Developer Kena Seret KPK, Potensi Kenaikan Land Bank Berkali Lipat Terancam
Developer properti yang ikut dalam proyek reklamasi memiliki potensi kenaikan land bank hingga 17 kali lipat
Developer properti yang ikut dalam proyek reklamasi memiliki potensi kenaikan land bank hingga 17 kali lipat
Bareksa.com - Penangkapan Presiden Direktur PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) Ariesman Widjaja oleh KPK mendorong kekhawatiran investor terhadap prospek hunian di area reklamasi. Pasalnya jika prospek hunian ini berjalan maka dapat menambah land bank developer terkait hingga berkali-kali lipat.
Perhitungan analis Bareksa, land bank PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) dan Agung Podomoro dapat melesat masing-masing 17 kali dan 16 kali dari lahan saat ini. Padahal Agung Podomoro hanya mengambil reklamasi pada pulau G seluas 160 hektar, tidak seberapa besar jika dibandingkan dengan lahan reklamasi PT Kapuk Naga Indah, anak usaha Agung Sedayu Group milik Sugianto Kusuma alias Aguan yang memiliki luas area 1.334 hektar, dan terbagi dalam lima pulau.
(Baca juga: Potensi Penjualan Rp60 Triliun Jadi Alasan Agung Podomoro Buru Proyek Reklamasi)
Promo Terbaru di Bareksa
Grafik: Cadangan Lahan + Reklamasi Jakarta
sumber: Laporan Keuangan, Bappeda DKI, Diolah Bareksa
Perusahaan properti yang menjalankan bisnis di wilayah Jakarta, memang kesulitan untuk mendapat lahan tambahan. Berdasarkan data yang dihimpun Bareksa, terlihat bahwa tiga perusahaan properti yang memiliki izin reklamasi hanya mampu menambah lahan sekitar 0-1 hektar di tahun 2015 . Agung Podomoro bahkan mengalami penurunan land bank di Jakarta pada tahun 2015 menjadi 10,6 hektar dari sebelumnya 11,8 hektar.
Penurunan land bank yang terjadi pada Agung Podomoro disebabkan karena perseroan membangun apartemen Pakubuono Spring di kawasan Simprug Jakarta Selatan di atas lahan seluas 1,6 hektar. Di sisi lain, Agung Podomoro pada 2015 hanya menambah lahan yang dimilikinya dengan membeli tanah seluas 0,4 hektar di kawasan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Grafik: Cadangan Lahan Perusahaan Properti Pemegang Proyek Reklamasi
sumber: Laporan Keuangan, diolah Bareksa
Proyek reklamasi dengan total luas wilayah mencapai 5.156 hektar, tentunya memberikan harapan baru kepada perusahaan pengembang untuk memanfaatkan pasar properti Jakarta yang dinilai masih menawarkan potensi. Colliers Indonesia dalam laporan pasar properti Jakarta 2015 menyebut bahwa permintaan apartemen masih terlihat, walaupun Indonesia menghadapi perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015.
Menurut laporan Colliers, untuk properti berupa hunian vertikal (apartemen) di Jakarta pada kuartal IV 2015 masih menunjukan presentase penyerapan sebesar 94,9 persen. Sementara untuk proyek yang masih dalam tahap pembangunan, presentase penyerapannya mencapai 68,7 persen, naik 0,10 persen dari kuartal III 68,6 persen. Positifnya, peningkatan tersebut terjadi di tengah melambatnya perekonomian Indonesia.
Grafik: Presentase Penyerapan Pasar Apartemen Jakarta 2015
sumber: Colliers Indonesia
Menurut Colliers, hal ini menunjukan bahwa pasar properti Jakarta akan segera membaik. Konsultan properti terbesar di dunia tersebut memandang bahwa pada smester I 2016, pasar properti Indonesia tengah menghadapi masa transisi, namun pembaikan diperkirakan akan terjadi pada smester II mendatang. Apalagi didukung dengan peningkatan belanja pemerintah dan pembangunan infrastruktur yang terus berjalan.
Selain itu, potensi perkembangan pasar properti di Jakarta kedepannya juga didukung dengan perkiraan populasi masyarakat kelas menengah yang akan bertumbuh dua kali lipat sampai dengan tahun 2020 mendatang. Colliers dalam laporannya menunjukan bahwa 78 persen dari total apartemen yang sedang dibangun saat ini, ditujukan secara khusus untuk pasar masyarakat kelas menengah.
Dengan potensi tersebut, perusahaan pengembang tentunya perlu bersiap untuk menangkap peluang permintaan properti di Jakarta, terutama dengan menambah cadangan lahan untuk kemudian dikembangkan. Inilah yang membuat proyek reklamasi Jakarta menjadi penting bagi perusahaan pengembang di Jakarta. (np)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.384,88 | 0,21% | 4,05% | 7,72% | 8,08% | 19,46% | 38,34% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,38 | 0,14% | 4,09% | 7,18% | 7,47% | 3,23% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.084,98 | 0,55% | 4,00% | 7,61% | 7,79% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.853,59 | 0,53% | 3,86% | 7,19% | 7,36% | 17,82% | 41,07% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.287,69 | 0,82% | 4,11% | 7,35% | 7,53% | 19,98% | 35,83% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.