SRIL Investasi Pembangkit Listrik, Apa Untungnya?
Belajar dari Jababeka, pembangkit listrik hasilkan pendapatan besar, tapi marjin kecil
Belajar dari Jababeka, pembangkit listrik hasilkan pendapatan besar, tapi marjin kecil
Bareksa.com - PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) berniat membangun pembangkit listrik pada semester II- 2016. Hal ini sangat menarik karena perusahaan yang lebih dikenal dengan nama Sritex ini bergerak di bidang pertekstilan. Belum lagi, dana investasi pembangunan proyek yang cukup besar, sampai $100 juta atau setara Rp1,3 triliun.
Sritex berencana membangun pembangkit listrik berkapasitas 60-70 megawatt di wilayah Sukoharjo, tepatnya di kawasan pabrik Sritex. Untuk mendanai proyek ini, perusahaan akan memanfaatkan sebagian dana dari emisi obligasi global sebesar $420 juta.
Seberapa bijak rencana tersebut?
Promo Terbaru di Bareksa
Pada perusahaan tekstil seperti Sritex, biaya listrik memang cukup memberatkan. Berdasarkan laporan keuangan Sritex kuartal I-2015, perseroan membayar biaya listrik & air sebesar $8,1 juta atau setara 15 persen dari beban pokok penjualan. Belum lagi, faktor risiko jika pemerintah meningkatkan tarif dasar listrik (TDL), seperti awal tahun ini.
Kuartal I-2015 biaya listrik Sritex naik 20 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya seiring dengan peningkatan TDL. Artinya kemandirian energi akan menolong Sritex dalam meminimalisir ongkos produksi.
Selain itu, ada juga potensi pendapatan dari proyek pembangkit lstrik. Dengan kemampuan memproduksi listrik, SRIL dapat menjual pasokan listrik kepada PLN untuk membantu memenuhi kebutuhan ketenaga listrikan di wilayah Sukoharjo.
Contoh tersebut sudah dilakukan PT Kawasan Industri Jababeka (KIJA). Perusahaan properti ini membangun pembangkit listrik di Bekasi sejak 2009 melalui anak usahanya PT Bekasi Power. Semester I tahun ini, pendapatan dari pembangkit listrik sebesar Rp733 miliar tertinggi dari pendapatan segmen lainnya. Bahkan pendapatan KIJA dari menjual tanah hanya 37 persen dari penghasilan pembangkit listrik.
Namun, walaupun menyumbang pendapatan besar, pembangkit listrik memiliki marjin keuntungan yang lebih kecil dibanding segmen bisnis KIJA lainnya. Beban pokok produksi listrik KIJA pada semester I mencapai Rp621 miliar sehingga marjin keuntungan dari bisnis ini hanya 15 persen. Dengan marjin yang lebih tipis, bisnis pembangkit listrik tetap menguntungkan baji KIJA karena memberi laba kotor Rp112 miliar. Tertinggi kedua setelah penjualan tanah matang Rp236 miliar.
Grafik: Pendapatan KIJA Smester I 2015 Berdasarkan Segmen
sumber: Bareksa.com
Yang perlu diperhatikan adalah pendanaan proyek pembangkit listrik Sritex yang memanfaatkan utang dolar. Saat ini, rasio utang terhadap modal (debt to equity ratio/DER) sudah menyentuh 1,07 kali. Artinya, utang sudah mendominasi struktur modal perusahaan. Selain itu, penambahan utang dalam dolar akan memberi dampak pada bertambahnya beban keuangan.
Pada kuartal I- 2015, beban keuangan SRIL meningkat 41 persen menjadi $7,9 juta dari sebelumnya $5,6 juta seiring dengan depresiasi rupiah terhadap dolar sekitar 4 persen pada periode tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.