Rupiah Terus Melemah, Rasio Utang dan Kemampuan Impor Indonesia Masih Aman
Kondisi Indonesia masih cukup baik berdasarkan sejumlah rasio makro ekonomi
Kondisi Indonesia masih cukup baik berdasarkan sejumlah rasio makro ekonomi
Bareksa.com – Kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih cukup baik terlihat dari sejumlah rasio makro ekonomi meski Rupiah terus melemah ke level Rp12.700 per dolar AS.
Selain data defisit transaksi berjalan yang mengecil dan neraca perdagangan yang membaik (baca: Walau Rp Ambrol ke 12.700/$, Situasi Lebih Baik dari 1998,2008, dan 2013. Kenapa?), rasio utang terhadap pendapatan (lebih dikenal sebagai Debt to GDP Ratio) Indonesia juga masih berada pada level yang wajar.
Rasio Debt to GDP digunakan untuk mengukur kemampuan suatu negara dalam membayar utang-utangnya. Semakin besar nilai rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB), semakin kecil kemungkinan negara akan membayar utang dan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk default.
Promo Terbaru di Bareksa
Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra menilai rasio utang Indonesia saat ini masih aman dan di bawah ambang batas.
“Meski dalam dua tahun ini mengalami peningkatan, rasio utang kita masih aman. Di bawah ambang 60 persen,” katanya kepada Bareksa.com.
Selain itu, Aldian menilai kenaikan rasio utang yang terjadi dalam dua tahun ini lebih disebabkan oleh banyaknya arus dana asing yang masuk melalui investasi langsung (Foreign Dirrect Investment/ FDI).
“FDI yang masuk kan lumayan besar. Sedangkan, FDI ini dicatatkan sebagai utang luar negeri swasta. Makanya berdampak pada meningkatnya rasio ini,” ungkap Aldian.
Grafik Debt to GDP Ratio Indonesia Periode 2000-2014*
Sumber: Tradingeconomic & Bank Indonesia, diolah Bareksa.com
Rasio utang Indonesia sempat mencapai 95,1 persen di tahun 2000 karena masih besarnya utang yang harus ditanggung Indonesia akibat krisis tahun 1998. Saat itu, utang luar negeri meningkat akibat penurunan nilai tukar rupiah.
Namun, rasio utang Indonesia per akhir kuartal ketiga 2014 masih berada pada level 34,7 persen, jauh lebih kecil dibandingkan kondisi empat belas tahun lalu.
Selain rasio utang Indonesia yang dinilai masih wajar, kemampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan impornya pun masih dalam kondisi yang aman. Hal ini tercermin dari nilai rasio cadangan devisa terhadap kebutuhan impor per akhir September 2014 yang masih di atas 7 bulan.
"Nilai rasio ini masih aman, karena biasanya kan berada pada level 6 hingga 7 bulan," ungkap Ekonom Senior LPEM UI I Kadek Dian Sutrisna yang dihubungi Bareksa.com.
Berdasarkan buku Satu dekade pasca-krisis Indonesia: Badai Pasti Berlalu?, kemampuan membayar kebutuhan impor Indonesia pernah jatuh menjadi 4 bulan impor pada periode 1996-1997.
Krisis yang terjadi telah mengurangi kemampuan cadangan devisa membiayai impor pada periode tersebut. Padahal, sebelum tahun 1996 cadangan devisa Indonesia masih bisa untuk membiayai impor selama 5 bulan.
Grafik Cadangan Devisa Terhadap Kebutuhan Impor Indonesia Periode 2001-2014*
Sumber: Tradingeconmis, diolah Bareksa.com
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.