Indeks Sektor Mining Sudah Tumbuh 62%; 9 Saham Ini Beri Cuan 2 Kali Lipat
DOID dan BUMI pemberi return terbesar sektor mining, ADRO menjadi penggerak IHSG
DOID dan BUMI pemberi return terbesar sektor mining, ADRO menjadi penggerak IHSG
Bareksa.com – Indeks saham sektor pertambangan (mining) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat performa yang luar biasa sejak awal tahun ini seiring dengan perbaikan harga komoditas minyak global dan batu bara. Dalam kurun waktu 10 bulan tahun ini, indeks sektor mining sudah tumbuh 62,36 persen mencapai level 1.301,85 hingga akhir Oktober 2016 dari awal tahun 1.316,84.
Namun, tak semua saham yang berada dalam sektor ini tumbuh baik. Berdasarkan data Bareksa, tercatat hanya sembilan saham dari 43 saham yang mencatat pertumbuhan return lebih dari 100 persen.
Salah satu saham yang paling fenomenal adalah PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Berada pada level gocap sejak awal tahun 2016, saham DOID mulai bergerak pada 10 Februari ke level Rp68 per saham. Sejak saat itu, saham DOID terus meningkat dan mencapai puncaknya pada 25 Oktober 2016 ke level Rp530.
Promo Terbaru di Bareksa
Secara tahunan, saham DOID sudah memberi return 837,25 persen hingga 31 Oktober 2016. Pada periode ini, saham DOID berada pada level Rp478 per saham, atau lebih dari sembilan kali lipat dari harga awal tahun.
Grafik: Return Saham DOID Ytd Hingga 31 Oktober 2016
Sumber: Bareksa.com
Saham DOID ini pun jadi satu-satunya saham sektor mining yang memberi return lebih dari 500 persen. Sementara itu, delapan saham lainnya baru memberi return 150 persen hingga 300 persen. Di sini, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masuk dalam daftar.
Mengacu pada perdagangan sejak awal tahun hingga 31 Oktober 2016, saham BUMI telah memberi return 328 persen. Harga saham perusahaan Grup Bakrie ini sudah mencapai Rp214 per saham dari Rp50 pada awal tahun.
Tabel: Saham Mining Pemberi Return Lebih dari 100%
Sumber: Bareksa.com
Menguatnya saham-saham tambang ini terdorong sentimen peningkatan harga minyak mentah WTI yang mencapai US$46,94 per barel pada akhir Oktober 2016. Harga ini sudah meningkat 26,72 persen dibandingkan dengan awal tahun. Membaiknya harga minyak dunia seringkali diinterpretasikan dengan perbaikan ekonomian dunia. Sebab, naiknya harga minyak mencerminkan kenaikan permintaan minyak untuk melakukan aktivitas ekonomi. Meningkatnya permintaan minyak dunia biasanya diikuti dengan naiknya permintaan komoditas hasil tambang.
Seiring dengan peningkatan harga minyak, harga batu bara dunia pun ikut menguat. Harga batu bara global di pelabuhan Newcastle, Australia sudah mencapai US$78,11 per metrik ton pada September 2016, naik 39,9 persen sepanjang tahun. Pada periode yang sama, HBA yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) naik 19,5 persen menjadi US$63,93 per metrik ton. Bahkan, HBA Oktober 2016 sudah mencapai US$69,07 per metrik ton. (Baca juga: Harga Batu Bara Naik, 4 Emiten Tambang Ini Direkomendasikan)
Grafik: Pergerakan Harga Batu Bara Acuan dan FOB Newcastle (US$/metrik ton)
Sumber: Bareksa.com
Saham ADRO
Meski DOID dan BUMI menjadi dua saham pemberi return terbesar sektor mining, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menjadi salah satu saham yang paling berpengaruh ke pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga 31 Oktober 2016, saham ADRO masih terdaftar sebagai salah satu dari 10 saham penggerak IHSG.
Saham ADRO berkontribusi 32 poin terhadap IHSG yang sudah naik 829,53 poin atau 18,06 persen secara year to date. Pada periode ini, IHSG bercokol pada level 5.422,54.
Dalam deretan 10 besar penggerak IHSG, ADRO yang berkapitalisasi pasar Rp51 triliun ini mendampingi beberapa saham big cap lainnya seperti TLKM, ASII, UNVR, BBCA, dan BMRI. Di posisi ini, ADRO berada satu tingkat di bawah saham TPIA atau berada pada peringkat tujuh.
Kinerja keuangan Adaro memang sedang baik. Hingga akhir September 2016, laba inti Adaro naik 23 persen menjadi US$281 juta dari periode sama tahun lalu US$228 juta. Atas catatan ini, laba bersih Adaro meningkat 17 persen dari US$181 juta menajdi US$211 juta.
Riset Mandiri Sekuritas menyampaikan, laba bersih Adaro selama sembilan bulan itu sudah memenuhi 108 persen prediksi Mandiri Sekuritas dan berporsi 106 persen dari konsensus analis. Atas dasar itu, Mandiri Sekuritas masih mereview target price dan rekomendasi ADRO.
“Saham ADRO sedang ditransaksikan di pasar pada valuasi rasio harga saham per laba (PE ratio) untuk tahun 2017 sebesar 16,8 kali,” tulis Yudha Gautama, analis Mandiri Sekuritas, dalam risetnya kepada nasabah, Selasa, 1 November 2016.
Research Division Erdikha Elit Sekuritas Toufan Yamin juga memasukkan saham ADRO dalam deretan saham yang menarik dicermati pada hari ini. Hingga sesi pertama, saham ADRO diperdagangkan pada level Rp1.635 per saham atau sudah naik 3,15 persen dibandingkan penutupan 31 Oktober 2016 Rp1.585 per saham. (hm)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.