Bersifat Spekulasi, Ini Cerita Pendiri Bitcoin Indonesia yang Juga Trader Saham
"Saham dan bitcoin hanya sebagai spekulasi, bukan investasi"
"Saham dan bitcoin hanya sebagai spekulasi, bukan investasi"
Bareksa.com – Fenomena mata uang digital seperti Bitcoin kembali marak. Terutama terkait nilai kepingannya yang sangat berfluktuasi dan bisa meningkat drastis.
Yang terbaru, Bitcoin dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab dengan modus investasi. Untungnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bergerak cepat dan langsung merilis penghentian kegiatan yang dilakukan oleh PT Dunia Coin Digital tersebut.
Di Indonesia, Bitcoin memang tidak setenar di negara-negara lain seperti Jepang, Amerika Serikat, Denmark, Korea Selatan, hingga Finlandia. Perkembangan Bitcoin Indonesia berjalan tanpa adanya pengakuan dari regulator mana pun.
Promo Terbaru di Bareksa
Meski begitu, pendiri situs jual beli bitcoin.co.id dan CEO Bitcoin Indonesia, Oscar Darmawan punya penilaian sendiri. Oscar menerangkan, posisinya netral dalam hal pengakuan dari pemerintah Indonesia. (Baca : Dunia Coin Tawarkan Investasi Bodong Pakai Bitcoin)
“Kami percaya, regulator pasti memiliki banyak prioritas kerja. Dan saya kira apa yang dilakukan Bank Indonesia sudah sangat baik,” terang Oscar kepada Bareksa, Selasa, 24 Oktober 2017.
Oscar menjelaskan, Bank Indonesia hanya menegaskan transaksi di Indonesia harus dalam rupiah. “Mengenai hak memiliki, menjual, dan membeli kan hak asasi masing-masing warga negara,” katanya.
Untuk itu, Oscar berpendapat, urusan para pelaku Bitcoin dengan regulator seperti Bank Indonesia selesai sementara. Para pelaku Bitcoin Indonesia, kata Oscar, lebih memilih menunggu perkembangan regulasi tingkat global terlebih dahulu. (Lihat : Usaha Bitcoin Hingga Janji Investasi 30 Persen Seminggu Sudah Disetop)
“Karena pengaturan terlalu cepat akan tidak baik untuk ekosistem, khususnya karena sata rasa ekosistemnya belum matang,” imbuh Oscar.
Meski begitu, Oscar memandang, industri blockchain akan lebih matang dan mata uang virtual akan mulai digunakan untuk salah satu alat settlement di tingkat global. Namun dia tidak tahu apakah yang berjaya adalah Bitcoin atau justru mata uang virtual lainnya.
Menurut Oscar, industri ini berkembang dengan sangat cepat. “Bahkan, 1 tahun ke depan saja, saya masih tidak begitu jelas akan berevolusi seperti apa. Banyak yang bilang, perkembangan 1 bulan di dunia cryptocurency setara dengan berbulan-bulan di dunia lainnya,” tambah dia.
Untuk diketahui, pada pertengahan Oktober lalu, BI kembali mengumumkan bahwa Bitcoin bukan merupakan alat pembayaran yang sah untuk digunakan di Indonesia. Masyarakat diminta untuk tidak memakai bitcoin dalam transaksi apa pun.
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyatakan jika ada pengembangan atau diskusi luas terkait penggunaan Bitcoin. Dia meminta masyarakat tidak memakai Bitcoin sebagai alat pembayaran. Uang yang tercipta di dunia maya tersebut tidak mendapat persetujuan dari BI dan baru dianggap otoritas sebagai sekadar inovasi.
Berkembang Dari Saham
Ternyata, dibalik pilihannya untuk menjadi pelaku industri bitcoin, Oscar punya cerita menarik sebagai seorang trader saham. Oscar mengaku, pengalamannya di spot market saham membuat market bitcoin.co.id bisa sangat solid.
Oscar bercerita, penerapan trading saham sama persis dengan trading bitcoin karena by nature platform yaitu spot market. “Cara analisanya pun mengandalkan dua hal yakni analisis teknikal dan analisis fundamental,” ucapnya. Sehingga dia pun tidak heran kalau trader di Wall Street sekarang banyak yang melakukan trading cryptocurrency. (Baca : Two more Chinese banks to close bitcoin trading accounts)
Sampai saat ini, Oscar bilang, dirinya juga masih tetap melakukan trading saham. “Saya kemarin dapat capital gain cukup banyak dari saham BINA dan APLN,” tutur dia.
Kini, karena Oscar merasa capital gain lebih banyak dari cryptocurrency, maka sebagian besar portofolio asetnya lebih banyak di cryptocurrency. Dia pun menilai, saham dan Bitcoin hanya sebagai spekulasi, bukan investasi.
“Karena keduanya adalah lebih spekulasi daripada investasi. Mungkin kalau pergerakkan harga indeks memang lebih cocok disebut investasi,” katanya.
Dengan pengalamannya ini, Oscar punya pandangan, memasuki tahun politik jadi masa berbahaya tapi mungkin yang menarik untuk berburu saham murah tahun depan. “Saya ini memilih wait and see menunggu tahun depan,” ujarnya.
Sementara, saat kondisi ekonomi tidak stabil, portofolio cryptocurrency naik signifikan karena banyak menjadikan crypto sebagai safe haven asset dan dianggap tidak terhubung dengan sistem ekonomi yang ada. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.