Pertumbuhan Perbankan Masih Lemah, Bank Ramai-Ramai Mengubah Target
Kualitas kredit memburuk seiring perlambatan pertumbuhan
Kualitas kredit memburuk seiring perlambatan pertumbuhan
Bareksa.com - Sektor perbankan nasional diperkirakan akan masih terus lesu, seiring dengan melambatnya pertumbuhan kredit, turunnya kualitas aset dan meningkatnya risiko.
Riset JP Morgan bahkan memperkirakan bahwa perbankan akan merevisi target mereka dalam beberapa bulan ke depan.
Salah satu bank pelat merah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga memperkirakan bahwa pertumbuhan kredit semester pertama tahun ini masih rendah karena melambatnya pergerakan ekonomi dan fokus bank untuk menjaga kualitas.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Keuangan BBRI Haru Koesmahargyo mengakui adanya perlambatan kredit itu, yang akan mendorong perseroan merevisi turun suku bunga kredit dari 17 persen menjadi maksimal 15 persen.
"Lending semester satu masih rendah, masih single digit karena pertumbuhan ekonomi masih rendah dan kami menjaga kualitas. Semua target berubah, bottom line juga pasti turun, nanti kami ajukan ke OJK. Target awal pertumbuhan tahun ini 10 persen, nanti direvisi menjadi single digit," ujarnya di depan wartawan pada 13 Juli 2015.
Tim riset JP Morgan juga memperkirakan bahwa pemulihan pada semester kedua tahun ini sepertinya akan mengecewakan, dengan mengutip kondisi harga komoditas lemah dan depresiasi rupiah. "Maka, kami percaya pembalikan tren membutuhkan pendorong PDB yang lebih luas, dan akan memakan waktu lebih lama," tulis tim riset JP Morgan yang dikepalai Harsh Wardhan Modi.
Selain itu, JP Morgan mengatakan bahwa kinerja bank akan lebih rendah dibanding target, yang dapat menjadi katalis untuk melakukan revisi turun. Sebagian besar bank sudah menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 11 - 14 persen, dengan asumsi investasi infrastruktur akan mengucur pada akhir tahun. Namun, bila proyek infrastruktur tidak berjalan juga (walau kemungkinannya kecil), JP morgan memperkirakan pertumbuhan kredit tidak akan mencapai 10 persen tahun ini.
"Permintaan kredit hari raya sangat lemah kali ini, yang tidak dapat mendorong pertumbuhan kredit tahunan. Fokus bank sudah beralih ke lebih menjaga, dibanding menumbuhkan neraca keuangan," tulis riset itu.
Pertumbuhan Melambat
Berdasarkan data OJK, jumlah kredit yang disalurkan oleh bank umum per Maret mencapai Rp3.680 triliun. Dibandingkan dengan angka pada Maret tahun lalu, total kredit tersebut bertumbuh 11,3 persen. Namun, JP Morgan mencatat bahwa pertumbuhan kredit melambat sehingga pertumbuhan selama tiga bulan hanya 0,6 persen.
Pertumbuhan ini jauh melambat bila dibandingkan dengan level pada dua tahun lalu. Hal ini dapat terlihat dari grafik yang menunjukkan pertumbuhan kredit dari sejumlah bank pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan dengan kuartal pertama 2013.
Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Komersial
Sumber: Riset JP Morgan
Bersamaan dengan perlambatan pertumbuhan kredit, kualitas aset juga semakin buruk. Tingkat kredit macet (non-performing loan/NPL) pada 2014 saja sudah mencapai 2,16 persen karena berbagai perubahan makro termasuk pertumbuhan PDB melambat, rupiah melemah, dan peningkatan suku bunga acuan 200 bps.
Meskipun sudah ada dukungan likuiditas, dan pemangkasan suku bunga 25 bps pada Februari, tetap saja kualitas aset makin memburuk. Rasio NPL meningkat menjadi 2,4 persen pada akhir Maret 2015, yang diakibatkan melemahnya aktivitas ekonomi karena lambatnya penyerapan anggaran pemerintah dan suku bunga masih tinggi.
Grafik Rasio Kredit Macet Bank
Sumber: Riset JP Morgan
Dari sisi laporan laba, bank komersial mencatat laba bersih naik 48 persen pada Maret dibanding bulan sebelumnya. Hal itu didorong oleh kenaikan pendapatan bunga (11 persen), pendapatan non-bunga (24 persen) dan pendapatan non-operasional lain, meskipun ada peningkatan biaya operasional.
Namun, bila dibandingkan dengan kinerja setahun, pertumbuhan laba hanya kecil. Pada Maret 2015, bank komersial mencatat laba bersih Rp11,6 triliun naik 4 persen dibandingkan Rp11,1 triliun. Pertumbuhan laba didorong oleh kenaikan pendapatan bunga (9 persen), pendapatan non-bunga (32 persen) tetapi terhambat oleh melonjaknya biaya operasional (26 persen).
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,92 | 0,45% | 4,28% | 7,56% | 8,65% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,59 | 0,42% | 4,45% | 7,00% | 7,43% | 2,51% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.080,08 | 0,60% | 4,04% | 7,13% | 7,77% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.845,41 | 0,53% | 3,95% | 6,71% | 7,40% | 16,95% | 40,32% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.272,15 | 0,82% | 3,96% | 6,62% | 7,24% | 20,21% | 35,65% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.