PBOC Naikkan Suku Bunga Menyusul Kenaikan Fed Rate, Bagaimana dengan BI?
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dilakukan pada Rabu-Kamis tanggal 13-14 Desember 2017
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia dilakukan pada Rabu-Kamis tanggal 13-14 Desember 2017
Bareksa.com – Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) memutuskan untuk kembali mengerek suku bunga acuan satu notch seiring kian membaiknya perekonomian Negeri Abang Sam. Dengan begitu, suku bunga acuan The Fed (Fed Rate) saat ini berada di kisaran 1,25 - 1,5 persen. Kenaikan suku bunga tersebut sudah diprediksi banyak analis dan merupakan kenaikan kali ketiga pada tahun ini. (Baca Juga : Ekonomi AS Tumbuh di Atas 3 Persen, The Fed Naikkan Suku Bunga Jadi 1,5 Persen?)
Dalam menentukan kebijakan ini, para penentu kebijakan merujuk pada rendahnya angka pengangguran, meningkatnya anggaran belanja rumah tangga, dan serta besarnya investasi oleh pelaku bisnis dalam beberapa kuartal terakhir.
"Pasar tenaga kerja terus menguat dan aktivitas ekonomi meningkat dengan solid," demikian pernyataan Federal Open Market Committee dalam pernyataannya setelah melakukan rapat selama dua hari. (Baca Juga : Data Apa Saja Yang Memicu Kenaikan Fed Fund Rate (FFR)?)
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik : Historikal Kenaikan Suku Bunga AS Setahun Terakhir (%)
Sumber : Federal Reserve, diolah Bareksa
Bank Sentral Cina Ikuti The Fed Naikkan Suku Bunga
Bank Sentral Cina (PBoC) juga menaikkan suku bunga pinjaman menyusul keputusan Federal Reserve yang melakukan pengetatan kebijakan keuangan.
Beberapa jam usai keputusan Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin, Bank Sentral Negeri Panda menaikkan suku bunga lewat operasional pasar terbuka dan fasilitas pinjaman jangka menengah guna menyesuaikan dengan kebijakan AS.
PBOC tidak menggunakan 14 day reverse repo hari ini di mana 7 dan 28-day reverse repurchase agreements dinaikkan sebesar 5 basis poin.
Bagaimana dengan Bank Indonesia?
BI dijadwalkan akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan pada hari ini setelah melakukan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu-Kamis, 13-14 Desember 2017.
Menurut analisis Bareksa, meski beberapa bank sentral dunia mulai menaikkan tingkat suku bunga, rendah nya inflasi yang tercatat 3,3 persen (yoy) masih menjadi alasan utama jika nantinya BI mempertahankan tingkat suku bunga.
Meski begitu, dampak dari tetapnya suku bunga akan berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pergerakan rupiah yang saat ini telah terdepresiasi 2,2 persen (ytd) mendekati level Rp13.600 per dolar AS. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,58% | 4,31% | 7,57% | 8,73% | 19,20% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,44% | 4,48% | 7,05% | 7,51% | 2,61% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,97% | 7,04% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,13 | 0,53% | 3,89% | 6,64% | 7,38% | 16,99% | 40,43% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,87% | 6,51% | 7,19% | 20,23% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.