ADHI Gantikan Proyek Monorail Dengan LRT, Butuh Dana Hingga Rp10 T
Perseroan akan menambah modal dengan rights issue dan mencari pendanaan eksternal
Perseroan akan menambah modal dengan rights issue dan mencari pendanaan eksternal
Bareksa.com - Perusahaan kontraktor pelat merah PT Adhi Karya Tbk (ADHI) akan mengembangkan proyek light rail transit (LRT) senilai Rp10 triliun. Mega proyek itu akan menggantikan monorail yang sudah mangkrak selama 10 tahun.
Presiden Direktur ADHI Kiswodarmawan mengatakan investasi proyek LRT tidak akan berbeda jauh dengan besaran dana untuk pengembangangan monorail. Proyek LRT untuk tahap pertama akan memanjang dari Cibubur-Cawang-Semanggi-Grogol dan diharapkan selesai pada 2018.
"Investasi masih dihitung untuk tahap satu sekitar Rp9 triliun hingga Rp10 triliun. Pendanaan biasanya 70 persen pinjaman dan 30 persen modal," ujarnya di depan wartawan 20 Maret 2015.
Promo Terbaru di Bareksa
Saat ini perseroan fokus untuk menambah modal melalui penerbitan saham baru (rights issue) senilai Rp1,4 triliun, sebelum mencari pendanaan eksternal. Seperti diberitakan, ADHI adalah salah satu BUMN yang mendapat penyertaan modal negara (PMN). "Soal finansial setelah rights issue baru kita selesaikan sampai close. Harapan kami kuartal empat sudah eksekusi,"
Meskipun nilai suntikan dana sudah disetujui oleh pemerintah dan parlemen, proses penambahan modal tidak cepat karena perseroan masih harus mengkaji penggunaan dana tersebut. Alokasi PMN harus disahkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Presiden (Perpres). Dan karena ADHI adalah perusahaan publik, aksi korporasi juga harus mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Harapan direksi rights issue selesai di akhir semester pertama. Itu tergantung proses penerbitan PP, izin OJK dan sebagainya. Setelah itu baru dapat dilaksanakan," katanya.
Bila rights issue berhasil dilakukan, ekuitas perseroan akan bertambah 80,27 persen menjadi Rp3,14 triliun dibandingkan total ekuitas per Desember 2014. Dengan bertambahnya modal, kemampuan perseroan menarik pinjaman (leverage) juga akan semakin besar.
LRT vs Monorail
Kiswodarmawan menjelaskan bahwa pemilihan LRT dibandingkan monorail diambil karena pertimbangan teknologinya sudah banyak diterapkan dan desainnya yang lebih fleksibel. Sejumlah negara sudah menerapkan teknologi ini seperti China, Jepang, sampai Kanada.
Menurutnya, ukuran LRT lebih ramping - lebarnya sekitar 2,7 meter, dibandingkan monorail yang mencapai 3 meter - dan radius putarnya lebih kecil daripada 25 meter, sehingga mudah bergerak di dalam kota. Tidak seperti monorail, LRT berjalan di atas dua rel dengan roda besi yang mudah dirawat dan harganya lebih murah dibandingkan roda karet pada monorail meski sedikit berisik.
"Ini pilihan tepat untuk moda transportasi di Jakarta dan nantinya ditularkan ke daerah lain. Kedua, LRT memiliki teknologi yang sudah terbuka sehingga kami bisa bekerja dengan Pemprov DKI dan MRT Singapura."
Pemilihan rute, lanjutnya, merupakan hasil survei yang dilakukan oleh konsultan. Rute tahap pertama akan memanjang dari Cibubur hingga Cawang, kemudian seiring di samping tol dalam kota hingga berakhir di Grogol. Pembangunan LRT juga akan terhubung dengan mass rapid transportation (MRT) yang tengah dibangun sepanjang jalan Sudirman-Thamrin.
Mengenai masalah pembebasan lahan, perseroan tidak perlu ambil pusing karena dapat menggunakan sebagian jalan tol yang dioperasikan oleh PT Jasa Marga TBk (JSMR), yang juga merupakan perusahaan milik negara. Integrasi LRT juga akan melibatkan BUMN lain yaitu PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Industri Kereta Api (Persero).
Sebagian proyek LRT akan dipasang di tepi jalan tol. Oleh sebab itu, ADHI harus meminta izin Kementerian PU-Pera dan berkomunikasi dengan Jasa Marga.
"Along distance jalan tol tidak akan ganggu jadi tidak perlu pembebasan lahan. Sudah dikuasakan oleh Kementerian PU yang mendukung asal tidak mengganggu Jasa Marga."
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.