Thomas Lembong yang Diangkat Jadi Menteri Perdagangan Pernah "Beli" BCA
Tom Lembong masuk ke kabinet kerja Jokowi-JK menggantikan Rahmat Gobel
Tom Lembong masuk ke kabinet kerja Jokowi-JK menggantikan Rahmat Gobel
Bareksa.com – Thomas Trikasih Lembong masuk ke kabinet kerja Jokowi-JK sebagai Menteri Perdagangan menggantikan Rahmat Gobel pada reshuffle hari ini, 12 Agustus 2015.
Tom Lembong—sapaan akrabnya-- merupakan salah satu eksekutif muda yang bersinar di bisnis investasi setelah menjabat sebagai Kepala Divisi Asset Management Investment di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Tom ikut membantu BPPN menjual saham INTP-- diserahkan Grup Salim kepada pemerintah Indonesia sebagian bagian dari kucuran Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)—kepada Heidelberger AG (Jerman).
Promo Terbaru di Bareksa
***
Akuisisi BCA
Lepas dari BPPN, Lembong mendirikan Farindo Investment -- perusahaan joint venture dengan Farallon Capital asal Amerika dengan grup Djarum-- yang bergerak di bidang private equity.
Melalui Farindo, Lembong berhasil mengambil alih 51 persen saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dari BPPN melalui proses strategic private placement pada 2002 dengan harga Rp1.775 per saham atau senilai total Rp5,3 triliun seperti dikutip dari laporan pemegang saham BCA.
Awalnya Farallon menguasai 90,64 persen saham Farindo, sedangkan grup Djarum hanya 9,36 persen. Tetapi setelah 2006, grup Djarum menguasai 92,18 persen saham Farindo. Praktis kepemilikan BCA mayoritas jatuh ke tangan grup Djarum.
Kapitalisasi pasar (market cap) saham BBCA per 11 Agustus 2015 sekitar Rp 334 triliun. Sementara per Juni 2015, kepemilikan Farindo di BCA 47,15 persen, artinya saat ini sudah senilai Rp157,5 triliun –naik berkali-kali lipat dari modal awal.
Sumber: Bareksa.com
***
Mendirikan Quvat Capital
Lepas dari Farindo, Lembong mendirikan Quvat Management Pte Ltd -- lebih dikenal dengan nama Principia Management Group -- pada 2005-2006 bersama dengan Bratanata Perdana dan Soegeng Wibowo. Perusahaan yang juga bergerak di bidang private equity ini pernah membeli 8 persen saham PT Adaro Indonesia pada 2006.
Setahun kemudian, Quvat berhasil menjual saham Adaro dan memperoleh tingkat keuntungan (IRR) 266 persen seperti disampaikan dalam website perusahaan.
Quvat juga fokus pada pemberian pembiayaan melalui utang serta melakukan pembelian obligasi-obligasi yang hampir default (gagal bayar).
“We are really quite expert in lending and fixed income. Investing in distressed bonds can make you a lot of money,” kata Lembong, dikutip dari Forbes. Kala krisis 2008, Quvat membeli obligasi Garuda Indonesia hanya senilai 23 persen dari utang pokok serta membeli obligasi PLN pada harga 18 persen dari utang pokok.
Sementara saat ini Quvat masih menangani investasi di bioskop Blitz Megaplex yang bergerak di industri entertainment (bioskop) yang telah dilakukan sejak November 2006.
***
Sebetulnya bukan kali ini saja Menteri Perdagangan dipegang oleh orang yang memiliki latar belakang di bidang investasi. Kala kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Perdagangan dijabat oleh Gita Wirjawan untuk periode 19 Oktober 2011 – 31 Januari 2014.
Gita menerima banyak kritikan ketika terjadi lonjakan harga bawang merah dan bawang putih hingga 500 persen pada periode Maret-April 2013. Usai bawang, Gita juga tersandung masalah lonjakan harga cabai dan daging impor.
Fakta ini menjadi pertanyaan bagi beberapa kalangan dengan latar belakangnya di bidang private equity, mengapa Lembong terpilih menjadi Menteri Perdagangan.
Menurut sumber Bareksa, Tom Lembong diketahui dekat dengan Presiden Jokowi sebagai penasihat (adviser). Tom membantu member nasihat investasi pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur. Salah satu kebijakan yang berasal dari advise-nya yakni soal kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty) bagi masyarakat yang mau menarik dana dari luar negeri dan memarkirkan dananya di Indonesia.
Bagaimanapun juga hanya waktu yang bisa membuktikan apakah Tom Lembong berhasil mengatasi persoalan kenaikan bahan pangan di Indonesia. Apalagi di tengah pelemahan nilai tukar rupiah yang kali ini menyentuh Rp13.800 per dolar Amerika.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.385,6 | 0,21% | 4,12% | 7,77% | 8,02% | 19,27% | 38,33% |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.095,56 | 0,20% | 4,14% | 7,20% | 7,44% | 2,99% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.085,51 | 0,57% | 4,03% | 7,67% | 7,80% | - | - |
Capital Fixed Income Fund autodebet | 1.854,58 | 0,55% | 3,90% | 7,24% | 7,38% | 17,49% | 40,84% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.288,82 | 0,81% | 4,14% | 7,41% | 7,53% | 19,89% | 35,81% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.