Ada Mantan CEO Lapindo Brantas di Tubuh SIAP, yang Diributkan Gagal Bayar
Setelah rights issue, Rennier A.R. Latief menjadi komisaris SIAP. Salah satu pemegang saham adalah PT ASABRI.
Setelah rights issue, Rennier A.R. Latief menjadi komisaris SIAP. Salah satu pemegang saham adalah PT ASABRI.
Bareksa.com - Ambrolnya harga saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) yang menggegerkan pasar modal beberapa hari belakangan, kini disertai meruapnya indikasi gagal bayar settlement dari sejumlah broker. Insiden ini dikabarkan terjadi berkaitan dengan transaksi yang dilakukan pemegang saham. Lantas, siapakah sebenarnya pemegang saham SIAP?
Penelusuran analis Bareksa menemukan sejumlah fakta menarik yang penting diketahui investor.
Semula, SIAP hanya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang percetakan, alat kesehatan dan industri rumah tangga. Pada paruh pertama 2014, SIAP masih membukukan pendapatan Rp146 miliar dari bisnis-bisnis tersebut.
Promo Terbaru di Bareksa
Namun, setelah itu SIAP bertransformasi.
Pada bulan Mei 2014, SIAP melangsungkan rights issue senilai Rp4,67 triliun yang digunakan sepenuhnya untuk akuisisi Ridgetop Holding Venture Ltd. Ini adalah induk PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWBMC), perusahaan tambang yang memiliki area konsesi di Kalimantan Timur. Menurut catatan Bursa, yang menjadi pembeli rights SIAP adalah Fundamental Resources Pte. Ltd. sehingga setelah transaksi perusahaan ini menjadi pemegang saham mayoritas SIAP dengan kepemilikan 82,1 persen. Saham publik tersisa 10,32 persen.
Selain mengelola konsesi di Kalimantan Timur, SIAP lalu berekspansi ke bisnis distribusi pelumas dengan mengakuisisi PT Mahaputra Adi Nusa --distributor pelumas Pertamina di wilayah Kalimantan dan Jakarta. Pada paruh kedua 2014, sumber pendapatan SIAP beralih sumber ke distribusi pelumas. Pendapatan dari tambang belum ada, karena tambang yang dikelola IWBMC belum beroperasi secara komersial sampai dengan akhir tahun 2014.
Tercatat juga, IWBMC menghadapi kendala komersial di tahun 2014. Harga pembebasan lahan yang terlalu tinggi, membuat perusahaan memerlukan waktu yang lebih lama untuk bernegosiasi dengan pemilik lahan. Tertera dalam laporan tahunan, kegiatan pertambangan komersial dinyatakan baru akan dimulai pada bulan April atau Mei 2015. Saat laporan tahunan dibuat, perseroan masih dalam tahap persiapan produksi.
Selain tambang batubara, dalam laporan tahunan juga disebutkan SIAP akan melakukan ekspansi ke industri etanol. Perseroan berencana membangun pabrik konversi batubara menjadi etanol dengan nilai investasi sekitar EUR400-700 juta atau setara Rp5,8 triliun (asumsi kurs Rp14.500 per euro). Tetapi, rencana tersebut masih dalam tahap engineering study yang diperkirakan baru akan selesai pada kuartal III 2015 ini.
Sumber: Laporan Tahunan SIAP 2014
Setelah rights issue, posisi komisaris utama SIAP beralih ke tangan komisaris utama IWBMC yakni Rennier A.R. Latief.
Sebelumnya, Rennier tercatat pernah menjabat sebagai Direktur Utama PT Lapindo Brantas Inc. dan Komisaris PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), perusahaan energi milik Grup Bakrie.
Baru per Juni 2015 kemarin, posisi Rennier sebagai komisaris utama SIAP digantikan oleh Chris Victor Ponto. Adapun Rennier masih menjabat sebagai CEO IWBMC.
Laporan keuangan per Juni 2015 juga mencatat terjadi perubahan kepemilikan saham SIAP. Komposisi saham Fundamental Resources Pte. Ltd. turun menjadi hanya 43,99 persen, sedangkan kepemilikan publik naik menjadi 34,26 persen. Lalu muncul nama PT Evio Securities sebagai pemegang 8,23 persen saham SIAP dan Michael Widjaja 6,39 persen.
Akan tetapi, tertera dalam situs Bursa Efek Indonesia per hari ini, kembali terjadi perubahan susunan pemegang saham SIAP. Kepemilikan Fundamental Resources Pte. Ltd. merosot lagi menjadi 33,52 persen dan publik naik menjadi 46,55 persen. Nama Michael Widjaja hilang dan berganti jadi PT Asabri (Persero) yang memiliki 6,99 persen saham SIAP. (Baca juga: Bursa Periksa 3 Broker yang Terindikasi Gagal Bayar Saham SIAP)
Pemegang Saham SIAP per 28 Oktober 2015
Sumber: BEI
Belum ada pendapatan dari tambang
Tidak adanya pendapatan dari konsensi tambang membuat pendapatan SIAP sepanjang Januari - Juni 2015 hanya Rp94,7 miliar, ambrol 35 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu -- ketika SIAP masih mengandalkan bisnis percetakan, industri rumah tangga dan alat kesehatan.
Posisi kas dan setara kas per akhir Juni 2015 juga hanya Rp9,3 miliar, merosot dibanding akhir tahun 2014 yang mencapai Rp46 miliar.
Akibatnya, SIAP tidak bisa membiayai ekspansi dengan hanya mengandalkan operasional perusahaan. Untuk mendanai ekspansi, perlu ada mekanisme pendanaan baik dari penambahan modal internal ataupun pinjaman eksternal. Namun, posisi aset yang belum menghasilkan tentu menyulitkan SIAP memperoleh pinjaman bank -- yang mana tercermin dalam laporan keuangan bahwa SIAP tidak mencatat adanya plafon fasilitas kredit dari bank.
(baca juga: Setahun Transaksi Negosiasi SIAP Capai Rp20 T; Danareksa Pegang Nilai Terbesar)
Bareksa belum memperoleh komentar dan penjelasan resmi dari manajemen SIAP. Permohonan wawancara melalui telepon maupun email belum direspons. (kd)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.