan unjuk rasa dengan jumlah massa yang lebih banyak (sekitar 200 ribu orang) pada akhir pekan ini.
Kekesalan ini muncul setelah PM Najib diduga terlibat penyelewengan dana lembaga investasi Malaysia 1MDB (1Malaysia Development Berhad) senilai RM41,9 miliar atau setara Rp148 triliun pada awal bulan lalu. Parahnya lagi, PM Najib juga melakukan intervensi atas kasus tersebut dengan mengganti hakim Mahkamah Agung (MA) yang menangani kasus Mega skandal korupsi tersebut. (Baca juga: Skandal Keuangan di Malaysia Terungkap. Ini Bukti Aliran Dana ke Akun PM Najib)
Promo Terbaru di Bareksa
Apakah Malaysia sudah diambang krisis? Analis Bareksa mencoba menjabarkan data-data ekonomi terkini di Malysia untuk mengambarkan kekhawatiran kondisi ekonomi di negara Jiran ini.
Utang Malaysia Meningkat 2 Kali Lipat
Najib Tun Razak diangkat menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia sejak 3 April 2009. Selama pemerintahannya, PM Najib sangat agresif menambah utang negeri. Salah satunya pinjaman 1MDB kepada PetroSaudi International Ltd senilai $1,9 miliar yang dijamin oleh pemerintah Malaysia. Selain itu, PM Najib juga menyetujui penerbitan obligasi pemerintah senilai $3 miliar untuk membangun Tun Razak Exchange (TRX).
Imbasnya, total utang Malaysia pun nilainya melonjak lebih dari dua kali lipat per Juni 2015 menjadi $794,28 miliar dibanding sebelum Najib menjabat sebagai PM yakni pada Maret 2009 yang hanya $364,5 miliar.
Lonjakan utang ini menjadi masalah bagi Malaysia pasalnya kenaikan utang tidak disertai dengan naiknya pendapatan negara yang tercermin dari naiknya rasio utang pemerintah terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) Malaysia. Per akhir tahun 2014, rasionya sudah meningkat menjadi 54,2 persen dibanding per akhir tahun 2008 yang masih berada pada posisi 40 persen.
Grafik Total Utang Malaysia (dalam miliar dolar AS)
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Surplus Transaksi Terus Menyusut
Selain meningkatnya utang, surplus transaksi berjalan Malaysia pun menyusut. Rasio transaksi berjalan terhadap PDB Malaysia terus mengalami penurunan sejak 2009 seiring turunnya pendapatan ekspor produk manufaktur Malaysia. Anjloknya harga komoditas global juga turut menekan ekspor CPO dan komoditas lainnya.
Indonesia pun mengalami hal yang sama, bahkan rasionya menjadi defisit 3,62 persen di kuartal ketiga tahun 2013, tetapi mulai membaik. Hingga akhir kuartal kedua 2015, defisitnya berkurang menjadi 2,48 persen.
Tetapi Malaysia justru semakin parah dimana per akhir kuartal kedua 2015 rasionya hanya surplus 2,74 persen dari 5,67 persen diperiode yang sama tahhun sebelumnya.
Berdasarkan data Malaysia External Trade Development Corporation (BPS Malaysia), ekspor Malaysia sepanjang periode Januari-Juni 2015 tercatat turun 3,1 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi RM368,33 miliar. Sementara, impor Malaysia hanya mengalami penurunan 2,58 persen menjadi RM326,64 miliar.
Grafik Perbandingan Transaksi Berjalan Malaysia dengan Indonesia
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Tekanan Terhadap Ringgit Meningkat
Turunnya ekspor juga membuat mata uang Malaysia yakni ringgit menjadi semakin tertekan. Pasalnya ekonomi Malaysia sangat tergantung terhadap ekspor. Berdasarkan data World Bank, per tahun 2013 persentase ekspor terhadap PDB Malaysia mencapai 81,87 persen.
Kinerja Ringgit Malaysia juga menjadi salah satu yang terburuk di kawasan Asia Tenggara. Secara year-to-date, Ringgit melemah 19,87 persen lebih buruk dibandingkan nilai tukar Rupiah yang melemah 13,55 persen di periode yang sama.
Tekanan mata uang di kawasan Asia Tenggara terjadi akibat Bank Sentral Amerika, The Fed berencana untuk menaikkan suku bunga serta devaluasi mata uang China.
Grafik Pelemahan mata uang Asia Tenggara
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Padahal Malaysia juga sudah berupaya keras menjaga mata uangnya yang tercermin dari menyusutnya nilai cadangan devisa. Per Juli 2015, cadangan devisa Malaysia hanya sebesar $92,67 miliar, turun 27,3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang masih senilai $127,56 miliar.
Ambrolnya cadangan devisa menunjukan besarnya intervensi yang dilakukan Bank Sentral Malaysia.
Grafik Cadangan Devisa Malaysia (Dlm $ Miliar)
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Kondisi ini mengkhawatirkan karena susutnya cadangan devisa serta naiknya utang membuat rasio utang jangka pendek terhadap cadangan devisa Malaysia sejak September 2009 terus naik. Bahkan, nilainya hampir mencapai 100 persen pada akhir tahun lalu. Standarnya, rasio ini nilainya tidak boleh lebih dari 50 persen.
Semakin besar rasio ini menunjukan semakin lemahnya kemampuan suatu negara dalam membayar utang jangka pendek. Artinya likuiditas di Malaysia semakin ketat, padahal per akhir Juni 2015, nilai utang jangka pendek yang harus dibayar Malaysia mencapai $91 miliar. (np)
Grafik Rasio Utang Jangka Pendek Terhadap Cadangan Devisa Malaysia
Sumber: Bloomberg, diolah Bareksa
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.