ESDM: Produsen Batu Bara Harus Utamakan Domestik Untuk Megaproyek PLTU 35.000MW
Kebutuhan PLTU domestik terus meningkat, ekspor diharapkan turun
Kebutuhan PLTU domestik terus meningkat, ekspor diharapkan turun
Bareksa.com- Pemerintah mendorong pengusaha batu bara untuk memprioritaskan kebutuhan dalam negeri sebelum melakukan ekspor. Produksi batu bara diperkirakan menurun untuk menjaga harga, sementara kebutuhan dalam negeri terutama untuk pembangkit listrik terus meningkat.
Berdasarkan Rencana Pertambangan Jangka Menengah dari Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, produksi batu bara tahun 2015 akan turun 7,2 persen menjadi 425 juta ton, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 458 juta ton.
"Penurunan jumlah produksi batu bara direncanakan hingga tahun 2019. Hal ini bertujuan sebagai salah satu cara untuk menjaga harga batu bara yang terus menurun," ujar Direktur Jendral Mineral dan Batubara R. Sukhyar di Jakarta 26 Februari 2015.
Promo Terbaru di Bareksa
Sementara itu, kebutuhan batu bara domestik tahun ini mencapai 102 juta ton atau 24 persen dari total produksi dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Tahun 2019, diperkirakan kebutuhan dalam negeri mencapai 240 juta ton atau sekitar 60 persen dari total produksi. Sebagai kompensasi, ekspor harus dikurangi secara bertahap menjadi tinggal 40 persen dari total produksi nasional.
Grafik Rencana Kebutuhan Batubara Domestik dalam 5 Tahun.
Sumber: Dirjen Mineral Dan Batubara
Angka kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat ikut ditopang adanya proyek 35.000 mega watt listrik yang akan dibangun sampai tahun 2019. Untuk memenuhi proyek tersebut, sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan total daya 25.000 mega watt akan menggunakan batu bara sebagai bahan bakar.
Batu bara masih dipilih menjadi bahan bakar utama, hingga mencakup 71 persen total kebutuhan listrik di Indonesia. Menurut statistik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, bahan bakar batu bara memiliki biaya yang paling murah, sehingga untuk proyek 35.000 mega watt yang akan digarap mulai tahun ini sebagian besar akan menggunakan batu bara.
Grafik Perbandingan Harga Bahan Bakar Untuk PLTU
sumber: statistik PLN
Menurut Helmi Najamudin, Kepala Divisi Batubara PLN, kebutuhan batu bara untuk PLTU milik negara dan Independent Power Plant (IPP) di seluruh Indonesia akan mencapai 87,65 juta ton tahun 2015. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 166 juta ton pada tahun 2019.
Bila peningkatan PLTU dan ekspor batu bara terus berlangsung 8,4 persen per tahun maka kebutuhan total pada tahun 2036 mencapai 31.370 miliar ton. Padahal, cadangan batu bara Indonesia hanya 21.360 miliar ton.
"Dengan kata lain PLN memperkirakan Indonesia akan mengimpor batu bara pada 2036," ungkap Helmi.
Sementara itu, Priatna Suhala, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI), mendukung langkah pemerintah untuk mengendalikan produksi batu bara yang akan berdampak positif bagi harga global. Dengan murahnya harga batu bara sekarang ini banyak pengusaha melirik usaha ke hilir untuk membuat PLTU berbahan bakar batu bara.
"Pengendalian penurunan jumlah produksi batu bara ini dirasa memberi efek positif positif bagi para pengusaha. Dengan harga batu bara yang murah dan ingin mendapatkan untung yang besar, solusinya bukan diekspor namun dapat digunakan di dalam negeri sehingga memiliki nilai tambah lagi," jelaasnya.
Namun, pihaknya terkadang masih mengalami kekurangan pasokan batu bara untuk kebutuhan PLTU domestik, karena pihak pengusaha sudah memiliki kontrak untuk kebutuhan ekspor.
Menanggapi hal ini Sukhyar akan membuat pertemuan internal agar tidak ada antara kesalahpahaman pihak PLN dan pengusaha.
"Kebutuhan dalam negeri tetap akan diutamakan," tukasnya.
Sementara itu, realisasi produksi batu bara sendiri tumbuh sebesar 14 persen pada tahun 2014 dengan konsumsi domestik sekitar 16-23 persen dari produksi. Kontribusi batu bara terhadap total penerimaan negara bukan pajak (PNBN) tahun ini ditargetkan sekitar Rp52,5 triliun. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,82 | 0,23% | 4,09% | 7,79% | 8,03% | 19,38% | 38,35% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,66 | 0,21% | 4,11% | 7,21% | 7,45% | 2,88% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,69 | 0,58% | 3,99% | 7,68% | 7,82% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,91 | 0,57% | 3,86% | 7,26% | 7,40% | 17,49% | 40,87% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.289,21 | 0,83% | 4,10% | 7,42% | 7,55% | 19,87% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.