Lemahnya Rupiah Dongkrak Biaya, Astra: Sebagian Kita Pass On Ke Konsumen
Persaingan industri otomotif juga semakin ketat sehingga harus hati-hati melakukan penyesuaian harga di pasar.
Persaingan industri otomotif juga semakin ketat sehingga harus hati-hati melakukan penyesuaian harga di pasar.
Bareksa.com – Tekanan akan pelemahan rupiah ditengah persaingan industri otomotif yang ketat membuat PT Astra International Tbk (ASII) memprediksi jumlah penjualan mobil pada tahun ini akan sama dengan tahun lalu.
Head of Investor Relation Astra, Tira Ardianti dalam wawancara dengan Bareksa melalui WhatsApp messenger bercerita lebih lengkap mengenai tantangan yang harus dihadapi tahun ini. Simak petikannya;
Apa yang menjadi kendala bisnis Astra pada tahun ini?
Promo Terbaru di Bareksa
Bisnis berat, tantangan ekonomi regional dan global masih berlanjut. The Fed (Bank Sentral Amerika) yang sudah menghentikan stimulus ekonomi mendorong penguatan mata uang dolar Amerika dan berdampak pada ekonomi global. Indonesia juga termasuk yang terkena impaknya apalagi kita masih mengalami defisit transaksi berjalan.
Menguatnya dolar Amerika, apakah juga turut mendorong kenaikan harga otomotif yang dijual Astra?
Sulit untuk tidak melakukan penyesuaian harga karena otomotif indonesia itu masih tergantung import. Lemahnya nilai tukar rupiah menjadi tekanan pada biaya bahan baku. Supplier kan gak bisa menanggung semua, harus bicara sama manufaktur. Makanya perlu cost leadership. Efficiency and cost effectiveness harus terus digenjot.
Apakah kenaikan harga bahan baku akan seluruhnya dibebankan kepada konsumen?
Kita gak bisa begitu saja “pass on” ke customer. Konsumen juga lagi susah, belum lagi tekanan kompetisi. Jadi sebagian kenaikan cost harus diserap pelaku industri dulu, penyesuaian dilakukan tetapi bertahap dan hati-hati agar tidak memberatkan konsumen. Mereka juga harus dibantu. Astra bisa besar kan karena konsumen-nya, jadi dari waktu ke waktu kita juga berupaya gimana supaya market tetap bergairah, konsumen juga tidak terlalu terbebani.
Bagaimana strategi Astra dalam menghadapi tekanan pelemahan rupiah?
Bisnis otomotif Astra ada tekanan import tetapi terkompensasi oleh pendapatan dari bisnis berbasis komoditas seperti dari PT United Tractor Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang justru diuntungkan dari pelemahan rupiah karena pendapatan mereka dalam USD.
Tapi walaupun bisnis Astra terdiversifikasi, masih lemahnya ekonomi global juga memberi dampak pada kinerja keuangan. Sejauh ini bisa dikatakan masih netral buat Astra.
Apa proyeksi Astra terhadap kondisi bisnis yang dikelola tahun ini?
Saya sih menduga untuk bisnis berbasis komoditas, tren penurunan harga minyak dunia akan membuat harga batu bara belum bisa recover. CPO (minyak kelapa sawit) juga harganya turun walaupun prospek jangka panjang baik. Tapi dalam jangka menengah tergantung dari supply soya (minyak kedelai), cuaca dan permintaan CPO sendiri.
Untuk pasar otomotif kemungkinan akan sama dengan tahun lalu karena kondisi makro. BI Rate yang baik tahun lalu impaknya masih berlanjut terutama buat perusahaan kecil dan menengah serta corporate yang besar. Weak (pelemahan) Rupiah bikin harga mobil naik, isu politik bikin orang nunda beli atau investasi, ekspektasi ekonomi bikin orang nahan beli. Konsumen masih mampu membeli tetapi mereka punya prioritas dan concern. Belum lagi kompetisi yang membuat situasi lebih menantang lagi buat Astra. Market stagnan, tetapi pemain bertambah.
Apakah situasi ini akan berlangsung jangka panjang?
Overall kita confident situasi ini gak permanen. Kita berharap banyak pada pemerintah baru bisa merealisasikan belanja pemerintah terutama ke sektor produktif untuk mendorong ekonomi. Jika confidence (kepercayaan) balik, economi tertangani dengan baik, yang benefit juga pelaku bisnis, apalagi Astra yang fokus bisnisnya domestik. It's really related to indonesia's story. Kita yakin Indonesia akan lebih baik. Consumer market growing, middle class rising, demographic bonus, semua itu positif buat bisnis jangka panjang apalagi yang fokus pada pasar di Indonesia. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.