Net Buy Asing Cetak Rekor Sejak Mei, Saham PGAS Jadi Incaran
Sebelumnya asing tercatat telah keluar hingga Rp46 triliun sejak 26 Mei 2017
Sebelumnya asing tercatat telah keluar hingga Rp46 triliun sejak 26 Mei 2017
Bareksa.com- Pada perdagangan hari ini 30 Oktober 2017, terpantau investor asing banyak memborong saham-saham di Bursa Efek Indonesia sehingga mencatatkan beli bersih (net buy). Sejumlah saham secara individu menjadi incaran para investor asing.
Hingga pukul 13.35 WIB hari ini investor asing tercatat masuk hingga Rp930 miliar. Angka beli bersih tersebut merupakan yang paling tinggi dalam lima bulan terakhir. Berdasarkan data perdagangan bursa yang diolah Bareksa, sejak 26 Mei 2107, kepemilikan asing di saham-saham Indonesia terus berkurang.
Grafik: IHSG dan Arus Dana Asing Selama 1 Tahun
Promo Terbaru di Bareksa
Sumber: Bareksa.com
Dalam periode 26 Mei-26 Oktober 2017, asing tercatat telah keluar hingga Rp46 triliun. Hal itu dipicu sejumlah sentimen negatif, seperti rencana The Fed yang akan menaikkan suku bunga akhir tahun ini, nilai tukar rupiah yang terus tertekan terhadap dolar AS dan kini berada di level Rp13.604 per dolar AS, hingga pemindahan dana asing ke obligasi yang terlihat telah naik hampir Rp30 triliun.
Grafik: IHSG dan Arus Dana Asing Pada Obligasi Selama 1 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Menurut Head of Research Bareksa, Ni Putu Kurniasari, masuknya investor asing pada hari ini belum menunjukkan kembalinya investor asing ke pasar saham Indonesia. "Net foreign buy hari ini lebih terhadap saham tertentu secara individu saja, belum ke IHSG secara keseluruhan," katanya.
Terpantau, hari ini investor asing paling banyak masuk melalui dua saham yaitu, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) dengan net buy asing Rp96,4 miliar. Pada saat yang sama, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) juga diborong asing sebanyak Rp67 miliar.
Sementara itu, tiga saham lainnya yang menjadi incaran asing tidak terlalu mencatatkan net buy yang bsar. Nilai beli bersih asing pada saham PT United Tractors sebesar Rp16,5 miliar, PT Astra International Tbk (ASII) sebesar Rp12,8 miliar dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) sebesar Rp12 miliar.
Tabel: 5 Saham Yang Paling Banyak Dibeli Asing
Sumber: Bareksa.com
Asing banyak masuk melalui saham PGAS dan mendorong harga saham naik 12 persen ke level Rp1.835 dari sebelumnya Rp1.635, meski perusahaan ini mencatatkan penurunan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, salah satunya akibat meningkatnya beberapa pos beban. Salah satunya beban pokok pendapatan.
Perusahaan distributor gas milik negara itu mencatat laba bersih US$101,66 juta sepanjang Januari-September 2017. Angka ini turun 58,57 persen dari US$245,37 juta yang merupakan laba bersih perseroan pada periode sama tahun 2016.
Menurut pantauan Bareksa, meski PGAS mencatatkan penurunan laba yang terbilang cukup signifikan, naiknya pendapatan yang sesuai ekspektasi konsensus turut memengaruhi pandangan para pelaku pasar terhadap saham ini. Menurut laporan keuangan per September 2017, PGAS membukukan kenaikan pendapatan 0,41 persen menjadi US$2,16 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, dibandingkan US$2,15 miliar sebelumnya.
Berdasarkan data Yahoo Finance, para analis sebelumnya memproyeksikan akan adanya pertumbuhan pendapatan untuk periode kuartal III, sebelum akhirnya pendapatan PGAS diproyeksikan turun 10,7 persen di akhir tahun (yoy).
Kinerja keuangan ini pun sudah diprediksi manajemen perseroan. Direktur Keuangan PGN Nusantara Suyono pernah menyampaikan, phaknya tidak dapat mencapai target laba bersih tahun ini yang sebesar Rp3,7 triliun atau sekitar US$280 juta. Perseroan memperkirakan laba bersih tahun ini sekitar US$ 150 juta. Artinya perseroan memangkas target laba sekitar 46 persen.
Pada saat yang sama, Bank Mandiri yang menjadi incaran asing pada hari ini ternyata juga membukukan kinerja cemerlang hingga kuartal ketiga tahun ini. Dalam paparannya Selasa, 24 Oktober 2017, emiten berkode saham BMRI itu mengumumkan perolehan laba naik 25,44 persen dari Rp12,01 triliun menjadi Rp15,07 triliun pada periode Januari hingga September 2017. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah | 1.379,53 | 1,02% | 5,18% | 7,30% | 8,82% | 19,45% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.089,71 | 0,44% | 5,40% | 6,62% | 7,08% | 2,64% | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.837,78 | 0,53% | 3,93% | 6,27% | 7,42% | 17,19% | 40,03% |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.075,16 | 0,66% | 3,97% | 6,64% | - | - | - |
Insight Renewable Energy Fund | 2.257,46 | 0,72% | 3,68% | 5,94% | 6,95% | 19,66% | 35,50% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.